Sukses

Kekadangan Wringin Seto dan Pengharapan Pemilu di Puncak Bukit Soko

Puncak Bukit Desa Soko kerap dikunjungi orang-orang 'penting' Indonesia. Di musim Pemilu tempat itu makin ramai.

Liputan6.com, Blora - Kekadangan Wringin Seto, begitu biasa orang Blora menyebutnya. Padepokan penghayat kepercayaan ini ada di puncak bukit Desa Soko, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Bukit itu sejak lama menjadi area pertapaan, dan anggota padepokan percaya, juga menjadi tempat turunnya wahyu setelah mereka melakukan ritual.

Tidak mudah untuk mencapainya, orang yang ingin berkunjung harus melewati jalan menanjak. Meski demikian, konon banyak orang 'penting' Indonesia yang berkunjung dan melakukan pertapaan di bukit itu. 

Agung Ariyanto, seorang pemerhati sejarah Blora kepada Liputan6.com mengatakan, sejak dulu Blora memang dianggap mercusuar, nusantara kecil yang kerap dikunjungi para pemimpin Indonesia.

"Para tokoh sering datang, dan penghargaan kalpataru pun pernah diberikan Soeharto ke Wringin Seto di bukit Soko," ungkap Agung, Kamis (4/4/2019).

Kedatangan para tokoh bangsa, kata Agung, tidak ada satu pun orang luar yang mengetahuinya, lantaran mereka kerap datang tanpa pengawalan. 

Budi, salah seorang pengikut Kekadangan Wringin Seto mengatakan, sampai sekarang masih banyak pemimpin dan orang-orang yang berpengharapan jadi pemimpin datang ke Wringin Seto. Apalagi saat tiba musim pemilu seperti sekarang ini.

"Ya untuk melihat diri, apakah ada garis untuk jadi pemimpin atau tidak," katanya. 

Budi juga menceritakan, saat Orde Baru tumbang, Mbah Wardi (Koesoema Soerodiningrat Soewardi) yang juga sesepuh Kekadangan Wringin Seto sudah melihat tanda-tandanya pada Soeharto.

"Pak Harto, dulu diminta turun dari jabatannya karena sudah ada tanda dari Wringin Seto," katanya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jejak Kekadangan Wringin Seto

Ajaran padepokan Kekadangan Wringin Seto dibawa oleh Koesoema Soerodiningrat Soewardi ke Blora. Setelah dia meninggal, padepokan kini dipimpin Eka Agus Tijana Budi.

Kekadangan Wringin Seto didirikan pada bulan Suro, tepatnya tanggal 8 September tahun 1895 Masehi di Mergoyudan, Jalan Kartisono, Solo, Jawa Tengah oleh Eyang Amiseno dan Amiluhur.

Lalu kepemimpinan diteruskan oleh Djoyo Amiharjo di kota yang sama. Setelah itu, barulah pada kepemimpinan Eyang Koesoema aliran ini dikembangkan ke kota lain, yaitu Blora sebagai pusatnya. 

Kelompok aliran kepercayaan Wringin Seto tersebar di beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah, seperti sekitar Solo, Yogyakarta, Muntilan, Magelang, dan Rembang. Penyebaran aliran ini, diketahui tidak begitu pesat dikarenakan proses dan metode nya yang masih sederhana. 

"Hanya melalui mulut ke mulut dan terbatas untuk yang bersedia ikut serta," kata Budi. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.