Sukses

Belasan Rumah di Banjarnegara Rusak Akibat Longsor, 10 Keluarga Mengungsi

Selain merusak belasan rumah, gerakan tanah juga menyebabkan sebanyak 33 keluarga di Desa Mlaya, Banjarnegara terancam longsor

Liputan6.com, Banjarnegara - Kesunyian perkampungan di Dusun Sidakarya mendadak pecah oleh raungan alat pedenteksi dini atau early warning system (EWS) longsor yang terpasang di bagian paling rawan. Tak hanya sekali, alat canggih itu berbunyi dua kali.

Warga pun waspada. Hujan lebat beberapa terakhir memang mengguyur Desa Mlaya Kecamatan Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Yang selama ini dikhawatirkan warga akhirnya bear-benar terjadi. Gerakan tanah atau longsor melanda RT 02/3 dan RT 06/03.

Warga Sidakarya terhitung masih beruntung. longsor ini didahului peringatan dini yang membuat mereka sempat mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Gerakan tanah atau longsor ini pun bersifat lamban.

Namun, tetap saja, sebanyak 15 rumah di RT 02/3 dan tiga rumah di RT 06/3 dilaporkan rusak kategori sedang dan ringan. Gerakan tanah menyebabkan tembok dan lantai retak.

“Dampak kerusakannyanya ada lima unit rumah yang rusak sedang dan 12 rumah yang rusak ringan,” kata Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman, Jumat petang, 8 Januari 2019.

Selain merusak rumah, gerakan tanah juga menyebabkan sebanyak 33 keluarga terancam. Karenanya, warga mengungsi secara mandiri. Terutama, 10 keluarga yang paling terancam.

"Kemudian dampak lainnya, rumah yang terancam kurang lebih ada 33KK yang terdiri dari 150 jiwa,” ucapnya menjelaskan longsor di Desa Mlaya, Banjarnegara.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Retakan Tapal Kuda Sepanjang 250 Meter

Arif menjelaskan, ketika hujan turun, warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka mengungsi ke masjid atau rumah saudara. Pasalnya, gerakan tanah masih berpotensi terjadi jika terjadi hujan lebat.

“Memang mengungsi secara mandiri jika ini (gerakan tanah) masih terjadi,” ucap dia.

Selain merusak rumah penduduk, gerakan tanah juga berdampak pada amblesnya jalan sepanjang 15 meter dengan kedalaman kisaran 50 sentimeter. Selain itu, gerakan tanah juga merusak area perkebunan dan pekarangan warga.

Mulai Jumat siang, tim BPBD menurunkan tim untuk memantau pergerakan tanah, sekaligus menutup retakan tanah yang membentuk tapal kuda sepanjang 250 meter. Dikhawatirkan resapan air hujan akan memicu risiko longsor susulan.

Arif mengungkapkan, longsor dipicu oleh curah hujan tinggi dalam kondisi tanah labil dan sudut kemiringan yang tinggi. Air hujan itu lantas meresap ke dalam tanah.

Gerakan tanah juga dipicu kolam ikan yang menyebabkan tanah mengandung air yang begitu tinggi. Akibatnya, tanah tak kuat untuk menahan beban dan lepas.

Gerakan tanah adalah fenomena alam yang sangat berbahaya. Ahli mitigasi sekali pun tak akan bisa mengetahui, kapan waktu pasti terjadinya longsor. Mereka hanya bisa melihat pertanda.

Karenanya, petugas BPBD mengecek retakan dan mendata bersama Pemerintah Desa Mlaya. Warga juga menutup lubang retakan tanah menghindari masuknya air hujan.

“Mendirikan pos pemantauan. Mengimbau warga agar meningkatkan kewaspadaan dan siap siaga, bila terjadi turun hujan untuk segera mengungsi ke titik aman,” Arif menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.