Sukses

Senasib, Indonesia dan Amerika Belajar Bersama Tangkal Hoaks

Amerika Serikat dan Indonesia memiliki persoalan yang sama terhadap maraknya penyebaran konten negatif berbau SARA dan Permusuhan.

Liputan6.com, Garut - Sekitar 100 pelajar, santri, mahasiswa, dan perwakilan organisasi kepemudaan muslim se-Jawa Barat, dibekali ilmu menangkal hoaks dalam workshop ‘Madrasah Digital’ yang diadakan di Garut, Jawa Barat, Sabtu 25 Mei kemarin.

Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai perayaan 70 Tahun hubungan diplomasi Amerika Serikat dan Indonesia.

Menggandeng Forum Komunikasi Kelompok Informasi Masyarakat (FK-KIM) Garut, sebagai mitra lokal, Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat perwakilan mereka di Jakarta, memberikan banyak informasi bagi peserta.

Para santri dan peserta lainnya diajari, bagaimana menangkal hoaks dan memproduksi konten positif serta damai di internet, yang dikemas dalam bentuk sharing session dan pelatihan.

Wakil Atase Kebudayaan Kedubes AS Emily Abraham mengatakan, persoalan penyebaran konten negatif, berbau sara dan kekerasan, merupakan persoalan serius yang dihadapi Amerika Serikat dan Indonesia saat ini.

"Sangat dibutuhkan bagaimana menyiapkan dan menghasilkan konten positif bagi masyarakat," ujarnya.

Berangkat dari persoalan tersebut, kedua negara melakukan komunikasi intensif, untuk menghasilkan kebijakan, hingga penguatan undang-undang di bidang hukum dan membuat jera pelaku.

Dalam praktiknya, peserta diberikan pemahaman bagaimana memahami hoaks, membuat konten berita yang positif, mengedit gambar, dan video yang dinilai positif bagi masyarakat.

"Seperti halnya di Thailand, kami pergunakan kurikulum google, mulai transliter, penggunaan konten hingga gambar," papar dia.

Meskipun demikian, panitia tetap berharap adanya sikap kritis dan membangun terhadap seluruh bidang kehidupan, yang ditunjukan seluruh peserta yang hadir. "Kami ingin menghasilkan generasi muslim tanah air yang mandiri dalam berbagai hal," ujar dia.

Dengan upaya itu, diharapkan seluruh peserta memahami bagaimana menghasilkan konten positif dan mencerahkan bagi masyarakat. Dan bukan malah memproduksi hoaks.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Upaya Tangkal Hoaks

Ketua Forum Komunikasi Kelompok Informasi Masyarakat (FK-KIM) Garut Janur M. Bagus mengatakan, kegiatan tersebut sebagian bagian kampanye global untuk menyadarkan masyarakat menangkal hoaks terhadap bahaya penyebaran konten negatif berbau SARA, permusuhan dan lainnya.

"Makanya kami berikan pemahaman bagi mereka bagaimana memilih konten, mengaploud, hingga mengemasnya dalam berbagai media," kata dia.

Janur menilai selama ini, para peserta yang mayoritas kalangan generasi muda milenial, merupakan pengguna terbesar sosial media saat ini, namun minim informasi bagaimana bahaya penyebaran konten linterasi negatif.

"Jika asal comot itu bahaya bagi masyarakat dan mereka sendiri," ujar Abah panggilan akrabnya mengingatkan.

Ia mencontohkan bagaimana cara mengambil gambar dan mengemasnya, dengan menghindari foto dan gambar video provokatif, mengandung unsur SARA yang bisa membuat gaduh masyarakat.

"Jurnalis saja dalam mengambil gambar, menulis naskah punya kode etik, ini pun sama kita berikan pemahaman," kata dia.

Dengan upaya itu, maka dengan sendirinya bisa menjadi sara efektif bagi generasi muda, untuk menangkal hoaks atau berita bohong sejak dini. "Mereka harus sadar apa yang dia perbuatnya harus dipertanggung jawabkan," kata dia.

3 dari 3 halaman

Respon Positif

Sahid, salah satu peserta Madrasah Digital menilai kegiatan itu sangat postif bagi kalangan dunia pesantren, terutama dalam menangkal hoaks.

Menurutnya, selama ini banyak informasi positif kaum sarungan di pesantren yang bersumber dari kitab kuning sebagai rujukan, belum tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.

"Kadang penyebaran konten negatif membuat pesantren meradang akibat tidak adanya hak jawab yang sesuai," ujar dia.

Ia berharap dengan adanya kegiatan itu, mampu menjadi solusi kalangan pesantren menghadapi derasnya penyebaran informasi di masyarakat. "Kami menjadi memiliki pengetahun bagaimana melayani dan memberikan bantahan yang tidak sesuai," kata dia.

Para santri berharap ujar di, adanya pelatihan workshop digital, kalangan pesantren lebih peka terhadap informasi yang beredar, dan bisa menfhasilkan konten yg positif bagi masyaraka.

"Saya berharap lebih sering menghimpun kalangan santri dan pelajar agar lebih tersadarkan pentingnya konten positif," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.