Sukses

Keren, Sawah Petani Banyumas Disulap Jadi Taman Bunga

Ada pemandangan unik penghilang rasa bosan saat melintas di jalan kelurahan Bobosan, Purworejo.

Liputan6.com, Banyumas - Ada pemandangan unik penghilang rasa bosan saat melintas di jalan kelurahan Bobosan, Purworejo. Kanan kiri jalan penuh dengan refugia yang tengah berbunga.

Bunga kenikir, jengger ayam, tapak dara, bunga matahari, bayam, hingga kembang kertas ditanam di bahu-bahu jalan yang lengsung menghadap ke hamparan hijau tanaman padi.

Lantaran keindahannya, sawah tak lagi terasa lahan pertanian. Keindahan bunganya menyebabkan orang betah berlama-lama layaknya di taman wisata.

Soal bunga menambah keindahan, pasti. Tetapi, bagi petani ada yang lebih penting lagi. Bunga-bunga yang ditanam itu adalah benteng untuk tanaman utama agar terhindar dari serangan hama dan penyakit.

Akhir-akhir ini, Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memang mengimbau agar petani menanam refugia untuk mengantisipasi serangan hama wereng dan hama lainnya. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyumas, Widiarso mengatakan refugia tersebut berguna untuk mengendalikan populasi hama yang berpotensi menyerang tanaman padi.

Salah satunya, wereng. Pasalnya, wereng bisa menurunkan produktifitas padi bahkan bisa menyebabkan puso.

Dia menjelaskan, refugia yang ditanam di pematang sawah berfungsi sebagai perangkap. Wereng dan hama lainnya akan lebih tertarik mendekati bunga-bunga yang berwarna lebih cerah dan mengeluarkan aroma harum.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Varietas Padi Tahan Hama

Sementara, tanaman refugia merupakan habitat serangga predator yang akan memangsa wereng yang mendekat. Dengan begitu, populasi wereng bisa dikendalikan.

"Refugia itu adalah beberapa jenis tanaman yang berbunga yang ditanam di pematang di sekitar sawah sawah untuk menjebak sebagai perangkap hama tersebut. Sudah dikembangkan di Bobosan, Rawalo dan sentra sawah di Jatilawang," ujar Widiarso.

Widiarso mengemukakan, salah satu penyebab tingginya serangan wereng adalah curah hujan dan kelembapan yang tinggi. Selain itu, petani juga tidak mengamati secara intensif tanamannya sehingga tidak mengetahui populasi wereng sebenarnya.

Saat wereng sudah di atas ambang normal, serangannya akan menurunkan produktifitas dan kualitas padi. Sebab itu, ia meminta agar petani lebih rajin mengamati tanamannya pada masa musim tanam kedua ini.

"Mengamatinya bukan dari pematang, tapi masuk ke sawah, rumpun padinya dibuka agar terlihat populasi serangan werengnya," dia menerangkan.

Selain menyerang langsung tanaman, wereng juga merupakan inang penyakit tanaman padi. Salah satunya adalah membawa bakteri dan jamur yang bisa menyebabkan penyakit hawar daun atau patah pangkal leher.

Jika tanaman terserang penyakit ini, maka produktifitasnya akan jauh menurun lantaran bulir padi tak terisi. Petani pun merugi.

Selain menanam refugia dan melalui pengamatan intensif, pengendalian serangan hama wereng juga bisa dilakukan dengan memilih jenis varietas yang resisten terhadap serangan wereng. Beberapa jenis yang direkomendasikan di antaranya, Ciherang, Mekongga, dan jenis Inpari, seperti Inpari 32 dan 33.

"Kalau IR 64 itu sudah menurun kekebalannya. Harusnya mencari verietas yang masih baru," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.