Sukses

Sekolah BUMDes Mencegah Booming Merugikan

Banyak pelatihan diberikan lebih bersifat general, padahal pengelolaan serta strategi setiap BUMDes bisa sangat berbeda karena mengikuti potensi yang dimiliki oleh desa tersebut. Jika dilanjutkan BUMDes pasti berlalu.

Liputan6.com, Bantul - Duabelas anak muda tekun di depan laptop masing-masing. Sesekali saling bertanya dengan teman sebelahnya. Mereka adalah anak-anak muda desa yang sedang mempelajari Sistem Aplikasi Akuntansi BUMDes (SAAB) di Sekolah BUMDes.

Di ruangan yang lain sekelompok anak muda berdiskusi serius mengenai pengembangan pertanian organik, sebuah peluang usaha yang sedang dikembangkan desa mereka yang bergerak pada sektor pertanian. Ini adalah suasana salah satu kelas di Sekolah BUMDes, sebuah program pendidikan yang fokus pada isu pengembangan ekonomi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). 

Pengelola Sekolah BUMDes Ariyanto mengungkap, pendirian Sekolah BUMDes berlatar pada pengalaman panjang Bumdes.id selama ini.

"Sebenarnya sebelum mendirikan Sekolah BUMDes kami sudah menjalankan beragam program pengembangan ekonomi desa melalui BUMDes. Bahkan kami sudah menjalankan Pelatihan Rutin setiap bulannya," kata pegiat desa yang juga aktif menulis berbagai buku gerakan sosial ini.

"Hanya saja pelatihan yang banyak diberikan lebih bersifat general, padahal pengelolaan serta strategi setiap BUMDes bisa sangat berbeda karena mengikuti potensi yang dimiliki oleh desa tersebut," kata Ari.

Akibat pola pelatihan yang terlalu general tersebut, kadang pengelola BUMDes kesulitan memetakan bisnis plan mereka. Aditya Mahendra, salah satu pengelola Sekolah BUMDes menyatakan bahwa Sekolah BUMDes sendiri telah memberikan pendidikan untuk lebih dari 1.000 desa.

"Hasilnya bervariasi karena para peserta pelatihan datang dengan situasi yang berbeda," kata Ariyanto. 

Beberapa desa juga berhasil mengembangkan usaha. Misalnya, pengembangan Kampoeng Mataraman di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul. Desa ini melalui BUMDesnya juga getol membina perajin yang memang banyak terdapat di sana.

"Kuncinya ada pada pemetaan potensi yang tepat, bisnis plan terukur, SDM yang kapabel, Perdes yang sesuai serta jejaring antar BUMDes yang kuat," kata Adit.

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekolah BUMDes

Setelah menjalankan berbagai program hingga pelatihan Angkatan ke-17 itu, Bumdes.id tetap merasa kebutuhan transfer pengetahuan untuk desa-desa harus lebih ditingkatkan. Lahirlah Sekolah BUMDes. Sekolah BUMDes ini terus dkembangkan dengan Program Satu Kabupaten Satu Sekolah BUMDes (SKSSB).

Adit menyatakan, sekarang ini beberapa kabupaten sudah teken kontrak dengan Bumdes.id untuk membangun jaringan SKSSB di kabupaten-kabupaten.

"Seperti di Banyumas, di Malang, Wonosobo dan beberapa kota di luar Jawa," kata Aditya yang bertugas sebagai Manajer Program pada Bumdes.id.

Sekolah-sekolah BUMDes di tingkat kabupaten itu juga menjalankan program yang sama dengan yang dilakukan Kampus Sekolah BUMDes di Yogyakarta. Bumdes.id telah menyiapkan kurikulum, pemateri dan berbagai kebutuhan literatur seperti modul dan buku panduan yang akan digunakan oleh Sekolah-sekolah BUMDes di Kabupaten.

"Pengembangan SKSSB ini kami lakukan agar semua desa di seluruh Indonesia bisa mendapatkan asupan pengetahuan yang mereka butuhkan dengan lebih cepat, murah dan kontekstual," kata Adit.

Sekolah BUMDes yang terletak d Jalan Jalan Nogotirto No. 26, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta ini juga telah membuat beberapa aplikasi untuk pengelolaan BUMDes yang nantinya akan mempermudah transparansi dan keterjagaan manajerial BUMDes. Salah satunya adalah Sistem Aplikasi Akuntansi BUMDes yang dirancang sendiri oleh Tim Bumdes.id yang akan mempermudah pengelolaan manajemen keuangan bagi semua BUMDes.

Yang jelas, Ari dan Adit sepakat bahwa lembaga mereka sepenuhnya akan berusaha memberikan kontribusi bagi keberlangsungan BUMDes sekaligus memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan taraf kehidupan masyarakat desa. Sekaligus supaya BUMDes di semua daerah di Indonesia tak lagi kebingungan menentukan langkahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.