Sukses

Menanti Restorasi Ekosistem Gambut di Indonesia

Menurut Kepala Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri, pihaknya mendapat mandat dari Joko Widodo memperbaiki ekosistem gambut. Tak hanya di Riau tapi juga Papua, Sumatera Selatan, Jambi, dan beberapa provinsi di Kalimantan.

Liputan6.com, Pekanbaru - Masifnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia hingga akhir 2015 membuat hampir 2,5 juta hektare ekosistem gambut porak-poranda. Tak hanya bencana asap di sejumlah provinsi, berdasarkan perhitungan Bank Dunia telah Karhutla mengakibatkan kerugian ekonomi Rp 221 triliun.

Di Riau, Badan Restorasi Gambut (BRG) bentukan Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 mencatat 814.714 ribu hektare gambut rusak. Belum semuanya terestorasi karena kebakaran terus terjadi hingga tahun 2019, meski tak sebesar tahun 2015.

Menurut Kepala Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri, pihaknya mendapat mandat dari Joko Widodo memperbaiki ekosistem gambut. Tak hanya di Riau tapi juga Papua, Sumatera Selatan, Jambi, dan beberapa provinsi di Pulau Kalimantan.

"Indonesia ini termasuk negara yang wilayah gambutnya terbesar di dunia, selain Peru dan Kongo. Di Indonesia luasnya 12,9 juta hektare, yang rusak 2,5 juta hektare," sebut Myrna di Pekanbaru, Jumat (18/1/2019).

Dia menjelaskan, perambahan pelaku kejahatan lingkungan membuat kanal untuk mengalirkan kayu juga turut menyumbang. Gambut menjadi kering hingga mudah dan mengeluarkan karbondioksida jika terbakar.

Myrna menyebut 332.766 hektare berada di kawasan konservasi, lalu 1.410.926 hektare di lahan konsesi, dan 748.818 hektare terjadi di kawasan hutan dan penggunaan lainnya.

Sementara untuk di Riau, Myrna menyebut kerusakan 814.714 hektare sudah masuk menjadi target restorasi. Seluas 37.567 hektar berada di kawasan konservasi, 69.779 hektare kawasan hutan, dan 707.368 hektar berada di konsesi.

Menurut Myrna, restorasi hingga sekarang masih berlangsung. Sejak 2016, kegiatan restorasi di Riau telah menjangkau 78.649 hektare areal terdampak. Adapun yang menggunakan APBN pada 2017-2018, areal terdampak adalah 77.484 hektare.

"Sementara yang dilakukan oleh lembaga mitra sejak 2016 adalah 1.165 hektare," kata Myrna.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berapa yang Sudah Direstorasi?

Adapun yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Riau dan pemangku kawasan konservasi pada tahun 2018 berdampak ada 50.889 hektare. Pada tahun 2017 BRG melakukan bersama kelompok masyarakat pada 26.595 hektare.

"Ditilik dari capaian ini maka kegiatan restorasi telah dilakukan pada 73 persen dari areal target restorasi di luar wilayah konsesi di Riau adalah 107.346 hektare," sebut Myrna.

Myrna menjelaskan, aktivitas Pembangunan lnfrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) di Provinsi Riau pada 2018 berlangsung di 7 kabupaten/kota. Selama setahun terakhir ini dibangun 325 sumur bor dan 815 sekat kanal.

Selain itu, ada revegetasi di 120 hektare dan revitalisasi sosial ekonomi untuk 37 paket. BRG juga mengalokasikan Rp 46 miliar sebagai anggaran tugas pembantuan untuk Riau dengan serapan anggaran pada akhir 2018 adalah Rp 40 miliar.

Ketua Tim Restorasi Gambut Riau, Ahmad Hijazi menambahkan, keberhasilan pPIPG menunjukkan kerjasama yang baik antara BRG dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau dan tim Resortasi Gambut Riau.

"Di Riau ini ada enam kawasan hidrologis gambut, restorasi dilakukan dengan membuat sekat kanal dan sumur bor agar gambut tetap basah," sebut pria yang juga menjabat Sekretaris Daerah Riau ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.