Sukses

Pagi Bersama Kawanan Bangau Putih di Muara Jenggalu Bengkulu

Muara berair payau sebagai titik pertemuan aliran Sungai Jenggalu dengan Samudera Hindia di Bengkulu ini ternyata menjadi persinggahan dari kawanan Bangau Putih yang sedang bermigrasi.

Liputan6.com, Bengkulu - Kesegaran udara dengan suhu lembab untuk warga Kota Bengkulu hanya bisa didapat pada pagi hari. Sebab kota kecil di sebelah barat Pulau Sumatera ini berada di pesisir pantai yang terasa hangat jika sudah beranjak siang.

Untuk menikmati pagi, warga memiliki banyak pilihan, bisa menghirup udara segar sambil berolahraga di kawasan Sport Center Pantai Panjang, minum kopi khas Bengkulu di pinggir Danau Dendam Tak Sudah atau oleh warga suku Lembak disebut Neron. Atau nongkrong di beberapa kedai sambil sarapan makanan khas Bengkulu seperti lontong tunjang, kue serabi kuah, bubur kampiun hingga minum teh telur yang melegenda.

Namun, di salah satu sudut Kota Bengkulu yang jarang diketahui publik adalah Muara Jenggalu. Muara berair payau sebagai titik pertemuan aliran Sungai Jenggalu dengan Samudera Hindia di Bengkulu ini ternyata menjadi persinggahan dari kawanan Bangau Putih yang sedang bermigrasi.

Sumber makanan berupa ikan kecil dan rerimbunan pohon bakau atau mangrove menjadi daya tarik kawanan Bangau Putih ini untuk selalu singgah dalam periode tertentu untuk berkembang biak. Kawasan ini memang dijaga dan tidak bisa dirusak karena masuk dalam status kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang Bengkulu.

Andrian Suseno (54) salah seorang karyawan swasta perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta mengaku sangat menikmati jika menghabiskan waktu pagi di Muara Jenggalu ini. Tidak hanya Bangau Putih yang menjadi daya tarik, riuh suara kicauan beragam, jenis burung dan deru angin yang menerpa pucuk pohon cemara laut juga membawa ketenangan jiwa.

"Untuk usia seperti saya, suasana seperti ini yang paling dicari, semua beban lepas ketika berada di sini," ungkap Andrian di Bengkulu Minggu, 30 Juni 2019.

Dia bersama keluarga biasanya datang dengan membawa sarapan sendiri dan menggelar tikar pandan di salah satu hamparan rumput yang tidak terlalu luas. Kakek satu cucu ini juga sering membawa cucunya ikut menikmati pagi di Muara Jenggalu Bengkulu.

"Pagi hari saya biasa ngopi tanpa gula, istri saya minum teh, bekal sarapan cuma minum sambil bawa kue atau biskuit saja," terangnya.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bangau Putih Menetap Selama 4 Bulan

Keberadaan kawanan Bangau Putih di Muara Jenggalu ternyata hanya terjadi pada bulan Mei hingga Agustus. Artinya, unggas ini singgah bermigrasi di Bengkulu hanya 4 bulan saja.

Yuwono Pintady, salah seorang pemilik kedai makanan di Muara Jenggalu mengatakan, pada bulan Mei, mereka datang untuk melakukan percampuran atau masuk musim kawin. Bulan Juni hingga pertengahan Juli, akan terlihat anak-anak Bangau Putih keluar sarang dan mulai dilatih mencari makan di sisi muara.

"Ada pulau kecil di antara aliran sungai menuju muara ini, kemungkinan mereka berkembang biak di sana," terang Yuwono.

Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia Provinsi Bengkulu ini juga mengungkapkan, Muara Jenggalu juga menjadi sarang ikan yang masuk dari Samudra Hindia seperti giant travelly atau oleh warga disebut ikan gebur, ikan kuwe atau arraw, beledang hingga blackbass atau nawi.

Nelayan tradisonal sekitar Muara juga sering membentang jala untuk mencari umpan memancing yang akan dibawa ke tengah laut. Jika cuaca sedang tidak baik, ikan muara ini juga dijadikan lauk untuk dikonsumsi sendiri.

"Jumlahnya banyak, jadi tidak saling ganggu dengan kawanan bangau," terang Yuwono.

3 dari 3 halaman

Spot Mancing Sambil Bersantai

Muara Jenggalu Kota Bengkulu dengan suasana yang alami juga sering dijadikan lokasi untuk melepas penat dengan beragam aktivitas. Salah satunya dijadikan spot memancing ringan.

Babul Hairin, salah seorang pemerhati lingkungan dan aktif di berbagai organisasi lingkungan mengaku sering melepaskan hasrat memancing di lokasi ini bersama para sahabat. Ikan yang didapat hanya berukuran kecil dan jarang dibawa pulang.

"Hanya mencari suasana dan bisa berkumpul bersama kawan-kawan," ujar Babul.

Kawasan Muara Jenggalu saat ini juga sudah berdiri dua kedai makan yang dibangun dengan pola pondokan. Beberapa pondok bahkan didirikan di atas air. Suasana menghadap langsung ke mulut muara dengan jajaran Pohon Cemara Laut atau biasa disebut Batang Eru menambah daya tarik jika datang ke lokasi ini.

"Kita bisa pesan minum atau makan besar sekalipun ada di sini," kata Babul Hairin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.