Sukses

Biaya Ambulans Mahal, Jenazah Nenek di Garut Dibawa Pakai Taksi Online

Mahalnya biaya ambulans membuat pihak keluarga terpaksa menggunakan jasa taksi online untuk membawa jenazah sang nenek di Garut.

Liputan6.com, Garut Jenazah nenek di Garut dibawa menggunakan jasa taksi online meninggalkan rumah sakit. Pihak keluarga mengatakan, hal itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ada keringanan biaya ambulans dari pihak rumah sakit. 

Dandi, salah satu pihak keluarga jenazah nenek asal Kecamatan Banjarwangi tersebut mengatakan, pihak keluarga tidak punya cukup ongkos untuk membayar biaya pengantaran jenazah via ambulans rumah sakit.

"Teh bisa bawa jenazah gak?” tanya Dandi, kepada sopir taksi online.

Tak lama sopir taksi online yang diketahui bernama Yuni merespon permintaan itu, dan menyatakan kesanggupannya untuk mengantar jenazah ke kecamatan Banjarwangi yang berjarak sekitar 60 kilometer ke arah Garut selatan dengan biaya Rp 230 ribu.

Dalam waktu singkat, kisah pilu tersebut langsung viral menjadi pembicaraan warganet. Mereka memuji sikap manusiawi sopir taksi online, serta menyesalkan mahalnya harga sewa ambulans untuk mengantar jenazah itu.

"Murah segitu mah. Waktu almarhum ponakan, sewa ambulans dekat rumah, dipintain jasa nganter Rp 7,5 juta," ujar akun Muhammad Irfan dalam ungghan ang viral tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerita Sopir Online

Yuni (36) sopir taksi online yang mengantarkan jenazah sang nenek mendapat tanggapan positif dari warga. Aksi mulianya mengantarkan jenazah saat keadaan masih pagi buta tersebut kini menjadi viral.  

Saat dirinya mendapatkan orderan tak biasa dari Dandi untuk mengantarkan ibunya yang meninggal dunia karena sakit lever. "Waktu itu konsumen bilang 'teh bisa antar jenazah gak?'. Sebenarnya ada perasaan takut juga," kata dia, Rabu (8/5/2019).

Namun niatnya untuk menolong akhirnya mengubur dalam perasaan itu, hingga akhirnya Gimin, sang suami ikut serta dalam pengantaran jenasah tersebut.

"Bukan saya mencari untung minta uang lebih dari orang yang sedang berduka. Tapi memang kesepakatan driver yang ngalong (driver malam) seperti itu," kata dia.

Dalam perjalanan penuh pilu tersebut, Dandi akhirnya curhat mengenai alasannya memilih taksi online dibanding ambulans rumah sakit. "Katanya dia tidak punya cukup uang karena sewa ambulans dimintai biaya antar Rp 900 ribu," ujarnya.

Akhirnya jenazah pun tiba di tempat tujuan, meskipun dengan bantuan masyarakat sekitar akibat beratnya medan yang harus dilalui. "Kebetulan ada sopir tembak sambil didorong 10 orang baru sampai," kenang dia.

Saat tiba di lokasi, puluhan masyarakat langsung membantu evakuasi jenazah dan memberikan apresiasi dengan keikhlasan mengantar jenazah yang dilakukan Yuni dan suaminya tersebut.

3 dari 3 halaman

Bantahan Pihak Rumah Sakit

Sementara itu Wakil Direktur Bagian Umum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet, Garut, Eka Ariyanti membantah tudingan mahalnya biaya pengantaran ambulan rumah sakit yang dibebankan bagi pasien.

"Hasil investigasi tidak ada komunikasi dan negosiasi yang lebih lanjut dari pihak keluarga baik ke petugas IGD maupun ke petugas ambulans," ujarnya.

Sejak mencuatnya berita mahalnya biaya pengurusan pengantaran jenazah menggunakan ambulans, lembaganya langsung melakukan investigasi terhadap temuan itu. "Setelah kami cek ternyata keluarga lebih memilih angkutan grab yang lebih murah," kata dia.

Hasil investigasi mencatat, kejadian berlangsung 1 Mei 2019, pukul 03.45 WIB, setelah nenek T (69) salah satu pasien dari Desa Padahurip, Kecamatan Banjarwangi, meninggal dunia.

"Kemudian pihak keluarga berkomunikasi dengan petugas (perawat) IGD menanyakan kendaraan ambulans untuk pengangkutan jenazah ke Banjarwangi berikut tarifnya," kata dia.

Kemudian petugas IGD mengarahkan keluarga untuk berkoordinasi ke petugas Ambulans, namun sayang dua petugas ambulans yang masuk sedang keluar mengantar jenazah ke daerah Bandung dan Cibiuk.

"Akhirnya petugas IGD melakukan komunikasi dengan petugas ambulans termasuk besaran tarif sebesar Rp 400 ribu," kata dia.

Namun setelah dijelaskan ke pihak keluarga, tidak ada komunikasi lanjutan kedua belah pihak, terlebih setelah pengajuan pengurangan besaran tarif tidak digubris petugas.

"Karena petugas IGD bukan kewenangannya (menurunkan tarif), hingga akhirnya menyarankan untuk menunggu petugas ambulans," ungkap Eka.

Akhirnya tepat sekitar pukul 04.17 WIB petugas ambulans kembali ke rumah sakit setelah mengantarkan salah satu jenazah, pihak keluarga korban telah membawa jenazah menggunakan taksi online.

"Keluarga lebih memilih angkutan grab yang lebih murah," ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.