Sukses

Dampak Luar Biasa Kondisi Kritis Waduk Sempor Kebumen

Elevasi air waduk sempor hanya 47 meter atau sudah menurun 25 meter dari kondisi normalnya 72 meter akibat kemarau panjang.

Liputan6.com, Kebumen - Dalam pranata mangsa atau kalender musim Jawa, Agustus 2019 merupakan musim keloro atau kedua. Musim keloro ditandai dengan gugurnya daun-daun, tetapi disusul dengan berbunganya pohon mangga.

Musim keloro bukanlah puncak kemarau. Puncak kemarau adalah mangsa ketiga atau musim ketiga yang akan tiba pada September.

Walau belum memasuki puncak kemarau, dampaknya begitu terasa, termasuk di Kebumen. Mata air lenyap, debit sungai begitu rendah dan beberapa di antaranya malah putus alirannya.

Kondisi ini juga terjadi pada dua sungai penyuplai utama Waduk Sempor, Sungai Sampang dan Kedung Wringin. Waduk Sempor adalah sebuah bendungan legendaris, yang pada masa jayanya sempat menjadi Kebanggaan Kebumen dan hingga kini cukup diminati sebagai destinasi wisata air.

Akibat kemarau panjang, Waduk Sempor pun kritis. Kini elevasi air waduk sempor hanya 47 meter atau sudah menurun 25 meter dari kondisi normalnya 72 meter.

Kepala Bagian Unit Pengelola Bendungan (UPB) Sempor, Darmaji mengatakan air di Waduk Sempor hanya tersisa kisaran satu juta meter kubik, dari kapasitas normalnya sebanyak 52 juta meter kubik.

"Sekarang kalau kondisi Sempor saat ini kondisi airnya memang sangat kritis. Jadi, elevasinya sudah di 47 meter," ucapnya, Senin malam, 19 Agustus 2019.

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada puncak kemarau ketinggian air waduk masih bisa mencapai 52 meter. Namun kini, pada akhir dasarian kedua Agustus saja elevasi air sudah tinggal 47 meter.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ribuan Hektare Sawah Kekeringan

"Meter itu artinya di atas permukaan air laut. Jadi sudah menurun 25 meter. Sangat drastis," jelasnya.

Penurunan debit air yang parah ini menyebabkan irigasi yang berasal dari Waduk Sempor terhenti. Dalam kondisi normal, waduk ini mengairi sawah kisaran 6.300 hektare.

Akibatnya, di bagian hilir waduk, sawah gagal panen. Kalau pun panen, banyak sawah yang produksi gabahnya menurun 70 persen. Ini terjadi terutama yang ditanam sekitar Maret.

"Banyak gagal panen. Di samping itu, panennya juga tidak maksimal. Hanya 30 persen dari kondisi normal," ujarnya.

Dia menyebut, kritisnya air di Waduk Sempor disebabkan oleh awal kemarau yang terlalu dini. Hujan terakhir di Kebumen terjadi pada Maret.

Biasanya, kemarau baru dimulai pada Mei dan Juni. Akibatnya, dua sungai utama yang menyuplai Waduk Sempor mengering. 

"Biasanya itu kan Mei dan Juni kan masih ada hujan. Kemarin tuh, dari bulan Maret sudah tidak ada hujan. Di Gombong hujan terakhir bulan Maret," dia mengungkapkan.

Selain menyebabkan gagal panen, keringnya waduk sempor juga menyebabkan kerugian di sektor perikanan. Banyak kolam puso. Selain itu, budidaya keramba ikan di Waduk Sempor juga terhenti.

Ancaman lainnya adalah kekayaan perikanan Waduk Sempor. Dengan kondisi perairan yang kritis, ikan di Waduk Sempor terancam mati.

 

3 dari 3 halaman

PLTA Sempor Berhenti Beroperasi

Di luar sektor pertanian dan perikanan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sempor juga tak bisa beroperasi normal tahun ini. PLTA Sempor adalah Sub-bagian PLTA Mrica, Banjarnegara yang berkapasitas 1,1 MW.

Debit air di Waduk Sempor tidak bisa untuk menggerakkan turbin. Ketersediaan air di Waduk bahkan tak cukup untuk mengalirkan air ke irigasi.

"Kalau dialirkan ke irigasi berarti PLTA beroperasi. Ini sudah tidak dialirkan," dia menjelaskan.

Normalnya, dalam setahun PLTA Sempor beroperasi 7-8 bulan. Namun, pada 2019 ini PLTA hanya beroperasi optimal empat bulan. PLTA mulai beroperasi pada akhir November dan berhenti pada awal Mei 2019.

Dia memperkirakan produksi listrik PLTA Mrica tak bisa mencapai target yang mencapai 12 juta KVA per tahun. Namun, ia menyebut tak beroperasinya PLTA Sempor tak berpengaruh terhadap suplai listrik Jawa-Bali.

"Kalau Sempor itu disuplai ke PLTA Mrica," terangnya.

Dermaji mengemukakan, saat ini air Waduk Sempor hanya cukup untuk menyuplai air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air dari Waduk Sempor digunakan oleh pelanggan PDAM di wilayah Gombong, Karanganyar, dan Kebumen.

Ia tak bisa memastikan apakah ketersediaan air di Waduk Sempor cukup sampai akhir kemarau tahun ini yang diperkirakan sampai September-Oktober. Sebab, volume air Waduk Sempor hanya tersisa 1 juta meter kubik.

"Ada sekitar 13 ribuan pelanggan PDAM," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.