Sukses

Harapan Pejuang Pemilu di Malang untuk Para Pemenang

Tidak mudah merekrut anggota KPPS, karenanya mereka berharap kinerja baik dari para pemenang pemilu 2019.

Liputan6.com, Malang - Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) jadi salah satu lembaga yang bekerja ekstra keras saat pencoblosan Pemilu 2019 pada 17 April lalu. Banyak anggotanya bertumbangan usai bertugas, tidak sedikit pula yang meninggal.

Di Kota Malang, Jawa Timur, ada seorang ketua KPPS diduga mencoba bunuh diri karena stres ada selisih hitungan di tempat pemungutan suara (TPS). Seorang lagi meninggal dunia karena kelelahan usai penghitungan suara tingkat TPS.

Secara nasional diperkirakan puluhan anggota KPPS meninggal dengan berbagai penyebab, kelelahan jadi faktor utama. Di Twitter bergema menyebut mereka pahlawan pemilu. Tak sedikit yang menulis di facebook bernada tanya kapok atau tidak bertugas di TPS.

Hari Sutrisno, Ketua KPPS di TPS 41 Kelurahan Sawojajar Kota Malang mengatakan akan berpikir ulang jika diminta jadi penyelenggara pemungutan suara pemilu. Jika tetap pemilihan serentak presiden – wakil presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota serta DPD.

"Ini pemilu terkejam. Kalau pola kerjanya tetap seperti ini dan dituntut harus cepat selesai ya pikir–pikir kalau diminta jadi panitia lagi," kata Hari di Malang, Minggu, 21 April 2019.

Saat hari pencoblosan, ia siaga sejak pukul 06.00 dan menyelesaikan penghitungan suara pukul 04.00 pagi esok harinya. Mulai pencoblosan, rekapitulasi suara sampai ratusan dokumen harus ditandatangani. Pemilu ini jauh lebih rumit dibanding pilkada serentak 2018.

"Saya terpaksa jadi KPPS karena jarang ada yang mau. Masih lebih ringan pemilihan kepala daerah kemarin," ujarnya.

Hari dan rekan-rekannya akan sangat kecewa pada para peserta pemilihan presiden, legislatif dan DPD yang terpilih lewat pemilu 2009 ini. Itu jika mereka bekerja tidak benar setelah dilantik nantinya.

"Semua peserta pemilu harus berterimakasih. Kalau kinerjanya tidak baik, tentu kami ikut kesal," tuturnya.

Geovani, anggota KPPS di TPS 14 Kelurahan Penanggungan mengakui sangat kelelahan selama pencoblosan kemarin. Namun ia tetap berminat jadi penyelenggara pemungutan suara pada pemilu berikutnya.

"Lelah fisik dan pikiran dan nyaris tidak tidur selama sehari. Ini pengalaman pertama saya, tapi enggak kapok kok," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sulit Rekrut KPPS

Jumlah seluruh anggota KPPS di Kota Malang ada sebanyak 16.465 orang tersebar di 2.353 TPS. Bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang, tidak mudah merekrut warga agar mau menjadi anggota KPPS.

"Tidak semua mau, ini soal kesadaran. Kami harus melibatkan ketua rukun warga dan rukun tetangga untuk memudahkan rekrutmen,” kata Ketua KPU Kota Malang, Zaenudin.

Ditambah lagi ada aturan melarang seseorang dua periode jadi anggota KPPS. Membuat proses rekrutmen semakin sulit karena harus menggaet orang baru. Karena itu apresiasi sebesar-besarnya mereka yang sudi jadi anggota penyelenggara pemungutan suara.

Honor ketua KPPS sebesar Rp 550 ribu dan anggotanya sebesar Rp 500 ribu. Honor itu satu paket sejak mereka dilantik hingga selesainya pemilu. Tidak ada asuransi bagi mereka yang meninggal dunia maupun sakit karena kelelahan bertugas.

"Kalau pun ada bantuan itu sifatnya santunan dari kami. Karena memang anggarannya ya segitu itu," ujar Zaenudin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.