Sukses

Menikmati Pagi Menyusuri Jalur Geopark Banyuwangi

Sayup-sayup matahari mulai berpijar dari balik tebing, rona si api biru pudar, berganti pemandangan indah kawah berwarna biru toska.

Liputan6.com, Banyuwangi - Langit Kalipuro malam itu cerah, bintang-bintang bertaburan indah. Kawasan ini telah lama menjadi pilihan untuk singgah sejenak bagi mereka yang ingin memburu Si Api Biru di Kawah Ijen. Hal tersebut bukan tanpa sebab, selain jarak yang dekat, di kawasan ini juga banyak penginapan dengan harga terjangkau.

Untuk bisa menyaksikan keindahan Si Api Biru, perjalanan dari penginapan dimulai pukul 01.00 dini hari. Setelah semua siap, kendaraan kami pacu menuju Paltuding, menarabas jalan Kalipuro yang masih lengang.

Akses jalan menuju Paltuding sangat bagus, jalan mulus tanpa berlubang. Namun demikian, jalan yang pernah digunakan dalam perheltan Tour De Ijen ini belum dilalui kendaraan umum, sehingga untuk sampai ke Paltuding para pendaki harus membawa kendaraan pribadi.

Secara geografis, kawasan Gunung Ijen masuk dalam tiga wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi, dan pintu utama untuk masuk ke dalam lokasi kawah Ijen berada di Paltuding.

Sampai di Paltuding hembusan angin kencang menyambut, udara yang semakin dingin membuat kami menebalkan pakaian dengan jaket. Beberapa orang berkain sarung mendekat, sambil membawa lampu penerangan mereka menawarkan jasa antar.

Setelah melapor di pos penjagaan Paltuding, petualangan baru akan kami mulai. Waktu kini menunjukkan pukul 02.13, dengan estimasi perjalanan menuju kawah selama 2,5 jam, kami akan sampai di bibir kawah Ijen sekitar pukul 04.00, dan masih memungkinkan untuk bisa menyaksikan api biru kawah ijen.

Perjalanan awal didominasi oleh track menanjak dan berbedu, namun menjelang bagian akhir menuju Kawah Ijen, jalan semakin sempit dan track tanah berdebu berubah menjadi bebatuan cadas. Kami telah mencapai ketinggian lebih dari 2000 m dpl sekarang, dan aroma belerang makin kental tercium, itu tandanya bibir kawah Ijen sudah dekat.

Dari kejauhan 'Si Api Biru' sudah bisa terlihat, rasa penasaran mendorong kami dan pendaki lain untuk bisa sampai lebih dekat ke pusat semburan kawah. Fenomena alam langka yang hanya ada di Indonesia ini terbentuk akibat dari akumulasi panas yang merembes melewati celah-celah gas bumi, lalu terbakar jutaan kubik belerang yang tersimpan di dalamnya.

Sayup-sayup matahari mulai berpijar dari balik tebing, dan memudarkan rona 'Si Api Biru'. Kini yang terlihat hanya kepulan asap kuning mengandung belerang yang berhembus mengikuti tiupan angin. Meski demikian, hilangnya 'Si Api Biru' tidak lantas memudarkan pesona Kawah Ijen. Dari balik pusat semburan kawah terlihat keindahan danau Gunung Ijen yang berwarna biru toska.

Menurut guide yang mengantar kami, danau Gunung Ijen mengandung asam yang pekat. Memiliki luas mencapai 5.466 hektare, danau alami yang terbentuk akibat letusan gunung Ijen ini mempunyai kedalaman hingga 200 meter. Catatan pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen menunjukkan, gunung ini merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia, dengan riwayat meletus sebanyak 4 kali, yakni pada 1796, 1817, 1913, dan 1936.  

Dengan segala keistimewaan tersebut, tak heran jika Kawah Ijen dan beberapa situs wisata lainnya di Banyuwangi dinobatkan sebagai UNESCO Global Geopark.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jalur Geopark Banyuwangi

Demi pengembangan Geopark Nasional Banyuwangi sebagai UNESCO Global Geopark, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah menyusun pedoman jalur Geowisata Geopark di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. 

Kepala Bidang Ekowisata Gunawan Wimbawa Kemenpar saat acara Forum Group Discussion (FGD) Penyusunan Pedoman Jalur Geowisata Geopark Nasional Banyuwangi di El Royal Hotel & Resort Selasa (25/6/2019) mengatakan, penyusunan jalur geowisata untuk memadukan keragaman geologi dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya di kawasan Geopark Nasional Banyuwangi.

"Ini sekaligus merumuskan langkah bersama lintas sektor dalam mewujudkan jalur geowisata untuk mendukung pengembangan Geopark Nasional Banyuwangi sebagai UNESCO Global Geopark dan destinasi pariwisata dunia," katanya.

Nantinya akan ada beberapa jalur geowisata, pertama Jejak Pembentukan Kaldera Gendeng/Ijen Tua, Kedua Komplek Batuan Vulkanik Pegunungan Meru, Ketiga Mengungkap Pembentukan Kars dan Aluvium Alas Purwo, dan keempat Lanskap/Bentang Budaya Banyuwangi.

Gunawan Wimbawa menjelaskan, dalam kegiatan pembahasan jalur Geowisata Geopark Banyuwangi dengan mengundang berbagai pihak itu, ia menyebutkan ada tiga faktor yang menentukan pengembangan Geopark, yaitu geologi (geodiversity), hayati (biodiversity) dan budaya.

"Tiga faktor itu harus dikaitkan agar bisa dimanfaatkan untuk pengembangan Geopark menjadi objek wisata," katanya.

Gunawan juga mengatakan, pengembangan Geopark Banyuwangi menjadi destinasi wisata membutuhkan berbagai penanganan mulai penentuan objek wisata yang akan dikembangkan, pembangunan infrastruktur, termasuk peningkatan sumber daya manusia (SDM).

"Di Indonesia, pemerintah perlu turun tangan memberikan pemahaman dan pendidikan pentingnya pengembangan Geopark kepada berbagai kalangan, termasuk anak-anak sekolah," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.