Sukses

Suara Gemuruh Masih Terdengar dari Gunung Karangetang

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang.

Liputan6.com, Manado - Setelah terjadinya lelehan lava Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Sabtu, 2 Februari 2019, hingga kini gunung setinggi 1784 mdpl masih menunjukkan peningkatan aktivitas. Pada Senin (4/2/2019) pagi, masih terdengar gemuruh dari Gunung Karangetang.

"Suara gemuruh lemah sampai agak kuat sesekali terjadi. Tingkat aktivitas di level III atau siaga," ungkap Pengamat Gunung Api Karangetang, Yudia Prama Tatipang.

Terkait kondisi itu, Yudia mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dan pengunjung atau wisatawan tidak mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah 2 (utara), dan juga perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya sejauh 3 km.

"Kami juga meminta masyarakat menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu," ujar dia.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran kali Batuawang hingga ke pantai.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masih Terjadi Lelehan Lava

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Devy Insan Kamil mengatakan lelehan lava masih terjadi dari kawah Gunung Karangetang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Minggu.

"Statusnya masih siaga level III," kata Devy melalui telepon selular, dilansir Antara.

Lelehan atau luncuran lava masih terjadi, dan itu tidak hanya terjadi saat ini tetapi sejak sebelum-sebelumnya. Namun seiring waktu, jangkauan lelehan semakin jauh hingga mencapai 2.500 meter mengarah ke kali.

"Materialnya terus menumpuk, nah yang kami khawatirkan adalah sewaktu-waktu terjadi longsoran material yang bisa menyebabkan awan panas guguran," ujarnya.

PVMBG, lanjut dia, terus melakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah untuk menutup sementara akses jalan yang mengarah ke kali untuk menghindari potensi bahaya.

"Akan terus kami evaluasi perkembangannya untuk menentukan langkah selanjutnya," ujarnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sekitar pukul 10.45 Wita, Sabtu, 2 Februari 2019, teramati ujung guguran atau lelehan lava ke Kali Batuare sejauh lebih kurang 2.000 meter dari kawah dua (bagian utara) serta terdapat penyimpangan kejadian guguran atau leleran ke Kali Melebuhe (timur laut dari kawah dua dan sebelah timur Kali Batuare). Jarak antara ujung guguran/leleran lava dari Kali Melebuhe ke pantai sekitar 1.000 meter.

Di antara Kali Batuare dan Kali Melebuhe terdapat pemukiman bernama Niambangeng, Kampung Batubulan di mana terdapat sekitar delapan kepala keluarga (sembilan laki-laki, sembilan perempuan dan tiga anak-anak). Saat ini mereka telah diungsikan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.