Sukses

6 Fakta Pernikahan Beda Usia 40 Tahun di Pasuruan

Pernikahan lintas generasi di Pasuruan ini sempat bikin heboh jagad maya karena videonya yang tersebar di media dan jejaring sosial.

Liputan6.com, Pasuruan - Pernikahan beda usia 40 tahun antara Syamsuri (60), warga warga Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, dengan Dewi Silfiah (20) warga Desa Karangsentul, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, menghebohkan jagad dunia maya.

Begitu banyak komentar warganet menanggapi video pernikahan beda generasi itu yang beredar di media dan jejaring sosial. Berikut adalah enam fakta pernikahan beda usia 40 tahun di Pasuruan yang berhasil dirangkum oleh Liputan6.com.

Video Viral Pernikahan Beda Usia 40 Tahun

Pernikahan tak biasa tersebut diketahui dari unggahan salah seorang pengguna jejaring media sosial, Jumat, 1 Februari 2019.

Akun FB Faiq Qomariah tersebut mengunggah beberapa foto, lengkap dengan foto buku nikah keduanya. Selain itu, ada satu foto yang menunjukkan ketika pengantin pria menyematkan cincin di jari manis sang gadis pujaan. Dan beberapa foto lain menunjukkan foto bersama keluarga.

Dari keterangan foto yang ditulis, diketahui bahwa mempelai wanita yang baru berusia 20 tahun itu bernama Dewi Silfiah, warga Kecamatan Gondangwetan, sedangkan sang pria (60) bernama H. Syamsuri asli Probolinggo.

Kontan pernikahan beda generasi itu tak sedikit yang mencibir, tetapi banyak pula yang mendoakan sepasang insan yang telah sah menjadi suami istri ini.

"Dunia nyata, 60th-20th samawa ya pak lek," tulis akun Faiq Qomariah.

KUA Nikahkan Pasangan Beda Usia 40 Tahun Ini di Pasuruan

Jagad dunia maya dihebohkan dengan sebuah foto pernikahan antara kakek berusia 60 tahun dengan perempuan muda berusia 20 tahun. Akad nikah tersebut bahkan sebelumnya dibumbui tangisan mempelai wanita.

Saat dikonfirmasi, KUA setempat membenarkan berlangsungnya pernikahan tersebut.

Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, kakek berusia 60 tahun ini bernama H. Syamsuri, tercatat sebagai warga Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan.

Sementara sang mempelai perempuan, bernama Dewi Silfiah yang beralamat di Dusun Karanganyar, Desa Karangsentul, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan.

"Iya benar, pernikahannya berlangsung Kamis, (31/1/2019) di sini," ungkap salah satu petugas KUA Gondangwetan yang tak mau disebutkan namanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mempelai Wanita Menangis Saat Akad Nikah

Salah seorang petugas KUA Gondangwetan Pasuruan, yang tak mau disebutkan namanya itu menceritakan prosesi pernikahan antara dua mempelai yang terpaut usia 40 tahun itu.

Berdasarkan penuturan penghulu, sang mempelai putri sempat memainkan telepon selulernya dan meneteskan air mata sesaat sebelum akad nikah berlangsung.

"Sempat main Hp saat saya mukadimah dan saya tegur. Nah saat saya mengakad, perempuannya menangis. Saya sendiri pun tidak tahu alasannya," ucapnya.

Berdasarkan penuturan sang penghulu pula, diketahui bahwa pernikahan ini merupakan pernikahan kedua bagi keduanya. Sang suami merupakan duda setelah ditinggal meninggal oleh istrinya. Sedangkan, sang istri merupakan seorang janda setelah bercerai dari suaminya.

 

3 dari 4 halaman

Pandangan Pertama Terjadi di Toko Kain

Syamsuri, mempelai pria, mengungkapkan, pertemuannya dengan Dewi Silfiana berawal dari ketidaksengajaan. Akhir Desember lalu, ia hendak mengantarkan salah seorang keponakannya untuk mondok di Ponpes Sidogiri, Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan.

Saat tiba di Desa Sidogiri, ia sempat berhenti untuk membeli makanan dan minuman di salah satu toko waralaba. Saat itulah, ia tertarik melihat sebuah karpet yang diletakkan di luar sebuah toko kain, tidak jauh dari toko waralaba itu.

Ia pun masuk ke toko kain untuk melihat-lihat. Salah seorang pegawai toko kain itu, Dewi Silfiana, lantas keluar dan melayaninya. Ia pun sempat berbicara dengannya dan membeli salah satu kasur untuk keluarganya di Probolinggo. Rupanya, pertemuan ini menimbulkan benih-benih cinta di hatinya.

Keesokan harinya, ia kembali ke toko kain tersebut. Namun, bukan untuk membeli kasur, melainkan untuk mengutarakan niatannya meminang Silfi, sapaan akrab Dewi Silfiana. Dari sini diketahui jika Dewi Silfiana tinggal di Desa Karangsentul. Ia pun mendatangi rumah putri sulung dari Sudarno (45) dan Mahmudah (41).

"Saya sempat salat istikharah. Dari sini, saya mantap untuk mempersunting Silfi. Dan, awal Januari lalu saya mendatangi rumah orangtuanya untuk melamarnya. Alhamdulillah, prosesnya lancar. Kamis lalu (31 Januari 2019) kami resmi menikah," jelasnya.

 

4 dari 4 halaman

PDKT Dengan 26 Wanita Sebelum Menikah

Pria kelahiran 1958 ini menjelaskan, saat menikahi Silfi, statusnya adalah duda. Ia mengaku pernah menikah dengan perempuan bernama Dewi Fatonah. Namun, sang istri meninggal dunia pada 2017 lalu karena sakit. Ia pun sempat melakukan penjajakan kepada 26 wanita, sebelum akhirnya merasa cocok dengan Dewi Silfiana.

Ia menyebut pilihan ini bukannya tanpa alasan. Sebab, Dewi Silfiana tidak menuntut macam-macam dengan meminta dibelikan ini itu. Karakternya yang pendiam dan sederhana, membuatnya jatuh hati. Berbeda dengan kebanyakan wanita yang ditemuinya yang kerap meminta ini dan itu.

"Memang ada perbedaan usia hingga 40 tahun. Namun, hal ini bukanlah masalah. Yang penting kami saling menerima. Kunci keberhasilan suatu hubungan pernikahan adalah saling mengasihi dan pengertian antara suami-istri," jelas pria yang sehari-harinya menjadi pedagang ayam ini.

Orangtua Mempelai Wanita Tidak Persoalkan Nikah Beda Usia

Orangtua dari mempelai wanita, Sudarno (45) mengaku tak mempermasalahkan soal perbedaan usia yang cukup jauh dari keduanya. Bahkan, usianya lebih muda daripada sang menantu. Menurutnya, ini adalah pernikahan kedua putrinya usai bercerai dengan suami sebelumnya.

"Tidak ada paksaan dalam pernikahan ini. Putri saya memang langsung mengiyakan saat lamaran datang. Soal putri saya yang sempat menangis saat akad nikah, itu adalah tangisan haru. Ia bahagia usai sempat gagal di pernikahan pertamanya," jelasnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.