Sukses

Sarapan Pagi yang Penuh Kenangan di Pasar Papringan Kebun Bibit Kediri

Di Pasar Papringan Kebun Bibit Kediri pengunjung juga dihibur dengan alunan musik tradisional gamelan sehingga kesan budaya dan tempo dulunya terasa begitu kuat.

Liputan6.com, Kediri - Ada banyak potensi wisata di Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Salah satunya adalah wisata desa kebun bibit Kediri. Di sini tercatat ada sekitar lebih dari seribu jenis tanaman yang dibudidayakan.

Di lahan seluas setengah hektare tersebut terlihat banyak tumbuh ribuan jenis tanaman konversi dan buah-buahan di antaranya tanaman buah sawo, alpukat, mangga, durian, kelengkeng, serta masih banyak varian buah lainnya.

Lokasinya yang rindang dan asri, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal Kediri, maupun dari luar daerah untuk singgah berkunjung ke sini.

Begitu pengunjung masuk di area wisata, banyak ditemui berbagai macam jenis buah-buahan yang masih dalam kondisi menggantung di pohon. Di sini juga pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan berbagai macam hewan jenis unggas yang sengaja dibiarkan bermain.

Pengunjung bisa mengajak mereka untuk berinteraksi dengan memberinya makanan yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Pihak pengelola juga menyediakan tempat yang asyik buat kongkow.

Di sekitar kawasan kebun bibit dijumpai sejumlah gazebo. Gazebo ini disediakan khusus bagi para pengunjung yang memesan makanan dan minuman di warung.

Wisata kebun bibit Kediri didirikan sejak tahun 2014 silam. Pemiliknya adalah seorang Kepala Desa bernama Agus Joko Susilo (34).

Menurut keterangan Ahmad Slamet Hariadi (23) selaku koordinator pengelola wisata desa, jika pada libur nasional atau hari Sabtu dan Minggu jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata desa Kebun Bibit Kediri bisa mencapai ribuan.

"Ada dari luar kota di antaranya dari Surabaya, Tulunganggung, Blitar, Madiun bahkan pernah juga ada wisatawan dari Singapura yang rela datang jauh-jauh singgah di sini," tutur pria yang akrab disapa Hari ini, Rabu, 6 Februari 2017.

Di samping wisata desa, di sini juga menjadi tujuan warga Kediri untuk membeli bibit tanaman. Hal ini karena di tempat ini banyak pllihan varian tanaman.

Dari sekian banyak bibit tanaman yang ada, paling laku dijual dan banyak diminati pembeli adalah bibit tanaman kelengkeng dan alpukat.

"Kalau alpukat kita ada jenis aligator dan markus. Bibitnya mulai ada yang djual 50 ribu, sampai yang terbesar harga 500 ribu, tergantung besar dan kecilnya," katanya.

"Rata-rata kebanyakan pembeli yang datang ke sini beli bibit tanaman untuk koleksi. Tapi kalau ada kebun sendiri, pengin tanam ya biasanya paling 300 sampai 400 batang belinya," dia menambahkan.

Didik salah satu pengunjung asal Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri mengaku, dirinya datang ke kebun bibit Kediri hanya untuk keperluan membeli tanaman bibit buah kelengkeng. Tanaman bibit buah kelengkeng tersebut dibelinya seharga 50 ribu.

"Ini jenisnya mata lada, kulitnya tebal sementara bijinya kecil. Saya beli empat bibit. Nanti kita tanam sendiri di Puncu," kata Didik.

Sementara itu, buah yang menjadi favorit dan paling banyak dicari dan diminati oleh para pengunjung di sini adalah buah durian jenis bawor. Buah durian jenis bawor, per kilonya dijual seharga 100 ribu. Buah durian jenis bawor terkenal dengan kombinasi rasanya yang legit sedikit pahit. "Durian bawor per kilonya kita jual 100 ribu," ucapnya.

Kebun bibit Kediri mulai dibuka pukul 8 pagi hingga sampai larut malam pukul 11 malam. Bagi pengunjung yang datang kemalaman dan bingung untuk mencari hotel dan penginapan, tak perlu risau karena di tempat ini juga disediakan penginapan dengan tarif biaya cukup terjangkau.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kue Tradisional Tempo Dulu Papringan

Selain menawarkan ribuan jenis tanaman konversi dan buah-buahan, di dalam lokasi kebun bibit Kediri juga terdapat sebuah tempat yang khusus dirancang mirip sebuah pasar yang menjual beraneka macam kue tradisional tempo dulu.

Di sekitar lokasi pasar banyak ditumbuhi pohon bambu bercokol tinggi menjulang. Hal ini dimanfaatkan oleh sejumlah penjual kue tradisional untuk menggeber barang dagangannya persis di bawah pohon bambu yang sangat rindang.

Sehingga pihak pengelola memberi nama lokasi tersebut dengan sebutan Pasar Papringan kuliner nuansa kue tempo doeloe. Untuk memberi kesan lawas, para penjual sengaja memakai pakaian tradsional layaknya di pedesaan.

Di sini pengunjung juga dihibur dengan alunan musik tradisional gamelan sehingga kesan budaya dan tempo dulunya terasa begitu kuat.

"Penjualnya banyak berasal dari sekitaran desa sini saja. Kalau pasar Papringan bukanya khusus hari Sabtu dan Minggu saja," kata Ahmad, koordinator pengelola wisata desa Kebun Bibit.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.