Sukses

Riuh dalam Hening, Peringatan Hari Pantomim Sedunia di Bandung

Semangat menumbuhkan pantomim itu masih ditunjukkan sejumlah anak muda di Bandung yang menggelar peringatan Hari Pantomim Sedunia, Jumat (22/3/2019).

Liputan6.com, Bandung Dunia pantomim Indonesia terbilang kurang populer ketimbang seni gerak tubuh lainnya. Meski begitu, semangat menumbuhkan pantomim itu masih ditunjukkan sejumlah anak muda di Bandung yang menggelar peringatan Hari Pantomim Sedunia, Jumat (22/3/2019).

Bertempat di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jalan Buahbatu, puluhan muda-mudi yang tergabung dalam komunitas Mixi Imajimimetheatre Indonesia menampilkan pertunjukan pantomim.

Awalnya, mereka beraksi di depan kampus. Di atas trotoar jalan tersebut, mereka menampilkan berbagai adegan sehingga mencuri perhatian warga yang melintas.

Tubuh tanpa suara itu terus bergerak ke dalam kampus. Masih dengan sikap bercerita tanpa kata, berteriak tapi hening, sehingga penghuni kampus terheran-heran dengan aksi mereka.

Namun, tak ada satupun di antara para mahasiswa yang sadar bahwa pada 22 Maret diperingati sebagai Hari Pantomim Sedunia.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ulang Tahun Marcel Marceau

Menurut seniman Wanggi Hoed, peringatan hari pantomim ini merupakan inisiatif di seluruh dunia dari World Mime Organization untuk merayakan seni mime dan komunikasi non verbal pada 22 Maret. Bertepatan dengan lahirnya seniman legendaris dan maestro mime asal Perancis, Marcel Marceau yang lahir 22 Maret 1923.

Marcel Marceau, lahir di Strasbourg, dari keluarga Yahudi. Ayah Marcel, Charles Mangel adalah tukang daging (halal) yang berasal dari Bedzin, Polandia. Ibunya Anne Werzberg berasal dari Yabluniv, Ukraina. Dari keluarga Ibunya, ia adalah sepupu penyanyi Israel Yardena Arazi ketika Marcel Marceau berusia 4 tahun, keluarganya pindah ke Lille, tetapi kemudian mereka kembali ke Strasbourg.

Setelah invasi Perancis oleh Nazi Jerman, Marcel berumur 16 tahun dan melarikan diri bersama keluarganya ke Limoges. Pada tahun 1944 ayah Mangel ditangkap oleh Gestapo dan dideportasi ke Kamp Konsentrasi Auschwitz, dan dibunuh, Ibu Marcel selamat.

Marcel dan adiknya, Alain mengadopsi nama belakang Marceau selama pendudukan Jerman di Perancis. Kedua bersaudara itu bergabung dengan perlawanan Perancis di Limoges, tempat mereka menyelamatkan banyak anak-anak dari undang-undang ras dan kamp konsentrasi dan setelah pembebasan Paris.

Menurut Marceau, ketika ia berusia 5 tahun, ibunya membawanya untuk menonton Film Charlie Chaplin yang memikatnya dan membuatnya ingin menjadi pantomim. Pertama kali ia menggunakan pantomim ketika Perancis diserbu Nazi Jerman, dan ia menjaga anak-anak Yahudi agar tetap tenang dan membantu anak-anak melarikan diri ke Swiss.

Setelah perang berakhir pada tahun 1945, Marceau mendaftar sebagai siswa di Sekolah Seni Drama Charles Dullin di Sarah Bernhardt Theatre di Paris, tempat dia belajar dengan para guru seperti Joshua Smith dan Etienne Decroux dan Jean Louis Barrault.

"Di Bandung, perayaan Hari Pantomim telah digelar sejak 2011. Berbagai kegiatan seni pertunjukan mime telah digelar di berbagai tempat dengan tema yang berbeda-beda," kata Wanggi kepada Liputan6.com.

Kali ini, komunitas Mixi Imajimimetheatre Indonesia mengangkat tema Tumbuh Sunyi Membumi. Tema ini bertujuan mengajak masyarakat melihat kembali perjalanan pertumbuhan seni pantomim di segala penjuru dunia yang selama ini kurang diketahui masyarakat luas.

Wanggi mengungkapkan, kegiatan perayaan Hari Pantomim diperingati serentak di berbagai negara dan kota di dunia. Hal ini membuktikan pantomim dapat menjadi penggerak keberlanjutan seni melalui bahasa tubuh.

"Hari ini saja dirayakan serentak di 8 kota dan 5 negara," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.