Sukses

Dianggap Ajaran Sesat, Begini Isi Kitab Islam Sejati Kebumen

Kitab Islam Sejati yang dinilai memuat ajaran sesat itu ditulis dalam bahasa Jawa, dalam dua huruf, yakni huruf latin dan huruf Jawa

Liputan6.com, Kebumen - Hadi alias HS (70) sebelumnya hanya dikenal sebagai orang tua yang dianggap punya kemampuan pengobatan tradisional. Namun, belakangan ia membuat buku yang lantas ditasbihkan sebagai Kitab ajaran Sejati, yang belakangan dinilai sebagai ajaran sesat.

Warga Kelurahan Kebumen Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah ini menyusun buku itu berdasar bisikan gaib yang didapatnya. Namun, Hadi sendiri tak tahu pasti, makhluk gaib macam apa yang membisikinya dengan ajaran sesat itu.

Kitab Islam Sejati yang dinilai memuat ajaran sesat itu ditulis dalam bahasa Jawa, dalam dua huruf, yakni huruf latin dan huruf Jawa. Antara bahasan berhuruf latin dan Jawa dipisah.

“Dijilid terpisah,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kebumen, Kiai Haji Nur Sodiq, Kamis petang, 7 Maret 2019.

Nur Sodiq mengaku sempat membaca kitab ajaran sesat ini. Namun, waktunya tak cukup untuk mempelajari seluruh buku. Terlebih ada yang ditulis dengan huruf Jawa sehingga butuh konsentrasi lebih.

Akan tetapi, meski sekilas, ia bisa menyimpulkan bahwa buku tersebut memuat ajaran yang melenceng dari kaidah Islam Ahlussunah Wal Jamaah.

Buku hanya dibuat satu buah dan belum ada salinannya. Kini, buku yang dinilai memuat ajaran sesat ini berada di Kementerian Agama untuk dipelajari.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ajaran Sesat Islam Sejati

Beberapa ajaran yang dinilai sesat di antaranya, dalam syahadat, Islam Sejati menambahkah kata ‘Nuuro’ sebelum kata Muhammad dalam kalimat syahadat kedua.

Penambahan kata ‘Nuuro’ itu dianggap melenceng lantaran menambah kata dalam dua kalimat syahadat yang berpotensi untuk mengubah makna kalimat syahadat.

“Saya diberi bukunya, dalam bukunya itu syahadatnya ada tambahan ‘Waasyhaduanna Nuuro Muhammadarrosuululloh’,” dia menerangkan.

Dalam buku itu, ajaran lain yang dinilai sesat adalah dalam ajaran Islam Sejati tidak disebut puasa Ramadan. Yang ada adalah puasa magrib hingga magrib.

Kemudian, ada pula puasa khos, yakni puasa selama tiga hari, dan puasa khosul khos yakni puasa lebih dari tiga hari.

Ajaran lain yang dianggap keliru adalah sewaktu sujud salat, bacaan salatnya bukan sebagaimana yang diajarkan Rosulullah dan dikenal oleh umat Islam pada umumnya, melainkan bacaan atau doa dalam bahasa Jawa.

Kekeliruan lainnya, ajaran buku Islam Sejati juga mengartikan Islam Ahlussunah Wal Jamaah sebagai gotong royong. Padahal, Ahlussunah Wal Jamaah adalah satu kelompok atau firqoh dalam Islam yang dianut oleh mayoritas umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia.

“Termasuk Indonesia pun mayoritas menganut Islam Ahlussunah Wal Jamaah,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Tanda-Tanda Ajaran Menyimpang

Nur Sodiq mengemukakan, ada 10 tanda-tanda ajaran Islam yang menyimpang. Di antaranya, menambah atau mengurangi rukun Islam dan Iman. Mengingkari Al Quran dan Hadits sebagai landasan hukum.

Lainnya, mengubah tata cara ibadah seperti pada umumnya. Kemudian, mengkafirkan kelompok lain karena bukan kelompoknya. Kemudian mengingkari salah satu rukun iman dan Islam. Meyakini ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

“Itu beberapa tandanya,” ucapnya.

Sebelumnya, belasan pengikut Islam Sejati telah dibimbing untuk bertobat agar tak melenceng dari kaidah Islam. Sebanyak 11 pengikut Ajaran Islam Sejati bertobat di Markas Polres Kebumen. Lainnya, bertobat di rumah salah satu pengikut Islam sejati di Desa Sumberadi, Kebumen.

Informasi yang diperoleh Nur Sodik, jumlah pengikut Islam Sejati lebih dari 15 orang. Namun, belum semuanya bertobat. Karenanya, MUI dan Kemenag bakal memfasilitasi pengikut yang hendak bertobat lewat petugas dan penyuluh di tingkat Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan.

Tak hanya itu, MUI dan Kementerian Agama Kabupaten Kebumen juga bakal aktif mendampingi mantan pimpinan dan pengikut atau anggota kelompok Islam Sejati yang telah bertobat.

Nur Sodiq mengatakan MUI dan Kemenag Kebumen akan menugaskan petugas khusus untuk intensif mengajarkan kaidah agama sesuai dengan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah yang diyakini oleh mayoritas umat Islam di Indonesia.

Mereka bakal dibimbing untuk mengerti ajaran Islam agar tak kembali menjadi pengikut ajaran sesat. Adapun bekas pengikut Islam Sejati yang berlokasi jauh diimbau untuk belajar agama kepada yang memang benar-benar ahli.

“Saya kemarin memberi arahan agar setelah tobat ini, Sampeyan harus belajar Islam dengan baik, dari orang yang dianggap benar-benar ahli dalam Islam,” dia mengungkapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.