Sukses

Menyapa Pagi Sambil Berkaca dengan Lensa di Kalibiru

Sudadi, selaku pengelola Obyek Wisata Kalibiru mengatakan, Kalibiru saat ini mulai dikenal di dunia. Terlihat dari beberapa pengunjung wisatawan mancanegara yang datang ke Kalibiru hingga saat ini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemandangan indah pemberian Yang Maha Kuasa menjadi latar belakang berdirinya Wisata Kalibiru di Dusun Kalibiru, Desa Hagrowilis, Kecamatan Kokap, Kulonprogo DI Yogyakarta.

Sudadi, selaku pengelola Obyek Wisata Kalibiru mengatakan, Kalibiru saat ini mulai dikenal di dunia. Terlihat dari beberapa pengunjung wisatawan mancanegara yang datang ke Kalibiru hingga saat ini.

"Wisman 45% sudah dari beberapa negara Malaysia dan Singapura setidaknya ada 14 negara sudah kesini," katanya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Sebagai destinasi wisata yang dikenal dunia maka pihaknya juga memiliki layanan yang standar international. Salah satunya guide yang bisa menggunakan bahasa asing di obyek wisata Kalibiru.

"Tiap titik ada yang bisa bahasa asing, di tiket masuk dan titik lainnya ada yang bisa berbahasa Inggris mnimal. Ini warga sini semua," katanya.

Wisata dengan konsep spot foto menurut Sudadi diawali dari Kalibiru. Terutama berfoto menggunakan pohon dengan latar belakang alam sudah dimulai di Kalibiru sejak tahun 2015 lalu.

"Mau mengakui atau tidak, sekarang mendunia spot selfi itu yang mengawali itu kami," katanya.

Ia mengaku senang untuk skala nasional Kalibiru juga sudah dikenal. Banyak tokoh dan artis yang datang di obyek wisata populer di Kulon Progo ini.

"Orang nomor satu Indonesia pak Jokowi pernah pidato (CEO Forum di Australia 17 Maret 2018) mengucapkan destinasi wisata DIY itu wisata Kalibiru," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Semangat Berkembang dan Bertahan

Berhasil dikenal oleh wisatawan domestik maupun manca negara ini tidak lantas membuat obyek wisata Kalibiru tinggal diam. Inovasi terus dilakukan para pengelola wisata ini agar bisa terus berkembang menjadi destinasi wisata di Yogyakarta.

"Kami harus inovasi setiap tahun karena beban tenaga kerja kami sudah ratusan lebih. Kami jual viewnya tidak bisa dijual dimana-mana maka harus datang ke kami tidak ada duanya," katanya.

Inovasi ini menurut Sudadi terlihat dari spot foto yang awalnya hanya satu spot saja maka mulai bertambah dari tahun ke tahun. Sekarang ada 10 spot dengan 2 permainan high rope anak dan dewasa.

"Spot foto awalnya satu flying fox satu spot. Lalu 2012 ada high rope game dan sudah ada wifi free hotspot waktu itu, yang baru ada sepeda dan gantole dan lebaran ada spot panggung," katanya.

Tahun 2016 menjadi tahun yang berkesan bagi Kalibiru karena jumlah pengunjung mengalami peningkatan yang berkali lipat. Bahkan CSR dari obyek wisata Kalibiru mampu membedah rumah hingga 5 KK. Diketahui jika pada tahun 2016 pemasukannya mencapai Rp5,9 miliar.

"2010 -2014 naik pengunjung. 2015 ada 19 juta sekian lalu 2016 itu 70-an juta sekian. Lalu 2018 turun, kami amati pilpres dan kenaikan tiket pesawat dan liburan sekolah di saat mencari sekolahan," katanya.

Senada dengan Sudadi Karyawan Obyek Wisata Kalibiru Eska Nur Wicaksono mengatakan saat ini Kalibiru masih eksis mengikuti perkembangan zaman. Namun ia memiliki harapan agar kelak Kalibiru dapat menambah wahana yang berkonsep tidak hanya spot foto saja.

"Pertama bikin suatu wahana membuat agar pengunjung datang kesini lagi tidak hanya spot foto. Karena foto cukup sekali, lalu buat sesuatu pengin datang kesini lagi misal ada wahana air atau outbond yang menarik lainnya harus ada wahana atau fasilitas untuk datang kesini lagi," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Marlina Handayani mengatakan Kalibiru dikenal karena termasuk dalam destinasi yang Instagramable. Namun ia menyebut jika wisatawan manca negara tidak semuanya menyukai konsep wisata tersebut.

"Kalo manca tidak semuanya menyukai untuk selfie tapi melakukan sesuatu. Kalibiuru itu masuk itu kan instagramable dan apalagi menemukan hal yang baru," katanya.

3 dari 3 halaman

Ijin Pengelolaan Sampai Tahun 2042

Sudadi menceritakan, jika pemandangan dan keindahan alam inilah yang membuat para petani kelompok Kalibiru sepakat meminta izin penggunaan lahan di Kementrian Kehutanan selama 35 tahun.

Di Tahun 2000 didampingi dari LSM peduli hutan menjembatani meminta ijin pengelolaan hutan negara seluas 29 Ha.

"Kami ijin pengelolaan, tapi tidak bisa hak milik. Ijin sementara dalam jangka 5 tahun 2003-2007. Lalu turun ijin definitif 35 tahun 2008 sampai tahun 2042," katanya.

Wisata Kalibiru kini telah dikenal hingga manca negara ini berawal dari kemauan para anggota Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mandiri di Kalibiru. Perjuangan menjadikan Kalibiru sebagai wisata milenial dan wisata manca negara melalui perjalanan panjang.

"Tahun 2008 kami buat sedekah bumi, mengundang pejabat Bupati dan masyarakat menyampaikan aspirasi lalu merespon dan bupati memberikan solusi agar membuat proposal. Dari 900 juta permintaan turun 450 juta untuk membangun di tahun 2009," katanya.

Setelah turun dana pembangunan obyek wisata Kalibiru ini tidak membuat warga sekitar percaya bahwa daerah mereka akan ramai dikunjungi wisatawan. Namun semangat untuk menjadikan Kalibiru sebagai destinasi wisata ini terus dijaga para pengelola yang juga petani Kalibiru.

"Pengerjaan obyek wista ya tahun 2010. Kami susah payah, masyarakat tidak percaya karena dulu daerah tertinggal. Lalu buka wisata tepatnya pengelolaan 14 februai 2010. Perjalanan kami dua tiga tahun belum banyak pengunjung karena jauh dari kota. Kami tidak putus asa untuk mewujudkan impian," katanya.

Gayung bersambut ketika tahun 2014 semangat dan perjuangan para petani di Kalibiru membuathkan hasil. Para petani Kalibiru berhasil memenangkan Lomba Wana Lestari tingkat Nasional.

"Alhamdulilah kelompok tani wisata Kalibiru kami juara satu nasional dan kementrian masuk kesini dan dibantu untuk promosikan hingga ramai dikunjungi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.