Sukses

Ramai-Ramai Demo Kepala Sekolah Atas Dugaan Pelecehan Siswa di Luwu Timur

Di dalam ruangan sang Kepala Sekolah, S mengaku dirinya justru dilecehkan oleh Kepala Sekolah dengan cara kemaluannya dipegang sebanyak dua kali.

Liputan6.com, Luwu Timur - "Ganti Kepala Sekolah, dia tidak pantas mengajar disini, dia tidak sopan," teriak ratusan siswa SMK Negeri 1 Malili, Luwu Timur saat melakukan demonstrasi di halaman sekolah mereka pada Kamis, 14 Februari 2019 siang.

Ratusan siswa itu mendemo kepala sekolah mereka sendiri lantaran diduga telah melakukan pelecahan seksual kepada salah satu siswanya. Para siswa itu berdemo sambil membawa papan bertuliskan 'Perjakaku hilang direnggut kepsek'.

Dugaan pelecehan seksual itu bermula ketika salah seorang siswa berinisial S (16) datang terlambat ke sekolah. S pun dipanggil Kepala Sekolahnya, AKS, ke ruangannya.

"Saya terlambat datang ke sekolah, jadi terpaksa saya lompat pagar. Karena ketahuan makanya kepala sekolah panggil saya ke ruangannya untuk dinasihati," kata S saat dikonfirmasi.

Namun di dalam ruangan sang Kepala Sekolah, S mengaku dirinya justru dilecehkan oleh Kepala Sekolah dengan cara kemaluannya dipegang sebanyak dua kali.

"Saya tidak terima dengan perlakuannya, setelah saya beritahu teman-teman saya mereka semua marah dan mendemo pak Kepsek. Pas kami datang ke ruangannya dia malah kabur," jelas S.

Aksi demonstrasi tersebut pun makin tidak terkontrol lantaran AKS, sang Kepala Sekolah justru malah melarikan diri. Beruntung anggota Polisi dari Polres Luwu Timur berhasil menenangkan ratusan siswa yang berdemo itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bantahan Kepala Sekolah

Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMK Negeri 1 Malili, AKS, membantah semua tudingan bahwa dirinya melecehkan salah seorang siswanya. Ia mengaku sama sekali tidak pernah menyentuh kemaluan siswanya itu.

"Tidak, tidak benar itu kalau saya pegang kemaluannya," kata AKS saat dikonfirmasi, Jumat, 15 Februari 2019 petang.

AKS mengakui bahwa dirinya memang memanggil S untuk diberi sanksi. Sanksi yang diberikan kepada S lantaran siswa itu membolos dengan cara melompat pagar.

"Bukan terlambat, tapi bolos. Makanya saya panggil dia untuk disanksi," ucapnya.

Sanksinya, lanjut AKS, adalah perintah untuk melaksanakan salat zuhur lalu membersihkan plafon ruangan. Karena hanya menggunakan sapu ijuk, S pun naik keatas meja agar bisa menggapai plafon tersebut.

"Dia (S) naik keatas meja supaya sampai itu plafon dibersihkan dari sarang laba-laba," ucapnya.

AKS mengajak saat itu ada momen dimana dirinya mungkin secara tidak sengaja menyentuh kemaluan siswanya itu. Momen itu adalah saat dirinya memberi petunjuk bagian plafon mana lagi yang harus dibersihkan.

"Seingat saya, saya tidak memegang kemaluannya seperti yang ditudingkan, saya hanya menunjuk. Entahlah apakah saya tidak sengaja menyentuh atau bagaimana, yang jelas saya hanya menunjuk ke arah plafon," akunya.

AKS juga membantah bahwa dirinya melarikan diri saat didatangi oleh siswanya yang melakukan demonstrasi. AKS mengaku saat itu dirinya sedang pergi mengambil buah rambutan.

"Kalau saya dikatakan lari itu tidak benar, karena saya lagi di (Desa) Lampia ambil rambutan atas pesanan Ibu Kabidmen UPT Cabang Dinas Pendidikan untuk di bawah ke Makassar malam ini," bebernya.

 

Saksikan video menarik pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.