Sukses

Pasien Puskesmas di Kendari Bisa Bayar Obat Pakai Sampah Plastik

Saat daerah lain di Indonesia cuek dengan persoalan sampah plastik, Kendari sudah selangkah lebih maju.

Liputan6.com, Kendari - Saat daerah lain di Indonesia cuek dengan persoalan sampah plastik, Kendari sudah selangkah lebih maju. Pasien Puskesmas Bende di Kecamatan Kadia Kota Kendari bisa membayar biaya obat dan perawatan menggunakan sampah plastik.  

Sejak September 2018, pihak Puskesmas sudah menarik minat puluhan keluarga dari kalangan ekonomi lemah. Tercatat, sudah sekitar 70 orang lebih pasien yang membayar biaya pengobatan hanya dengan membawa sampah botol plastik.

Sebelum menerima uang pasien dalam bentuk sampah, puskesmas ternyata sudah menetapkan standar khusus. Sampah harus dalam keadaan sudah dicuci bersih.

Selanjutnya, sebelum menukarkan dengan obat atau biaya lain di puskesmas, sampah akan ditimbang dengan alat ukur yang sudah disiapkan pihak Puskesmas. Makin banyak plastik bekas yang dibawa, pasien makin punya banyak kesempatan untuk memilih biaya apa yang hendak dibayarkan.

Kepala Puskesmas Bende Kendari, dr Patma Ayunita mengatakan, gerakan ini dicetuskan karena kepedulian mereka dengan ancaman sampah plastik yang mengintai Kota Kendari. Karena sampah plastik butuh hingga puluhan tahun untuk bisa terurai dengan tanah.

"Selain itu, program ini bertujuan membantu masyarakat dengan kehidupan ekonomi yang kurang memadai agar bisa mendapatkan pengobatan yang layak," ujar Patma Ayunita kepada Liputan6.com.

Jenis pelayanan yang bisa didapatkan pasien dengan membawa sampah yakni rawat inap, obat-obatan, pengurusan administrasi, pengecekan kolesterol dan gula darah.

"Kami berharap, bisa bantu mereka yang kesusahan. Meskipun masih tetap dengan imbalan, warga juga sudah berperan menjaga lingkungan," ujarnya.

Dari keterangan sejumlah staf puskesmas, harga sekilo sampah plastik yakni berkisar diantara Rp 1000 sampai Rp 2000. Pengunjung bisa membawa 10 kilo hingga 20 kilo sampah bersih sekali berobat.

"Malah, kadang lebih untuk biaya yang agak banyak. Kita terima selanjutnya kami serahkan sampah ke tempat penampungan," ujar Dian, salah satu staf puskesmas.

Dua orang warga yang ditemui berobat, Sumarni (42) dan Rusdianto (21) mengaku terbantu dengan program puskesmas. Sumarni diketahui hendak melakukan pengecekan gula darah dan mendapat obat-obatan dari puskesmas.

"Saya pemulung, Sudah 2 tahun memulung. Alhamdulillah saya gak keluar biaya berobat di Puskesmas," ujarnya.

Sementara, Rusdianto yang mengaku hendak mengambil surat keterangan berbadan sehat juga hanya membawa sampah yang sudah dibersihkan ke puskesmas. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Rusdianto hanya menyerahkan beberapa kantong sampah plastik bersih ke pihak puskesmas.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemana Sampah Milik Pasien?

Sampah yang dibawa dan ditukarkan pasien dengan biaya medical check up ternyata tidak ditampung di rumah sakit. Sampah-sampah ini, ditampung di sebuah tempat di Kantor Kelurahan Bende.

"Namanya Bank Sampah, disitu sampah-sampah plastik menjadi rebutan ibu-ibu untuk dimanfaatkan dan dijadikan souvenir yang bisa menghasilkan uang," ujarnya.

Pihak puskesmas diketahui mengirim sampah-sampah ini ke kelurahan untuk dimanfaatkan sebagai produk komersil. Jumlah yang dibeli kelurahan, menenntukan jumlah keuntungan.

"Di sana, sampah-sampah ini dimanfaatkan dan dijual oleh tim kreatif kelurahan. Setelah menjadi uang, dimanfaatkan sebagai kas kelurahan," ujar Patma Ayunita.

Dokter umum ini mengungkapkan, sebenarnya masih ada sejumlah inovasi lainnya. Ada tiga inovasi lainnya yang sudah dilakukan dan semua mendapatkan apresiasi hingga tingkat nasional.

"Kami pernah bekerja sama dengan dukun beranak untuk membawa ibu hamil ke puskesmas," katanya.

Dijelaskannya, setiap pasien yang bisa dibawa dukun kami apresiasi mereka dengan sejumlah uang. Dukun beranak memberikan kekuatan emosional pasien melalui penanganan tradisional, sementara bidan dan dokter memberikan pelayanan medis sesuai kemampuan petugas kesehatan.

Tidak hanya itu, pihak puskesmas juga pernah berupaya melakukan sosialisasi kesehatan hingga ke pasar. Malah, sampai bersaing dengan penjual obat keliling.

Terakhir, pelayanan kesehatan yang pernah diberikan adalah one home 7 service. Program ini menggalakkan pelayan kesehatan hingga door to door, sehingga setiap rumah bisa mendapatkan pelayanan dari satu orang bidan dan perawat.

"Alhamdulillah, semua mendapat apresiasi. Kami dan pemerintah sudah kerja maksimal, hasilnya biar warga yang rasakan," tutupnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.