Sukses

Prihatin, Krisis Air Bersih Jelang Lebaran

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mulai mengirimkan bantuan ake dua desa yang mengalami krisis air bersih

Liputan6.com, Banyumas - Sebulan lalu, cuaca ekstrem berupa hujan lebat baru saja terjadi di area Banyumas dan Cilacap dan berlangsung nyaris sepekan. Mendadak, cuaca berubah nyaris tanpa hujan sejak Mei 2019 alias kemarau.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, Jawa Tengah bagian selatan memasuki pancaroba, terutama Cilacap, Kebumen dan Banyumas pada Mei ini. Diperkirakan kemarau akan terjadi pada awal hingga dasarian ketiga Juni 2019.

Tetapi, rupanya, kemarau di beberapa wilayah datang lebih cepat. Akibatnya, kekeringan dan krisis air bersih mulai melanda.

Pada dasarian akhir Bulan Mei 2019 ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mulai mengirimkan bantuan air bersih ke dua desa yang mengalami krisis air bersih.

Dua desa tersebut yakni Desa Nusadadi Kecamatan Sumpiuh dan Desa Karanganyar Kecamatan Patikraja. Dua desa ini memang rawan bencana krisis air bersih.

“Yang untuk desa-desa itu baru sekali kemarin. Ada dua desa krisis air bersih,” kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo, Rabu malam.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemarau Picu Penurunan Kualitas dan Debit Air

Dia menjelaskan, dua wilayah ini memiliki karakteristik berbeda. Sebagian wilayah Desa Nusadadi Kecamatan Sumpiuh berada di kawasan pasang rob air laut dan rawa sehingga airnya tidak layak dikonsumsi. Pada kemarau, air sumur berbau dan berwarna sehingga tidak layak konsumsi.

Sedangkan di Desa Karanganyar Kecamatan Patikraja, debit sumur dan sumber air warga lainnya sudah berkurang drastis usai sebulan kemarau. Di wilayah ini, kekeringan akan bertambah parah seiring panjangnya musim kamarau.

“Kalau yang di Sumpiuh itu memang airnya tidak layak konsumsi. Kalau yang Patikraja memang karena debit airnya berkurang lah, sudah sangat berkurang,” dia menjelaskan.

Di luar Sumpiuh dan Patikraja, hingga saat ini belum ada lagi desa yang meminta bantuan air bersih. akan tetapi, dia memperkirakan permintaan bantuan akan meningkat menjelang Lebaran Idul Fitri atau awal Juni 2019 seiring kemarau.

BPBD Banyumas tahun ini menyipkan tiga tangki air untuk menyuplai air bersih ke wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan. Berdasar pengalaman tahun lalu, tiga tangkir air bisa mencukupi kebutuhan air di desa-desa yang membutuhkan.

Tetapi, jika memang diperlukan tambahan armada, BPBD akan mengggunakan truk tangki dari pihak lain, misalnya PDAM atau Dinas Kebakaran.

Langkah ini harus dilakukan mengingat persebaran wilayah yang mengalami krisis air bersih merata mulai dari Banyumas barat hingga Banyumas timur. Armada mesti bersiaga di wilayah yang tak terlampau jauh dari kawasan yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih.

“Sementara ini yang kita punya tiga. Tapi kalau kepepet ya kita bisa punya yang lain,” ucap Kusworo.

Simak video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.