Sukses

Anomali dalam Festival Film Purbalingga 2019

Dalam Festival film Purbalingga 2019 atau yang ke-13 ini, ini hanya ada 13 film pelajar yang mendaftar

Liputan6.com, Purbalingga - Ingar bingar Festival Film Purbalingga atau FFP 2019 mulai terasa. Secara resmi helatan rutin tahunan ini bakal dibuka dengan dimulainya rangkaian program layar tanjleb di lapangan Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga pada Sabtu malam (6/7/2019).

Gelaran festival yang merupakan program tahunan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga kini memasuki tahun ke-13 ini. Rangkaian FFP terselenggara mulai 6 Juli hingga 3 Agustus 2019.

Selain program layar tanjleb, FFP bakal diisi dengan beragam agenda, seperti kompetisi film pelajar, workshop film, dan diskusi. Ada pula peresmian tempat pemutaran film oleh warga desa.

Direktur FFP, Bowo Leksono mengatakan program layar tanjleb secara keseluruhan bakal menyambangi 18 desa di wilayah Banyumas Raya, meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barlingmascakeb).

Program layar tanjleb merupakan sajian khas FFP bekerja sama dengan pemuda setiap desa. Dia mengklaim, program layar tanjleb yang merupakan program unggulan menjadikan FFP tidak hanya milik para pegiat film semata, namun milik bersama warga Banyumas Raya.

“Mulainya praktis tanggal 6 Juli 2019 besok, intinya sih awal Juli, awal Agustus, diambil malam Minggunya. Jadi 6 juli sampai 3 Agustus 2019,” katanya, Kamis, 4 Juli 2019.

Workshop atau lokakarya FFP 2019 ini fokus pada penulisan skenario film pendek fiksi. Perwakilan setiap sekolah setara SMA di Banyumas Raya akan mengirimkan idenya untuk kemudian diseleksi sebagai syarat menjadi peserta. Mentor lokakarya didatangkan dari luar kota yang memang mumpuni dalam bidangnya.

Di tengah meriahnya FFP 2019, ada sesuatu yang bikin galau. Peserta kompetisi film pelajar pada Festival Film Purbalingga (FFP) 2019 ini menurun drastis. FFP 2019 yang berpuncak pada 3 Agustus 2019 itu hanya diikuti oleh 13 karya pelajar.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jumlah Peserta Film Pelajar

Bowo mengatakan, tahun lalu, 30 film pelajar dari lima kabupaten wilayah Barlingmascakeb mengikuti kompetisi film FFP. Tetapi, dalam Festival film Purbalingga 2019 atau yang ke-13 ini, ini hanya ada 13 film yang mendaftar. 13 film itu terdiri dari delapan film fiksi, dan lima dokumenter.

“Kita mengadakan workshop penulisan skenario. Itu khusus untuk pelajar. Mengingat di tahun ini kuantitas film menurun drastis, begitu kan,” ujarnya.

Dia menilai, penurunan itu disebabkan oleh menurunnya kesempatan pelajar untuk mengeksplorasi bakat dan minatnya. Seperti diketahui, akhir-akhir ini, jam pelajar semakin padat dengan rentang waktu belajar di sekolah semakin panjang.

Akibatnya, pelajar sulit mencari waktu untuk menyalurkan minat-minatnya di bidang tertentu. Dan itu, terjadi menyeluruh di lima kabupaten wilayah Jawa Tengah barat sisi selatan.

“Saya yang merasakannya itu lebih ke kualitas (waktu) anak sekolah. Semakin ke sini, itu semangatnya, pilihan minatnya, itu semakin berkurang,” kata Bowo Leksono.

Pelajar hanya punya waktu uang di akhir pekan. Waktunya lebih banyak tersita di dalam kelas. Kesempatan yang pendek dan terjadi dalam jangka panjang berimbas pada menurunnya daya ekploratif pelajar.

Bowo juga mengatakan, tren vlog lewat kanal berbagi video dan media sosial juga turut mengurangi penurunan jumlah pelajar yang berminat membuat film dengan serius. Vlog, yang bssa dibuat dengan mudah tanpa standar film yang dianggap rumit menyebabkan degradasi kemampuan anak untuk membikin film yang serius.

“Ada yang berpikir, vlog itu lebih mudah. Kenapa harus bikin yang rumit-rumit. Karena proyeksinya bukan lagi karya. Lebih cenderung komersial, tenar,” dia mengungkapkan.

Menurut Bowo, penurunan minat pelajar untuk membuat film adalah anomali. Saat teknologi digital semakin mudah dijangkau pelajar, mereka justru menunjukkan keengganan untuk membuat karya film.

“Mungkin ada pengaruhnya juga di proses pendampingan. Karena tahun ini kami memang hanya fokus kepada yang memang benar-benar memiliki minat yang kuat untuk membuat karya,” ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.