Sukses

Masjid Tua Sidrap Bertiang Penyangga dari Batang Pohon Cabai

Pusat penyebaran Islam di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan konon bermula dari masjid tua yang memiliki empat tiang penyangga berbahan kayu cabai.

Liputan6.com, Sidrap Jejak sejarah penyebaran agama Islam berupa sebuah masjid tua di Sulawesi Selatan (Sulsel) dapat dijumpai di beberapa kabupaten kota yang ada di provinsi tersebut. Di antaranya di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).

Di kabupaten yang dikenal sebagai daerah lumbung padi Sulsel itu, terdapat sebuah masjid tua yang diperkirakan telah berusia 410 tahun yang bernama Masjid Tua Jerrae. Tepatnya berada di Desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae.

Masjid itu konon didirikan pada tahun 1016 hijriyah atau 1609 Masehi dan diyakini menjadi salah satu pusat peradaban Islam di Sulsel kala itu.

"Usianya hampir sama dengan masjid tua yang ada di Kabupaten Gowa bernama Masjid Katangka dan Masjid Jami Palopo yang berada di Kota Palopo," kata Bupati Kabupaten Sidrap, Dollah Mando, Rabu 15 Mei 2019.

Meski beberapa bagian masjid tersebut telah direnovasi, namun sama sekali tidak mengurangi nilai histori yang dimilikinya. Salah satunya keberadaan tiang penyangga masjid yang diyakini terbuat dari batang pohon cabai yang menurut warga setempat disebut kayu ladang.

"Yang direnovasi itu hanya bagian dinding luar, atap serta lantai masjid. Tapi keunikan dari Masjid Tua Jerrae seperti keberadaan pilar penyangga masjid hingga keranda jenazah kayu yang berukir kaligrafi ayat kursi masih tetap terjaga," terang Dollah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keranda Jenazah Bisa Bergerak Sendiri

Hal yang sama juga diungkapkan Imam Masjid Tua Jerrae, Haji Indar. Kata dia, masjid tua tersebut didirikan pertama kalinya oleh Abdullah atau Syech Bojo, Lapatiroi, dan La Pagala alias Nene Mallomo saat menyiarkan Islam di daerah Sidrap.

Empat tiang penyangga masjid berbahan kayu ladang (cabai) yang menurut ceritanya diambil dari kawasan Gunung Nepo yang terletak di Kecamatan Panca Lautang.

"Atap asli masjid juga dahulunya berbahan ijuk. Tapi karena rusak diganti dengan atap seng," tutur Indar.

Tak hanya itu, di dalam masjid juga terdapat keranda jenazah yang terbuat dari kayu dan bertuliskan kaligrafi ayat kursi. Konon ceritanya, dahulu keranda tersebut kerap bergerak sendiri seakan memberikan kabar jika ada warga sekitar masjid akan meninggal dunia.

"Cerita dahulu katanya pernah demikian. Keranda jenazah kayu itu diperkirakan usianya cukup tua namun masih kuat. Itu peninggalan Syech Bojo yang masih tersimpan di masjid ini," terang Indar.

 

3 dari 3 halaman

Makam Syech Bojo

Tak sampai di situ, keberadaan makam Syech Bojo beserta para kerabatnya juga bisa dijumpai tepat di area belakang Masjid Tua Jerrae. Makam penyebar agama Islam di Sidrap tersebut hingga saat ini masih kerap ramai dikunjungi masyarakat.

"Peziarah itu ada yang datang dari daerah lain bahkan dari negara Malaysia juga," kata Indar.

Kesakralan Masjid Tua Jerrae hingga saat ini masih terlestarikan oleh masyarakat setempat. Hampir setiap bulan suci Ramadan, masjid tua itu selalu padat digunakan salat berjamaah meski masjid disekitar juga ada.

"Warga lebih memilih ke sini karena katanya ingin dapat berkah apalagi mereka mengetahui histori masjid ini. Di mana sebagai pusat penyebaran awal agama Islam di Sidrap ," Indar menandaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.