Sukses

Garebeg Besar, Tradisi Unik Idul Adha di Yogyakarta

Tradisi Idul Adha di Yogyakarta bisa dilihat dari acara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Setiap tahunnya Kraton Ngayogyakarta memiliki Hajad Dalem Gerebeg Besar dengan mengeluarkan gunungan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Tradisi Idul Adha di Yogyakarta bisa dilihat dari acara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Setiap tahunnya Kraton Ngayogyakarta memiliki Hajad Dalem Garebeg Besar dengan mengeluarkan gunungan.

Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu mengatakan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar pada Hari Senin Wage 10 Besar 1952 Be/12 Agustus 2019.

"Acara ini bertujuan untuk memeringati Hari Raya Idul Adha 1440 H akan dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB. Seperti halnya Hajad Dalem lain di Keraton Yogyakarta, pelaksanaan Garebeg Besar ini mengacu pada perhitungan Kalender Jawa Sultan Agungan," katanya Kamis (8/8/2019).

Gusti Hayu mengatakan dalam Hajad Dalem Garebeg Besar tahun ini akan ada 7 buah gunungan yang dibagikan di tiga tempat berbeda. Lima gunungan yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan akan dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Gunungan Gepak akan dibagikan di Pendhopo Kawedanan Pengulon di utara Masjid Gedhe.

"Sementara itu, dua Gunungan Kakung masing-masing akan dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan," katanya.

Gunungan ini berisi hasil bumi. Setelah didoakan, gunungan lantas diperebutkan oleh masyarakat. Gusti Hayu mengatakan sebelum diperebutkan masyarakat, prosesi gunungan dimulai dari dalam kraton dan dikawal oleh prajurit kraton menuju ke tempat yang sudah ditentukan.

"Dikawal oleh sepuluh bregada prajurit Keraton Yogyakarta yakni Bregada Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawirotama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis. Bregada Surakarsa akan mengawal lima gunungan hingga tiba di Masjid Gedhe, sedangkan Bregada Bugis akan mengawal Gunungan Kakung hingga tiba di Kepatihan," katanya.

Gusti Hayu menjelaskan delapan bregada lainnya akan membentuk pagar betis dari sisi utara ke selatan pada bagian tengah Alun-Alun Utara. Bregada Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir akan mengawal Gunungan Kakung yang dibawa ke Puro Pakualaman.

"Diiringi pasukan gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka," katanya.

Hayu menjelaskan kata Garebeg berarti diiringi atau diantar oleh orang banyak. Ini merujuk pada gunungan yang diiringi oleh para prajurit dan abdi dalem dalam perjalanannya dari keraton menuju Masjid Gedhe Kauman.

"Garebeg atau yang umumnya disebut 'Grebeg' berasal dari kata 'gumrebeg', mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut," katanya.

Hayu mengatakan Hajad Dalem Garebeg Kraton Ngayogyakarta digelar tiga kali dalam setahun yakni Garebeg Mulud, Garebeg Sawal, dan Garebeg Besar. Garebeg Mulud digelar pada tanggal 12 Rabiul Awal (Mulud) untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

"Garebeg Sawal digelar pada tanggal 1 Syawal untuk menandai berakhirnya bulan puasa, dan Garebeg Besar dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijah (Besar) untuk memperingati Hari Raya Idul Adha," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tradisi Numplak Wajik

Gusti Hayu mengatakan sebelum pelaksanaan Garebeg Besar, terlebih dahulu digelar Hajad Dalem Numplak Wajik dan Gladhi Resik Prajurit. Numplak Wajik diselenggarakan pada tiga hari sebelum Garebeg Besar yakni Jumat (9/8) pukul 15.30 di area Pelataran Kemagangan Kraton Yogyakarta.

"Inti dari prosesi ini adalah menumpahkan wajik di badan bakal calon gunungan putri. Saat prosesi berlangsung, akan diiringi dengan irama gejog lesung dari Abdi Dalem Keparak," katanya.

Tradisi lainnya adalah Gladhi Resik Prajurit jelang Garebeg Besar 1952 Be telah dilaksanakan pada Minggu (4/8) lalu pukul 15.30 WIB. Hayu menjelaskan Gladhi Resik ini merupakan simulasi dan latihan terakhir yang dilakukan oleh kesepuluh bregada prajurit sebelum melaksanakan tugas mengawal gunungan.

"Mohon dukungan agar pelaksanaan rangkaian Hajad Dalam Garebeg Besar 1952 Be kali ini dapat berjalan dengan tertib dan lancar. Tiga rangkaian acara tersebut terbuka untuk umum," katanya.

Hayu mengatakan selama bulan Agustus 2019 akan ada penutupan Kraton Yogyakarta untuk wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya Hari Raya Idul Adha dan Kemerdekaan RI.

"Wisata Kraton Yogyakarta ditutup pada Minggu (1/8), Senin (12/8) dan Sabtu (17/8)," katanya.

Selain Hajad Dalem, Abdi Dalem Keraton Yogyakarta akan mengadakan Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng pada Sabtu (31/8) mendatang mulai pukul 21.00 WIB dari area Kamandungan Lor (Keben).

Ini berkaitan dengan pergantian Tahun Baru Jawa 1953 Wawu akan berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2019. Kegiatan ini dapat diikuti oleh masyarakat umum dengan mengenakan busana sopan dan rapi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.