Sukses

Ramalan Musibah dari Kematian Arapaima di Batam

Paima panggilannya, ikan endemik sungai Amazon berbobot kurang lebih 160 kilogram, berumur sekitar 15-20 tahun itu ditemukan mati di Kawasan Mata Kucing.

Batam - Kematian seekor ikan arapaima membuat kesedihan mendalam bagi Netty Herawati, Konservator Hutan dan Pengelola Kawasan Mata Kucing beserta petugas kawasan lainnya. Ikan arwana jenis arapaima gigas yang keempat mati terapung di kolam ikan kawasan hutan wisata itu pekan lalu.

Paima panggilannya, ikan endemik sungai Amazon berbobot kurang lebih 160 kilogram, berumur sekitar 15-20 tahun itu ditemukan oleh salah satu karyawannya yang sedang membersihkan kolam.

Kesedihan jelas terlihat dari wajah Netty ketika Batamnews.co.id mendatangi lokasi.

"Tiap hari saya berteman dengan mereka, tiap hari saya bertemu dengan mereka. Bagaimana saya enggak sedih. Tapi saya percaya pasti Tuhan punya rencana lain," ucap Netty dengan suara parau habis menangis.

Netty melanjutkan, Paima sudah dirawatnya sejak ikan itu masih sepanjang 40 sentimeter. Ikan arapaima itu sudah sangat jinak dengannya beserta karyawan lain.

"Kami biasanya manggil Paima cukup dengan menyentak-nyentakkan kaki, dia langsung datang," ujar Netty.

Netty sangat terpukul dengan kejadian ini, Paima sudah seperti keluarga bagi dia. Bahkan dulu, Paima sempat disuruh dibunuh oleh Dirjen Perikanan, sesuai arahan Menteri Perikanan dan Kelautan karena dianggap hama. "Tapi saya enggak mau, saya menolak," kata Netty.

Sebelum Paima ditemukan mati, Netty bercerita dia sempat sakit terlebih dahulu. "Saya memang begitu, kalau ada hewan peliharaan saya yang mau mati, saya pasti sakit dulu. Kemarin itu saya sakit, tidur saja seharian di kamar," kata Netty.

Tidak hanya Netty, salah seorang karyawannya pun merasa sangat terpukul dengan kematian Paima. "Saya dapat kabar pagi, padahal saya lagi libur. Saya langsung ke sini," ucap Suci Triana Sitepu.

Lanjut Suci, Paima itu adalah ikan yang sangat baik. Walaupun hidupnya berdampingan dengan ikan lainnya, Paima tidak pernah memakan ikan lainnya itu.

"Bahkan kalau kita lagi ngasih makan ikan yang lain, dia itu mundur, mengalah. Dia enggak mau ganggu yang lain," ungkap Suci.

Saking sayangnya mereka dengan ikan arapaima ini, Paima pun dimakamkan layaknya manusia, dimandikan, dikafani, dan dikuburkan serta didoakan.

 

Baca berita menarik lainnya dari Batamnews.co.id

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitos Kematian Arapaima

Kematian Paima, ikan arapaima gigas membuat Netty sedih. Ada uniknya, kematian ikan raksasa ini punya mitos tersendiri dalam kehidupannya. Apabila ikan ini ada yang mati, maka akan terjadi suatu peristiwa besar di daerah tempat ikan itu mati.

"Biasanya kalau ada kejadian seperti ini, bakalan ada kejadian besar di Batam," ungkap Netty kepada Batamnews.co.id, pekan lalu.

Hal itu pernah dialaminya waktu ikan Araipama Gigas miliknya, dulu yang pernah dimilikinya juga mati beberapa tahun lalu.

Kejadian yang menggemparkan kala itu adalah mantan Gubernur Kepulauan Riau tahun 2004-2005 masuk penjara karena tersandung kasus korupsi. "Itu enggak lama waktu ikan yang kedua mati," seloroh Netty.

Namun apa pun mitos yang dikait-kaitkan, tentunya Tuhan yang punya kuasa dan kehendak terkait dunia ini.

Netty tampak belum bangkit dari kehilangan hewan kesayangan yang unik dan langka yang biasa menghiasi kolam di hutan wisata mata kucing.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.