Sukses

Heboh Ikan Berkepala Buaya di Singkawang

Anehnya, sewaktu ditetak pakai parang, badan ikan tersebut tidak apa-apa, bahkan sisiknya pun tidak tergores sama sekali, keras kulitnya

Liputan6.com, Pontianak - Pasukan Kuning Singkawang, Kalimantan Barat dihebohkan dengan penemuan seekor ikan berkepala buaya tepatnya di Jl Tani Gang Kelapa Dua, Kelurahan Kuala, Kecamatan Singkawang Barat.

Kepala UPT Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Singkawang, Rustam Effendy mengatakan, ditemukannya seekor ikan berkepala buaya itu ketika dia bersama anak buahnya sedang membersihkan saluran yang terletak di Jl Tani Gang Kelapa Dua.

"Sewaktu pembersihan parit sedang berjalan, anak buah saya melihat ada seekor ikan sedang berenang," kata Rustam. Tetapi, sewaktu mau ditangkap, ikan tersebut sempat lari. "Anggota ke kanan, dia (ikan) ke kiri. Begitu seterusnya," ujarnya, Minggu (27/1/2019).

Namun, upaya yang dilakukan tak sia-sia, akhirnya anak buahnya berhasil menangkap seekor ikan berkepala aneh tersebut.

"Anehnya, sewaktu ditetak pakai parang, badan ikan tersebut tidak apa-apa, bahkan sisiknya pun tidak tergores sama sekali, keras kulitnya," ungkapnya dilansir Antara.

Sekarang ini, ikan berkepala aneh itu sedang dibawa anak buahnya. "Tidak tahulah mau diapakan. Sewaktu dibawa pakai mobil pun, ikannya masih menggelepar," katanya.

Secara terpisah, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang, Dani Arief Wahyudi, menduga jika ikan yang ditemukan merupakan ikan sejenis predator yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan.

"Ikan ini dinamakan ikan Arapaima Gigas," katanya.

Jika dibiarkan, katanya, cukup berbahaya karena bisa mendominasi spesies lokal. Arapaima Gigas yang merupakan ikan air tawar terbesar di dunia dari perairan daerah tropis Amerika Selatan dan berbahaya bila dibudidayakan di Indonesia. Habitat asli spesies ikan Arapaima ini berasal dari Sungai Amazon yang mempunyai iklim tropis.

"Sehingga penyebarannya ada pada daerah iklim tropis, di antaranya Indonesia, Australia bagian utara, Papua Nugini, dan tentu Amerika Selatan," ucap Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Hasil Perikanan KKP, Rina.

Dengan demikian, peluang penyebaran di Indonesia cukup tinggi. Sebab, pada prinsipnya penyebaran secara alami bisa terjadi pada daerah yang beriklim sama dengan habitat aslinya, padahal keseluruhan spesies Arapaima sp itu bersifat invasif.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.