Sukses

Jurus Takjil Penangkal Hoaks di Sampang

Kisruh di Sampang yang berujung pembakaran kantor Polsek berawal dari berita hoaks.

Liputan6.com, Sampang Hoaks itu berbahaya. Kisruh di Sampang pada Rabu malam (22/5/2019), menjadi salah satu buktinya. Warga yang terhasut hoaks dengan beringas melemparkan bom molotov ke kantor Polsek Tambelangan. Selain bangunan, dua unit mobil dan 10 sepeda motor juga hangus tinggal rangka. 

Menurut Kapolda Jatim, Irjen Luki Hermawan, ketika pecah bentrok antara pendemo dan polisi di kantor Bawaslu Jakarta. Di Kabupaten Sampang beredar hoaks lewat video. Video rekaman bentrok Jakarta itu diberi narasi bahwa di antara perusuh yang ditangkap polisi sebagian ada warga Madura. Juga ada seorang tokoh agama yang dalam kondisi bahaya karena terjebak dan tak bisa keluar di lokasi bentrokan.

Karena video itu, sekitar 200 massa dari sejumlah desa mendatangi kantor Polsek Tambelangan, tujuannya untuk mengklarifikasi kebenaran isu dalam video. Namun entah bagaimana ceritanya, niat klarifikasi itu malah menjadi tindakan anarkis. Kantor Polsek dilempar batu dan bom molotov. 

Luki memastikan tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Sebab, Kapolsek dan anggotanya berhasil menyelamatkan diri dari amukan warga dan kebetulan ruang tahanan juga kosong. 

"Kami sudah bertemu tokoh-tokoh di sini, dan semua sepakat kasus ini diproses secara hukum. Nama terduga pelaku sudah kami kantongi, secepatnya mereka akan kami panggil dan diperiksa di Polda," kata Luki saat meninjau Polsek Tambelangan bersama Gubernur Jatim dan Pangdam V Brawijaya, Kamis (23/5/2019). 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akselerasi Penyebaran

Kapolsek Burneh, AKP Eko Siswanto, pernah dibuat pusing video hoaks. Rabu sore, 15 Mei lalu, sejumlah pemuda yang sedang ngabuburit di kawasan Embong Miring, ini kawasan padat pertokoan di Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, terlibat cekcok. Meski ada yang mengeliameng pisau, cekcok itu tak sampai memicu bentrok fisik karena bisa diredam warga sekitar. 

Rupanya ada yang merekam cekcok itu dan menjadikannya status WhatsApp. Maka, dengan cepat video itu menyebar dari satu grup Whatsapps ke grup lain hingga ke lini massa media sosial seperti Facebook. Menjelang tarawih, beredar video lain berjudul "Bentrokan Burneh berlanjut setelah berbuka, ada yang tewas." 

Isi video kedua itu mengerikan. Dua kelompok pemuda saling serang dengan pedang dan samurai di tengah jalan raya saat ramai lalu lintas. Video itu kemudian disusul postingan beberapa foto yang memperlihatkan seorang remaja tengah berada di rumah sakit dan sebelah tangannya terputus. Remaja itu dinarasikan sebagai korban dalam bentrok lanjutan itu. 

Eko Siswanto memastikan video yang kedua itu hoaks. Setelah ditelusuri itu adalah video bentrok anggota geng motor di Bandung. "Saya pusing, banyak yang nelpon nanya kebenaran video itu, saya jawab itu hoaks. Kok bisa secepat itu nyebarnya," kata Eko. . 

3 dari 3 halaman

Kesaktian Takjil

Melihat bahaya hoaks itu. GP Ansor Bangkalan melalui Pengurus Anak Cabang (PAC) di tiap kecamatan, giat menangkal hoaks. Pada Ramadan kali ini misalnya, kegiatan bagi-bagi takjil jadi medium untuk mensosialisasikan bahaya hoaks pada masyarakat. 

Sejak Ahad pekan lalu, secara maraton, GP Ansor Bangkalan menggelar bagi-bagi takjil. Diawali dari PAC Modung I, kemudian dilanjut PAC Kwanyar dan Kamal dan hari ini oleh PAC Modung III, mengelar bagi-bagi takjil di masing-masing Kecamatan. 

Tiap kali membagikan, diselipkan pesan agar masyarakat jangan mudah percaya informasi terutama yang beredar di dunia maya. Seperti ajakan berjihad ke Jakarta untuk menolak hasil pemilu dengan iming-iming mati syahid. 

"Selain takjil, kami juga dor to dor menyantuni anak yatim. Tiap ketemu warga pasti kami imbau agar tak mudah percaya pada informasi yang tak jelas sumbernya," kata Ketua PC GP Ansor Bangkalan, Ra Hasani Zuber, Kamis (23/5/2019). 

Soal kebijakan pemerintah yang membatasi akses ke media sosial usai bentrok di Jakarta, Hasani yang lolos ke Senayan sebagai anggota DPR RI dari Demokrat, setuju jika melihat dampak kemaslahatan yaitu terciptanya kedamaian dan kerukunan di Indonesia. 

"Tapi yang terpenting, tiap orang harus punya perisai diri yakni bisa membedakan mana yang hoaks dan mana yang tidak. Kalau ada berita judulnya bombastis dan lebay, 99 persen hoaks," ungkap dia.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.