Sukses

Menikmati Pagi Bersama Orangutan Lito dan Laila di Hutan Kehje Sewen

Masih ada ratusan orangutan yang siap dilepasliarkan, tetapi habitat yang layak terbatas.

Liputan6.com, Kutai Timur - Enam individu orangutan dilepasliarkan ke Hutan Kehje Sewen Kutai Timur Kalimantan Timur (Kaltim). Hutan restorasi primata seluas 86.450 hektare ini bertambah populasi orangutannya menjadi 103 orangutan.

"Pelepasliaran orangutan dilakukan secara bertahap," kata CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite, Selasa (9/7/2019).

Pertama, pelepasliaran dilakukan akhir Juni lalu sebanyak empat orangutan, yakni Komo (21), Gino (14), dan Zakir (15), dan betina Petak (22). Selanjutnya disusul pelepasliaran tahap kedua, sepasang orangutan, Lito (25) dan Laila (22) pada awal Juni ini.

"Ini merupakan pelepasliaran ke 19 kali sejak tahun 2012 silam," ungkap Jamartin.

Jamartin mengatakan, timnya butuh empat hari untuk proses evakuasi orangutan dari rehabilitasi Samboja Kutai Kartanegara ke hutan restorasi. Mereka menembus remote area memanfaatkan transportasi darat dan sungai dengan biaya Rp50 juta.

Program pelepasliaran orangutan, menurut Jamartin, bertujuan agar primata ini mampu menciptakan populasi baru di hutan Kalimantan. BOS memilih orangutan yang lolos pelbagai proses rehabilitasi Samboja selama kurun tertentu.

Permasalahan saat ini, kata Jamartin, habitat pelepasliaran kian terbatas. Hutan Kehje Sewen maksimal menampung populasi 150 orangutan.

Itu sebabnya BOS mengajukan kembali permohonan pengelolaan hutan restorasi tambahan, baik di hutan Kaltim maupun Kalteng. Kebutuhan sangat mendesak mengingat BOS Samboja memiliki 140 orangutan memasuki tahap pelepasliaran.

"Kami berharap mendapatkan areal pelepasliaran orangutan skema IUPHHK-RE di Kaltim atau Kalteng. Kami harus segera mendapatkan lokasi pelepasliaran orangutan yang memenuhi syarat," ujar Jamartin.

Juru bicara BOS Foundation Nico Hermanu menambahkan, Hutan Kehje Sewen sangat sesuai dengan kebutuhan habitat alam orangutan. Hutan ini kaya keanekaragaman hayati sesuai persyaratan alam primata orangutan.

Persyaratan lokasi lepas liar orangutan antara lain memiliki ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, stok pakan alami, minim populasi orangutan, dan keberlangsungan pada masa depan. Survey pun menunjukan hutannya memiliki habitat alami seluas 20 ribu hektare cocok bagi orangutan.

"Hutan ini merupakan konsesi sebuah perusahaan penebangan kayu yang melakukan pemilihan tebang pohon," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Pelepasliaran

Setelah dilepaskan, BOS tetap memantau proses adaptasi orangutan di habitat baru. Mereka pun melacak aktivitas jelajah orangutan menggunakan sinyal radio transmiter.

"Kami memantau orangutan yang dilepaskan selama 30 hari. Tim juga mencatat semua kegiatan individu orangutan," tutur Nico.

"Hasil pengamatan dijadikan masukan untuk pengembangan program rehabilitasi di Samboja Lestari dan Nyaru Menteng (Kalteng)," katanya.

Dalam tujuh tahun ini, Nico mengklaim setiap orangutan mampu beradaptasi terhadap lingkungannya. Bahkan, selama kurun waktu itu pula, terjadi kelahiran alamiah empat individu orangutan di Kehje Sewen.

"Sebelumnya proses rehabilitasi orangutan bisa memakan waktu 7 tahun, sehingga sebagian besar mampu beradaptasi dengan baik," tuturnya.

BOS Samboja memang menjadi pusat rehabilitasi orangutan liar. Pawang pusat rehabilitasi ini mengajar orangutan agar mampu berinteraksi di alam liar.

Proses pelatihannya membutuhkan biaya Rp 45 juta per tahun. "Terima kasih pada lembaga donor yang tetap mendukung pelestarian orangutan," papar Nico.

BOS Samboja menangani orangutan seserahan warga maupun sitaan negara. Mayoritas di antara orangutan sudah jinak sehingga memerlukan proses rehabilitasi.

Kepala BKSDA Kaltim Sunandar Trigunajasa menyatakan, kerjasama dengan Yayasan BOS mampu mempertahankan populasi orangutan Kalimantan. Menurutnya, semua pihak harus berperan dalam penyelematan primata dilindungi negara.

"Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan merupakan tanggung jawab kita semua. Pemerintah, masyarakat, dan organisasi massa termasuk pelaku bisnis harus aktif bahu-membahu melanjutkan kegiatan ini," paparnya.

Populasi orangutan terdesak perburuan liar, pembalakan hingga perkebunan. Pemerintah berkepentingan mengajak seluruh pihak mempertahankan keanekaragaman hayati Kaltim, seperti mencegah praktik perburuan liar primata orangutan.

"Hewan-hewan ini berfungsi besar dalam ekosistem hutan. Mari lindungi hutan kita dan keanekaragaman hayati di dalamnya," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.