Sukses

Detik-Detik Longsor Menimbun Nenek Wartini di Pemalang

Wartini tak bisa lolos dari material longsor yang jatuh begitu cepat.

Liputan6.com, Pemalang - Martoyo tak bisa menyembunyikan kesedihannya ketika bercerita bagaimana longsor menimbun istrinya, Wartini (60), Jumat malam lalu. Ia menyesal lantaran tak bisa menyelamatkan orang yang telah mendampingi hidupnya puluhan tahun.

Longsornya tebing di belakang rumahnya telah memenggal paksa kisah hidupnya bersama sang istri. Tetapi, bagaimana pun, ia sadar nasib memang telah tersurat dan tak bisa dianulir.

Martoyo bercerita, Jumat sore (22/3/2019), air hujan bak tumpah dari langit di Dusun Pedagung Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Pemalang, Jawa Tengah. Hujan itu tak kunjung berhenti hingga malam tiba.

Selepas Magrib, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya. Ia tak mengetahui pasti suara yang begitu menyeramkan itu. Hanya saja, gemeretak suaranya mirip dengan suara gerakan tanah.

Dugaannya benar, sepersekian detik kemudian, material longsor berupa tanah bercampur lumpur itu menghunjam rumahnya. Rumah petak semipermanen yang terbuat dari papan kayu dan beratap seng itu seketika rata dengan tanah.

Martoyo beruntung, ia berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, Wartini, istrinya tak bisa lolos dari material longsor yang bergerak begitu cepat. Ia tertimbun berkubik-kubik tanah.

"Saya sudah berteriak mengajak istri saya lari. Namun terlambat! Tiba tiba tanah bak menghunjam rumah saya dari atas.... Brakkk!," tutur Martoyo.

Peristiwa longsor ini pun menggegerkan warga Dusun Pedagung. Dengan alat seadanya, mereka berupaya menyelamatkan Wartini. Sayangnya, situasi tak mendukung. Volume longsoran yang besar dan hujan lebat menghambat penyelamatan itu.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Risiko Rumah di Tanah Berkontur Miring

Warga tak bisa memaksakan diri. Tanah berkontur miring itu sangat rawan longsor jika diguyur hujan lebat. Bisa saja, longsor susulan terjadi dan membahayakan warga yang berupaya mengevakuasi korban.

Warga lantas melaporkan peristiwa ini kepada pemerintah desa yang lantas meneruskannya ke kepolisian. Begitu menerima laporan, unit kecil lengkap Polsek Watukumpul bersama dengan Taruna Tanggap Bencana meluncur secepatnya ke lokasi.

Hujan berangsur reda. Dengan tambahan kekuatan dari tim yang berpengalaman dalam tanggap darurat bencana, evakuasi dilanjutkan.

Wartini akhirnya ditemukan. Sayangnya, saat berhasil dievakuasi, ia telah meninggal dunia.

"Tidak butuh waktu lama, jasad korban ditemukan dalam keadaan tertimbun tanah longsor," kata Kapolsek Watukumpul, AKP Iptu M. Subagio, akhir pekan kemarin.

Tetapi, pekerjaan belum usai. Kepolisian dan relawan kebencanaan mesti membantu warga bekerjabakti memperbaiki rumah Martoyo. Merka juga akan berupaya menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

Subagio menerangkan, kepolisian sebelumnya telah mengimbau agar warga mewaspadai risiko longsor pada musim penghujan ini. Pihaknya juga mensosialisasikan agar warga tak membangun membangun rumah di tanah miring yang berisiko longsor."

"Keterbatasan kepemilikan tanah memang memerlukan perhatian serius dari pihak pemerintah. Relokasi dipandang perlu namun hal tersebut juga terbentur dengan biaya pemerintah dalam pengadaan tanah," katanya menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.