Sukses

Kopi-Kopi Juara di Tanah Para Dewa

Kopi-kopi Banjarnegara terbukti unggul kualitasnya, baik jenis kopi arabika maupun robusta.

Liputan6.com, Banjarnegara - Gunung Purba Dieng yang membentang ratusan kilometer di Banjarnegara adalah berkah bagi warganya. Tanah vulkanik yang subur membuat hampir semua komoditas pertanian tumbuh dan berkembang baik di kawasan ini. 

Sebut saja kentang Dieng yang namanya dikenal hingga mancanegara, meski belakangan nasibnya suram. Harga rendah menyebabkan petani kentang Dieng banyak beralih mencoba komoditas lainnya.

Petani Dieng didorong untuk mencoba peruntungan di komoditas bawang putih. Harganya memang selangit. Pasalnya, produksi dalam negeri belum mencukupi seluruh kebutuhan pasar domestik.

Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Banjarnegara membuat program penananam bawang putih, sebagai tanaman sela atau rotasi kentang. Potensi pertanian ini sangat besar lantaran suplai bawang putih kini masih mengandalkan impor.

Selain kentang dan bawang putih, ada potensi lain yang juga dilirik Pemkab Banjarnegara, yaitu kopi. Usai Galih Febianto (29), pemuda asli Wanadadi, berhasil membawa kopi arabika Kalibening naik kelas dengan menjadi pemenang Festival Kopi Nusantara, komoditas kopi di kawasan tersebut mulai naik kelas. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gondo Arum dan Ratamba

Ratamna, menjadi kopi arabika terbaik setelah menyisihkan 9 kopi arabika lainnya dari berbagai penjuru tanah air, yakni kopi Arabika Toraja, Samboga Bandung, Prigen Pasuruan, Kledung Temanggung, Ijen Raung Bondowoso, Flores Bajawa Ngada, Bumiaji Batu, Bowongso Wonosobo, dan kopi arabika Bandung.

Yang kedua adalah kopi robusta Gondo Arum, Banjarnegara yang meraih juara ketiga dalam kontes kopi bergengsi, Indonesia Specialty Coffe Contest 2018. Kemenangan petani atas nama Imam Sarjidin ini menunjukkan bahwa kopi-kopi dari Banjarnegara memang juara.

Permintaan kopi Robusta dari Dusun Gintung, Binangun Kecamatan Karangkobar pun langsung meningkat pesat. Konsumen tak hanya berasal dari dalam negeri. Pasar luar negeri pun sudah meliriknya.

Jepang misalnya, ingin dikirimi kopi Gondo Arum sebanyak 2.000 ton per tahun. Padahal, produksi kopi baru mencapai 500 ton per tahun.

Ketiga adala kopi arabika Ratamba Kecamatan Pejawaran. Namanya juga cukup dikenal di kalangan pecinta kopi nusantara. Kopi ini menjadi salah satu unggulan komoditas pertanian Banjarnegara.

Menilik potensi kopinya yang beragam, Pemkab pun mewacanakan kopi menjadi tanaman komoditas unggulan Dieng. Cukup beralasan memang, pasalnya, tiga kopi di atas dibudidayakan di sekitar Dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian antara 600-12.200 mdpl.

"Kopi Arabika Pajawaran itu, potensinya sangat bagus" kata Kepala Dinas Pertanian Banjarnegara, Totok Setya Winarno, beberapa waktu lalu.

 

3 dari 3 halaman

Pertanian Terpadu

Kopi, kata Totok, bisa menjadi alternatif untuk menjadi komoditas unggulan para petani Dieng yang kini kebanyakan masih menanam sayuran. Di luar kentang yang sedang hancur lebur, petani Dieng juga terbiasa menanam kubis dan wortel.

Bukannya membaik, kubis dan wortel yang juga banyak ditanam di daerah lain semakin kehilangan nilai ekonomisnya. Bukannya untung, terkadang petani justru buntung.

"Memang perlu tanaman yang lain. Karena kalau sayuran itu kan panennya serentak dan tidak bisa disimpan," dia menjelaskan.

Konversi hutan lindung menjadi lahan pertanian intensif juga membuat tanah di Dataran Tinggi Dieng semakin tak sehat. Pun, ancaman bencana alam seperti longsor meningkat.

Karenanya, tanaman kopi yang juga bernilai konservasi akan menjadi pilihan yang cukup masuk akal untuk ditanam di Dataran Tinggi Dieng. Tanaman berkayu keras dan berumur panjang sedikit demi sedikit akan memperbaiki sturuktur tanah.

Tak sekadar wacana, Pemkab Banjarnegara juga sudah mulai melangkah. Salah satunya berkomunikasi dengan Islamic Development Bank (IDB) untuk bekerjasama membangun pertanian terpadu.

Kulit kopi, sampah pertanian hingga semak dan rumput akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Diketahui, Dieng punya plasma nutfah yang benar-benar unggul, yakni domba Batur. Sebaliknya, domba batur secara bertahap akan menyuplai kebutuhan pupuk dan bertahap akan mengubah budaya pertanian kimia menjadi organik.

"Sumber daya genetik domba batur itu satu-satunya itu ya hanya di Batur," ucap Totok.

Rencananya Dinas Pertanian akan mengembangkan pertanian terpadu itu di Kecamatan Pejawaran, Batur, Karangkobar, hingga Wanayasa. Kawasan ini akan disulap menjadi wilayah pertanian berkelanjutan yang bernilai konservasi.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.