Sukses

Gadis Asal Kediri Penderita Gangguan Jiwa Gigit Jari hingga Hampir Putus

Selepas menjalani pengobatan jiwa, pada akhir tahun 2017 lalu gadis dengan gangguan jiwa ini mulai melakukan kebiasaan menggigiti jari tangannya lalu digosok-gosokkan ke tanah, hingga mengalami infeksi.

Liputan6.com, Kediri Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mengunjungi rumah Wiji Fitriani (28) warga Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Apa penyebabnya? Fitri diketahui menderita gangguan jiwa, dia sempat viral di media sosial karena menggigit jari jemarinya hingga hampir putus.

Usai diketahui telah menyakiti dirinya, Wiji Fitriani mendapat penanganan perawatan secara langsung dari tim medis puskesmas setempat. Keduanya tangannya yang mengalami infeksi terpaksa dibalut perban dan dibersihkan.

Menurut dokter Rindang Wariha Idana selaku Kepala Puskesmas Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Fitri Fitriani tercatat sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sejak tahun 2005 lalu.

Semenjak menderita gangguan jiwa, pihaknya selalu rutin melakukan pendampingan pengobatan kepada Fitri. Termasuk, membawanya ke Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang Jawa Timur sebanyak tiga kali.

"Kalau menyebutnya orang dengan gangguan jiwa, bahasa medisnya sefromenia sudah mulai tahun 2005. Kita sudah melakukan pengobatan rutin, termasuk dirujuk ke RSJ Lawang tiga kali 2011, 2014, 2017 awal," tutur Rindang, Sabtu, 20 April 2019.

Selepas menjalani pengobatan jiwa, pada akhir tahun 2017 lalu Wiji Fitriani mulai melakukan kebiasaan menggigiti jari tangannya lalu digosok-gosokkan ke tanah, hingga mengalami infeksi.

"Waktu itu masih satu jari, karena lukanya sudah membusuk, harus mendapat penanganan dokter bedah. Jadi kita rujuk ke RSUD Pare. Dua hari di sana disarankan untuk amputasi operasi memotong yang busuk. Yang busuk dipotong nanti yang tersisa yang bagus saja," katanya.

"Malamnya mau operasi, itu mbahnya nangis geger akhirnya minta dijemput, ditelepon menolak operasi puskesmas, ditelepon dari rumah sakit akhirnya, jam 12 malam kita jemput di sana," ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ditinggal Ibunda Merantau

Selepas dari rumah sakit, karena tidak intensif mengonsumsi obat secara maksimal dan lepas dari penanganan dokter spesialis, lukanya semakin merembat dan perilaku Wiji Fitriani masih tetap sama yakni suka menggigit jari dan menggosok-gosokkannya ke tanah.

Rindang sebenarnya sudah berulang kali menyarankan agar yang bersangkutan secara khusus ditangani oleh dokter spesialis untuk segera dioperasi, tetapi lagi-lagi terkendala izin dari pihak keluarga. Meski demikian, setiap bulannya Wiji Fitriani selalu mengikuti program posyandu jiwa di Puskesmas.

Di samping itu, ragil dari empat bersaudara ini juga mendapatkan perawatan medis berupa pemberian suntik maupun obat sehingga sekarang Wiji Fitriani sudah lancar diajak berkomunikasi.

"Sekarang kalau diajak ngomong sudah bagus, cuman sekarang lukanya ini harus ketemu dokter spesialis. Cuman enggak mau operasi intinya seperti itu," ucapnya.

Rindang kembali menegaskan, jika luka pembusukan pada jari tangan Wiji Fitriana dikarenakan infeksi. Pembusukan luka tersebut tidak hanya dialami pada bagian tangan dan jari melainkan juga merembet ke bagian kaki. "Bukan dimakan ya, digigit. Kalau dimakan kan ditelan. Salah itu, digigiti. Sekarang tinggal dua. Yang kanan masih bagus," katanya.

Diketahui selama masih kecil hingga dewasa, Wiji Fitriani tinggal bersama neneknya bernama Mbah Jira (73). Semenjak lahir, Wiji sudah ditinggal ibunya Sarminiwati pergi merantau bekerja ke Kalimantan, sementara ayahnya pergi ke Tulunganggung usai bercerai.

3 dari 3 halaman

Izin Sang Mbah

Dinas Provinsi Jawa Timur, akhirnya memutuskan untuk membawa Wiji Fitriani (28) pasien penderita gangguan jiwa ke Rumah Sakit Menur Surabaya. Dia dibawa menggunakan mobil ambulans dijemput dari rumahnya di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, Minggu (21/04/2019).

Wiji Fitriani dibawa ke RSJ Menur Surabaya setelah mendapat persetujuan dari neneknya, Jirah (73). Semula petugas sempat memberi saran kepada Jirah, agar cucunya ini diizinkan untuk dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan maksimal di sana. Jirah awalnya merasa keberatan, tetapi karena diberikan saran dan pengarahan demi kebaikan cucunya, ia akhirnya mengizinkan.

Menurut Dr Sukesi, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, salah satu pertimbangan pihaknya membawa Wiji Fitriani ke RSJ Menur Surabaya, agar gadis tamatan sekolah madrasah ibtidaiyah kelas tiga ini mendapatkan pelayanan sekaligus perawatan medis secara maksimal.

Selain pengobatan medis kejiwaan, Wiji Fitriani juga akan mendapatkan perawatan tulang terkait luka di tangan dan kakinya yang sudah membusuk akibat infeksi.

"Ini Fitri kita bawa ke RSJ Menur Surabaya, sampai dia sembuh gangguan jiwanya. Terus setelah di RSJ Menur nanti kita koordinasikan, dengan RSUD Dr Soetmomo nanti akan dilakukan rawat gabung. Dokter spesialis tulang di RSUD Dr Soetomo akan merawat Fitri juga di RSJ Menur," katanya.

Karena sebelumnya memiliki riwayat medis tiga kali pernah dirawat di RSJ Lawang Malang, Jawa Timur, dapat disimpulkan jika sakit jiwa yang dialami bersangkutan termasuk kategori sefromenia atau halusinasi.

"Ada dua anak kecil yang menyuruh dia menggesek-gesek tubuhnya, digigit tulangnya. Itu kan tulangnya sudah gangren ya, seperti diabet semakin lama merentek (menjalar). Kalau putus (jarinya) karena gangren (membusuk). Digigit mungkin gatal ya," ucapnya.

Agar lebih fokus pada penyembuhan Fitri, sementara waktu ini, nenek Jirah tidak diizinkan untuk ikut di rumah sakit. Semua keperluan biaya perawatan di rumah sakit nantinya akan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Saya diperintah oleh Ibu Gubernur untuk mengurusi ini, nanti kalau ada kesulitan saya lapor ke Gubernur," ujarnya.

Lebih lanjut ia menampik tentang gancarnya informasi yang berkembang yang menyebut jika Fitri telah memakan jarinya sendiri. Peristiwa ini kemudian menjadi viral di medsos.

"Enggak lah bukan perilaku kanibal, terlalu berlebihan itu. Karena dia ini berhalusinasi, karena dia punya gangguan jiwa. Bukan perilaku kanibal," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.