Sukses

Ketika Fenomena Halo Matahari di Aceh Jadi Pertanda Pemenang Pilpres 2019

Halo matahari bergantung pada bentuk dan arah kristal es yang direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es berbentuk batang atau prisma.

Liputan6.com, Aceh - Halo matahari terlihat di langit Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Selasa siang, 12 Maret 2019. Fenomena optis berupa lingkaran cahaya mengelilingi matahari ini memunculkan beragam komentar warganet di media sosial, terutama Facebook.

Banyak warganet merasa takjub dengan fenomena halo matahari yang terjadi sekitar pukul 11.00 WIB hingga 12.00 WIB. Ada yang mengungkapkan kekaguman dengan bertasbih.

"Subhanallah," tulis pemilik akun Facebook Ach Zaini.

Terdapat pula warganet merasa was-was jika halo matahari pertanda akan terjadi bencana. Tidak sedikit yang berdoa, berharap halo matahari ini bukan pertanda buruk.

"Ya Allah, jauhkanlah hal-hal buruk yang terjadi di bumi Serambi Makkah ini. Al-Fatihah," bunyi doa pemilik akun Romi Prayuda.

Ada pula warganet mengaitkan fenomena ini dengan politik, khususnya Pilpres 2019. Dari yang menganggap halo matahari penerang saat dunia meredup karena politik Pilpres 2019 hingga pelesetan kata 'halo' sebagai sapaan untuk capres-cawapres.

"Mungkin banyak lampu dunia sudah redup gara-gara politik tahun 2019. Semoga penerang umat semakin terang untuk memilih pemimpin yang baik dan bijaksana untuk menjaga negeri ini," tulis Mulyadi Mramli.

"Halo pemimpin 2019," tulis akun Hikmatt Afiq Baihaqqi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Muasal Halo Matahari

Terlepas dari komentar warganet yang beragam, Stasiun Klimatologi Aceh Besar punya penjelasan spesifik mengenai halo matahari. Fenomena ini tidak terjadi hanya pada matahari, tetapi juga bulan.

"Disebut juga nimbus, icebow, atau gloriole. Ada berbagai macam halo, tetapi umumnya halo muncul disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus, biasanya cirrostratus, yang dingin yang berada 5–10 kilometer atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer," terang Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Wahyudin, kepada Liputan6.com, Selasa sore, 12 Maret 2019.

Halo matahari bergantung pada bentuk dan arah kristal es yang direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es berbentuk batang atau prisma. Ini kemudian, menyebabkan sinar matahari terpecah dalam beberapa warna karena efek dispersi udara yang dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.

Halo matahari kadang muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es yang disebut debu berlian. Kejadian ini dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya.

"Sebelum ilmu meteorologi dikembangkan. Fenomena ini digunakan sebagai sarana prakiraan cuaca," kata Wahyudin menanggapi ada sejumlah komentar warganet yang menyebut fenomena halo matahari pertanda muncul musim panas.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.