Sukses

3 Fenomena Alam Ekstrem yang Jadi Tontonan Warga

Berikut tiga fenomena alam ekstrem di daerah yang justru jadi destinasi wisata lantaran mengundang rasa penasaran.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena alam ekstrem belakangan kerap muncul di berbagai daerah di Indonesia. Sebut saja likuefaksi di Palu hingga kekeringan yang kini banyak melanda sejumlah daerah. Di antara begitu banyak fenomena dan perubahan alam yang ekstrem, beberapa di antaranya justru menjadi destinasi wisata dan tempat selfie yang menjadi hits di media sosial.

Berikut tiga fenomena alam ekstrem di daerah yang justru jadi destinasi wisata lantaran mengundang rasa penasaran.

Pantai Anom

Musim keramau panjang yang menyebabkan kekeringan juga melanda kawasan Kabupaten Tangerang. Imbasnya fenomena tanah retak terjadi di kawasan Pantai Anom, Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang.

Uniknya, fenomena alam ekstrem tersebut justru membuat banyak orang penasaran. Mereka berduyun-duyun datang, padahal akses ke tempat tersebut cukup sulit. Kalau kita masuk dari gang kantor Kelurahan Kramat masih bisa diakses dengan mobil. Sekitar 500 meter kemudian akan terlihat hamparan tambak lobster dan ikan bandeng. Hanya sampai di sana kendaraan roda empat bisa melaju.

Untuk menuju ke Pantai Anom, hanya menyisakan jalan setapak dengan yang diapit tambak di sebelah kiri dan kanan jalan. "Ke dalamnya masih lumayan jauh, sekitar satu sampai dua kilometer. Kalau mau cepat ya bisa naik ojek," tutur Yuni, salah seorang warga setempat, Selasa, 9 Juli 2019.

Perempuan ramah ini kemudian memanggil warga yang memiliki motor untuk ditumpangi sebagai jasa ojek. Cukup dengan membayar ongos Rp10 ribu sekali jalan, pengunjung akan sampai di Pantai Anom. Kawasan tanah retak itu tidak begitu luas tapi dari kejauhan terlihat ramai.

"Dulu enggak seramai sekarang, tapi gara-gara banyak yang posting di Facebook, Instagram, soal tanah yang retak itu, jadi ramai kaya sekarang. Saya juga enggak nyangka, kayak diluar logika," tutur Agus seorang warga lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Danau Jayamix

Danau Jayamix awalnya merupakan galian tambang material batu dan pasir. Menurut informasi yang didapat Liputan6.com dari warga sekitar, saat aktivitas tambang menggali di kedalaman 40 meter, ditemukan mata air yang terus mengalir dan memenuhi galian tambang.

Aktivitas tambang yang berlokasi di Kampung Nunggaherang, Desa Tegal Lega, Kecamatan Cigudeg itu pun dihentikan, kawasan pertambangan kini berubah menjadi destinasi wisata baru bagi warga Bogor dan sekitarnya.

Andi salah seorang pengunjung saat ditemui Liputan6.com mengatakan, dirinya penasaran dengan keindahan danau yang terbentuk tidak sengaja ini.

“Ya, menarik aja, ada danau keren begini yang lokasinya gak jauh dari Jakarta. Ke depan sih kalau bisa pengelolaannya lebih profesional. Paling penting itu akses jalannya dibenahi, ini kan sebenarnya lokasi tambang jalannya masih rusak, susah banget tadi ke sini,” ungkapnya.

Untuk masuk ke lokasi wisata Danau Jayamix, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp 20 ribu. Mengingat danau ini masih menjadi destinasi wisata yang terbilang baru, jangan harap ada fasilitas penunjang wisata yang lengkap. Namun demikian, warung makan dan toilet sudah mulai dibangun oleh warga setempat sebagai pengelola kawasan wisata tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Semburan Api dari Dalam Tanah

Video amatir yang berisi retakan tanah mengeluarkan api di Banjarnegara, Jawa Tengah, beredar di media sosial pada akhir 2018. Video tersebut lantas viral. Di tengah kecemasan warga sekitar fenomena alam ekstrem tersebut terjadi, masyarakat lain justru penasaran dan ingin melihat lebih dekat fenomena alam tersebut.

Dalam tayangan video berdurasi kurang lebih dua menit itu, dua warga mendapati api berkobar dari dalam retakan tanah longsor di jalan setapak. Mereka pun tampak khawatir.

Keluarnya api dari dalam tanah baru pertama kali terjadi di desa tersebut. Mereka menganggap itu adalah pertanda buruk.

Bahkan, mereka pun khawatir dan menghubungkan semburan api dari retakan tanah sebagai pertanda kiamat. "Basanu arep kiamat," ucap mereka dalam bahasa Banyumasan. Kurang lebih artinya adalah "Jangan-jangan pertanda kiamat".

Di sisi lain, banyak orang penasaran dan ingin mendekat.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.