Sukses

Kisah Tercecer Banjir Sentani, Diana Monim yang Selamat dari Impitan Batu

Banjir bandang di Sentani membawa material bebatuan. Warga harus berjibaku menghindari terjangan batu-batu besar. Diana Monim seorang balita salah satunya.

Liputan6.com, Sentani - Diana Monim (4 tahun) meringis kesakitan. Kedua tangan mungilnya terus memegang bagian perut sebelah kanan. Diana tak berdaya, dia dibopong oleh anggota TNI. Diana ditemukan di permukiman padat penduduk daerah Kemiri, Sentani, Kabupaten Jayapura ketika banjir bandang melanda. Diana hanya sendiri. Dua saudaranya masih dinyatakan hilang.

Mama Diana mengembuskan nafas terakhir karena terhimpit batu. Jenazahnya masih diurus oleh suaminya di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jayapura.

"Saya tantenya. Mamanya meninggal. Diana sendirian sekarang. Bapak Diana juga tidak tahu bahwa anaknya masih hidup,” kata Maria sambil menangis memeluk Diana di Posko Kesehatan Tanggap Darurat Banjir Bandang Sentani yang berada di Kantor Bupati Kabupaten Jayapura.

Oleh tim dokter posko kesehatan, Diana harus dilarikan ke Rumah sakit Abepura, karena mengalami keram pada bagian perutnya.

Kisah lain dialami oleh Marince Kogoya (19 tahun). Sebelum banjir bandang menghantam rumahnya, ia mendengar suara gemuruh hebat dari Bukit Cyclop. Rumah yang ditempati Marince tepat berada di kaki Gunung Cyclop.

"Mama saya dan Mama tua (tante) kesakitan pada bagian dada. Sepertinya terhantam kayu atau batu. Kami empat perempuan sempat menyelamatkan diri dari hantaman arus air yang seperti ditumpah ke bawah," jelas Marince yang ditemui di Posko Kesehatan Tim terpadu pada Minggu (17/3/2019).

Marince mengaku masih kehilangan lima keluarganya, semua laki-laki.

"Bapak Ade (om) tidak tahu di mana. Saya hanya dengan mama saja dan keluarga lainnya. Kami harap cepat ditemukan oleh keluarga lainnya," ujar Marince.

Posko kesehatan dan pengungsian yang dipusatkan di Kantor Bupati Kabupaten Jayapura terus didatangi korban dan pengungsi, pascabanjir bandang yang melanda daerah itu. Ruas jalan di Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, masih dipenuhi dengan material banjir, berupa bongkahan kayu besar dan pasir serta batu. Hingga kini, data dari posko terpadu banjir bandang menyebut 61 jenazah telah ditemukan.

Tim evakuasi gabungan membawa jenazah para korban ke Puskesmas Sentani Kota dan RSUD Yowari untuk dibersihkan, kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Kota Jayapura untuk diidentifikasi. Pemerintah Kabupaten Jayapura menetapkan status tanggap darurat, usai banjir bandang yang menerjang Sentani. Tanggap darurat berlangsung hingga 14 hari ke depan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kerusakan

Data dari Posko terpadu juga menyebutkan tiga jembatan permanen putus akibat empasan material banjir. Ketiga jembatan itu adalah Jembatan Doyo Baru samping lapangan terbang Adven Doyo, Kertosari, dan jembatan belakang kantor Bupati Jayapura.

"Tiga distrik terparah terjadi di Distrik Sentani Kota, Waibu, dan Sentani Barat. Hingga kini ada 350 rumah rusak, sekolah 8 buah dan 104 jembatan kecil hilang terseret arus," ucapnya.

Hingga Minggu tanggal 17 Maret 2019 pukul 14.30 WIT, korban bencana alam banjir bandang di Kabupaten Jayapura mencapai 61 meninggal dunia. Seluruh korban tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua hingga pukul 15.47 WIT.

Tim DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua telah mengindentifikasi 17 jenazah. Sebanyak 15 jenazah di antaranya telah diserahkan kepada keluarga korban dan 2 jenazah masih menunggu keluarga korban.

Sedangkan jumlah korban akibat banjir bandang lain yang luka-luka ada 43 orang yang dirawat di RSUD Yowari dan Puskesmas Kota Sentani. Sementara sebagian pengungsi berada di Posko pengungsian yang berada di Kantor Bupati Jayapuar, termasuk dengan Posko kesehatan dan posko terpadu.

Simak video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.