Sukses

Polemik Subkhan, Ini Kata Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia

Petani bawang di Brebes adalah petani yang tangguh. Apa pun yang terjadi, petani akan tetap menanam bawang merah.

Liputan6.com, Brebes - Akhir-akhir ini, beredar viral video seorang petani bawang merah Brebes, yang mengeluhkan harga begitu rendah. Ia sampai menangis di depan Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno.

Di depan Sandiaga Uno, Subkhan mengaku tak bisa membayar angsuran utang bank yang mencapai Rp 15 juta. Padahal, agunannya adalah rumah orang tuanya.

"Borehnya adalah rumah saya, rumah bapak saya," ucap si petani, dalam video itu.

Dia juga mengungkapkan banyak petani bawang merah yang mendadak jadi duda. Maksudnya, menduda lantaran istrinya terpaksa bekerja ke luar negeri menjadi TKI.

Akhirnya si petani malang ini ditenangkan oleh Sandiaga. Lantas, mereka pun berpelukan.

Belakangan, diketahui bahwa Subkhan adalah bekas anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Brebes. Namanya, Muhammad Subkhan.

Karenanya, banyak warganet yang berkomentar bahwa Subkhan berlebihan alias lebay. Kecurigaan ini tak aneh mengingat jabatan Subkhan sebelumnya di lembaga penyelenggara pemilu tersebut.

Ketua KPU Brebes, Riza Pahlevi membenarkan bahwa Subkhan, si petani bawang merah ini, adalah bekas komisioner KPU Brebes di periode sebelumnya. Dan ia memastikan kini Subkhan sudah tak lagi menjabat.

"Periode 2013-2018," ucap Riza, Rabu sore, (13/2/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Benarkah Subkhan Petani Bawang Merah?

Bahkan, diketahui Subkhan sempat kembali mendaftar untuk jabatan periode sekarang. Tapi, ia tak lolos.

"Masuk 10 besar," ucapnya lagi.

Lantas, apakah Subkhan memang benar-benar petani bawang merah?

Juwari, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Brebes membenarkan bahwa Subkhan merupakan petani bawang merah di Brebes. Namun, Juwari tak menjelaskan seberapa luas garapan Subkhan.

Di luar kesibukan Subkhan sebagai petani, kata Juwari, informasi yang diketahuinya, Subkhan juga merupakan aktivis LSM. "Benar, petani. Tapi juga aktivis LSM," ucap Juwari.

Soal pendapat warganet yang menganggap Subkhan lebay lantaran nangis-nangis di depan Sandiaga Uno, Juwari enggan berkomentar. Namun, ia menegaskan, petani bawang di Brebes adalah petani yang tangguh.

Meski harga jatuh, petani bawang tetap akan bertahan. Dan petani akan tetap menanam bawang merah. Sebab, itulah mata pencaharian dan keahlian yang sudah mendarahdaging.

"Apa pun yang terjadi, petani akan tetap menanam bawang merah. Petani Brebes itu tangguh," dia menegaskan.

Ia juga tak mempermasalahkan Subkhan yang menangis di depan Sandiaga mengeluhkan harga bawang yang rendah. Menurut dia, sah-sah saja seseorang mengungkapkan perasaannya dengan bermacam ekspresi.

"Ekspresi masing-masing orang kan berbeda-beda," dia menambahkan.

3 dari 3 halaman

Harga Bawang Merah Terkini

Terkait harga bawang merah, Juwari mengatakan saat ini harga bawang merah di tingkat petani Brebes sudah mulai merangkak naik. Sebelumnya, tiga pekan lalu harga bawang sempat jatuh ke Rp 8.000 per kilogram,

Namun, mulai awal pekan ini, harga bawang naik menjadi Rp 10 ribu per kilogram. Dia pun cukup bersyukur dengan kenaikan ini dan berharap kembali naik di hari-hari berikutnya.

Akan tetapi, harga Rp 10 ribu per kilogram itu belum cukup untuk menutup biaya produksi, apalagi untung. Sebab, untuk untung, tiap kilogram bawang merah mestinya dihargai minimal Rp15.000 per kilogram.

"Jadi kalau mau untung harusnya di atas itu harganya Rp 15.500 ke atas lah," kata Juwari.

Dirinya juga mengungkapkan, penurunan harga bawang disebabkan melimpahnya pasokan. Sebab, sejumlah sentra bawang merah panen secara bersamaan.

Di luar Brebes, sejumlah sentra bawang merah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat juga panen raya. Di Brebes sendiri, pada Januari dan Februari ini, area panen mencapai 9.000 hektare.

Produksi per hektare masing-masing mencapai 9-10 ton. Hanya dari Brebes saja, pasokan bawang merah mencapai 90 ribu ton. Tak heran jika harga jatuh.

Kondisi ini juga diperparah lantaran petani tak bisa menyimpan bawangnya terlalu lama. Pasalnya, pada musim penghujan, bawang merah tak bisa disimpan terlalu lama. Risikonya bawang merah bisa busuk.

"Karena terkendala musim hujan pengeringannya. Untuk menghindari kerugian lebih besar, makanya kita terpaksa jual," Juwari menambahkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.