Sukses

Singgah Pagi Ditemani Kopi di Pantai Watu Dodol

Ingin menjumpai pantai perawan yang sangat eksotis? Datanglah ke Jawa Timur.

Liputan6.com, Banyuwangi - Ingin menjumpai pantai perawan yang sangat eksotis? Datanglah ke Jawa Timur. Jika melintas di Jalan Lintas Situbondo – Banyuwangi, singgahlah di Pantai Watu Dodol, salah satu pantai yang menawarkan panorama alam yang menawan. Mengingat lokasinya yang berada di perbatasan antara Situbondo dan Banyuwangi, Pantai Watu Dodol kerap dianggap sebagai gerbang masuk menuju Kabupaten Banyuwangi.

Pantai Watu Dodol berjarak sekitar 5 km dari Pelabuhan Ketapang, atau tepatnya berada di Dusun Bangsring, Kecamatan Wonosorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. Nama Watu Dodol sendiri diambil dari batu karang besar yang berada tepat di pinggir pantai. Batu karang berukuran tinggi sekitar 5 meter tersebut berbentuk panjang menyerupai jajanan tradisional yaitu dodol.

Karakteristik unik dari Pantai Watu Dodol adalah pantainya yang tidak berpasir, melainkan dipenuhi bebatuan coral dan karang. Meski demikian, air di Pantai Watu Dodol masih sangat jernih dan memiliki panorama pemandangan alam yang sangat menawan. Mengingat ombaknya yang besar, pengunjung Pantai Watu Dodol tidak diperkenankan untuk berenang, namun di pinggir pantai terdapat beberapa kedai yang menjual berbagai kuliner khas pesisir.

Menariknya, di pantai ini terdapat dekorasi patung penari Gandrung yang berada di atas bangunan. Sambil memegang kipas, penari ini seolah-olah sedang meliuk-liukan badannya memperlihatkan kelihaiannya menari dan memberikan salam selamat datang kepada pengunjung pantai. Pantai Watu Dodol memang kerap disinggahi oleh pengendara yang melintasi kawasan Situbondo – Banyuwangi.

Lokasinya yang berada tepat di pinggir jalan menjadi alasan pantai ini kerap dijadikan persinggahan bagi pengunjung yang ingin bersantai sejenak.

Menurut warga sekitar, Pantai Watu Dodol kerap dijadikan lokasi ritual Puter Kayon yang digelar setiap habis lebaran. Ritual ini diadakan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat yang disimbolkan dengan mengarak tumpeng dan sesajian dari perkampungan penduduk menuju pantai. Sesajian ini kemudian dilarung ke laut, sementara tumpeng dimakan warga bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.