Sukses

Pena 'Tajam' Roehana Koeddoes, Sang Wartawan Perempuan Berdarah Minang

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, wartawan perempuan ini bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.

Liputan6.com, Padang - Kiprah wartawan pada masa perjuangan negara patut diperhitungkan. Tulisan tajam mereka mengobarkan semangat bangsa dengan mengabarkan berita-berita perjuangan melawan penjajah dari seluruh pelosok Tanah Air.

Langkah tangkas para wartawan perjuangan ini tak surut, meski bahaya yang mengancam nyawa di depan mata. Semuanya demi mendapatkan informasi penting untuk bangsa. Di balik profesi penting ini, ada sosok perempuan luar biasa. Dialah Roehana Koeddoes.

Roehana merupakan wartawan perempuan dari Ranah Minang. Dia lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto, pada 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun.

Roehana hidup pada zaman yang sama dengan Kartini ketika perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik masih sangat dibatasi. Namun, dia berjuang untuk mendirikan surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Surat Kabar Perempuan Bergerak

Roehana pun memelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.

Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.

Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke Lubuk Pakam dan Medan. Di sana dia mengajar dan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak. Kembali ke Padang, ia menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat kabar Cahaya Sumatera.

Perempuan yang wafat pada 17 Agustus 1972 itu mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum Hawa yang diperjuangkannya.

Atas perjuangannya, Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sempat mengusulkan Roehana Koeddoes menjadi pahlawan nasional ke Kementerian Sosial Republik Indonesia pada 2018.

Kepala Dinas Sosial Agam, Kurniawan Syahputra, di Lubukbasung mengatakan pengusulan Roehana Koeddoes menjadi pahlawan nasional ini merupakan usulan dari masyarakat Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto.

"Ini merupakan usulan dari masyarakat dan akan kita tindak lanjuti ke Kementerian Sosial RI," katanya dilansir Antara.

Namun, hingga saat ini, Roehana Koeddoes belum masuk dalam daftar pahlawan nasional.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.