Sukses

Mengusir Keseraman Merapi dan Menghadirkan Kecantikannya di Ketep Pass

Erupsi Merapi selalu disalahpahami sebagai sebuah teror keseraman. Ketep Pass menjanjikan keakraban untuk memahami makrokosmos Merapi sehingga membuktikan bahwa Merapi memang tak pernah ingkar janji.

Liputan6.com, Magelang - Ini kisah dari Ketep pass. Beberapa pekan terakhir, gunung Merapi kembali menggeliat. Ditandai dengan tumbuhnya kubah lava yang kadang gugur dan menjadi lelehan lava.

Menyeramkan?

Ya seram, bagi mereka yang takut dan belum mengerti keindahan Merapi dan paham karakter gunung berapi paling aktif ini. Tapi cobalah menyaksikan keindahannya di pagi hari. Asap yang mengepul, atau kalau berada di tempat dan waktu yang tepat, bisa menyaksikan lelehan lava pijar yang memikat.

Menyebut keindahan Merapi, tempat paling aman dan nyaman untuk melihat seluruh aktivitasnya dari Ketep Pass. Sebuah tempat tinggi di kaki gunung Merbabu. Dari tempat ini, bukan hanya gunung Merapi, namun juga bisa melihat gunung Sumbing, Sindoro, Merbabu, dan jika beruntung bisa melihat puncak gunung Andong dan gunung Telomoyo.

Petugas bagian promosi dari pengelola Ketep Pass Edward Alvian menyebutkan bahwa di Ketep Pass bisa juga dipelajari seluk beluk tentang Merapi.

"Berbagai batuan gunung, tipe letusan dan tahun kejadian, serta segala hal yang berkait dengan Merapi sudah kami siapkan agar pengunjung bertambah pengetahuannya," kata Iyan, sapaan Edward, Minggu 13 Januari 2019.

Jika datang ke Ketep Pass pagi-pagi benar dan diniatkan untuk menjemput matahari pagi, suasana tenang dan inspiratif sangat terasa. Barisan mbok-mbok berangkat mencari rumput dan kayu bakar, barisan petani menggiring ternak atau menuju ke sawah adalah tawaran pemandangan yang eksotis dari celah gunung Merapi dan Merbabu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lapar?

Saat lapar tak perlu panik. Mau apa saja ada. Pengelola Ketep Pass menyediakan resto yang isinya standar Resto. Sedangkan jika menginginkan makanan atau cemilan warga setempat, masyarakat setempat sudah difasilitasi untuk berjualan.

"Jadi menu jagung bakar, mendoan, tahu susur dan menu-menu ndeso sudah kami akomodir dengan memfasilitasi masyarakat di lapak-lapak yang kami sediakan. Resto khusus untuk makanan-makanan resto. Kalaupun singkong ya diubah menjadi singkong keju, pisang goreng ya ditampilkan menjadi pisang keju, pisang coklat dan sejenisnya," kata IyanPuncak Merapi melelehkan lava beberapa pekan terakhir. Eksotisme yang disalahpahami sebagai sinyal menakutkan. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)Ketep Pass sebenarnya bukan sekadar tempat wisata. Tempat di ketinggian ini bisa menjadi sebuah tempat untuk akrab dengan Merapi. Mengamati karakter Merapi hingga memahami perilakunya.

Jika harus dibandingkan, barangkali Puncak Suralaya di pegunungan Menoreh menjadi salah satu alternatif. Puncak Suralaya adalah sebuah negeri ajaib diatas awan. Dalam cerita pewayangan, Suralaya menjadi tempat bermukimnya dewa.

"Ketep itu seperti Suralaya-nya Merapi. Kalau Suralaya kan bisa melihat sekian gunung, Ketep Pass juga sama. Bedanya mungkin melihat Borobudur, kalau di Ketep dulu bisa melihat Borobudur yang disapu kabut," kata Sujarwo, salah satu warga di Ketep.

Simak video menarik berikut:

 

3 dari 3 halaman

Merapi Tak Pernah Ingkar Janji

Beberapa puluh meter diatas Ketep Pass, masyarakat sibuk menanam, merawat, dan juga memanen sayuran dan buah strawberry. Tentu saja ini menjadi tawaran lain lagi. Pengunjung bisa ikut merasakan sensasi memanen, atau jika mau dan tak jijik boleh ikut menebar pupuk kandang.

"Kalau soal Merapi dan Keteb, kami warga Ketep selalu tenang. Merapi itu sahabat baik kami. Ia tak pernah ingkar janji," kata Sujarwo.

Yang dimaksud Merapi tak pernah ingkar janji adalah bahwa Merapi selalu memberi tanda jika hendak meletus dan membahayakan. Belum pernah Merapi meletus tanpa aba-aba. Ia selalu memberi kode.Jika datang terlambat dan tak sempat menyambut matahari terbit, jangan khawatir Merapi masih indah dilihat dari Ketep Pass. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)"Warga Ketep yang masih mempercayai bahasa alam, tahu persis kapan Merapi akan meletus dan membahayakan. Sama dengan warga Dukun, Srumbung dan sekitarnya," kata Sujarwo.

Masih ragu dan takut untuk mengakrabi dan mengenal bahasa Merapi? Cobalah datang dan nikmati setiap proses denyut kehidupan di Ketep Pass. Datanglah dengan niat bukan sebagai wisatawan, namun sebagai penghuni semesta yang hendak bersilaturahmi dengan penghuni semesta lainnya.

Akan halnya jika masuk Ketep Pass ada tiket sebesar Rp 12.500,- itu sebagai upaya menjaga, merawat dan melengkapi segala ilmu pengetahuan tentang Merapi. Datanglah pagi sambil menyeruput kopi dan ngemil jagung bakar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.