Sukses

Sikap MUI Cilacap Soal Baliho Jesus is Moslem

Baliho berkonten “I Love Jesus, Jesus is Moslem” itu dinilai cenderung menonjolkan sisi primordialisme agama tertentu.

Liputan6.com, Cilacap - Sejumlah baliho bertuliskan "I Love Jesus, Jesus is Moslem" memicu kontroversi di Cilacap. Sebagian kalangan menganggap bahwa munculnya baliho ini bisa memicu intoleransi.

Di bawah "I Love Jesus, Jesus is Moslem" juga tertulis "Saya Muslim, Tidak Merayakan Natal/Tahun Baru Masehi, Tidak mengikuti ibadahnya penyembah selain Allah dan mencintai Isa sebagai Hamba dan Rosul-nya”.

Namun, di sisi lain, Forum Umat Islam (FUI) dan beberapa lembaga atau komunitas lain menganggap tak ada yang salah dengan konten baliho ini. Alasannya, baliho itu dipasang untuk mengingatkan kalangan muslim agar tak mengikuti ibadah agama lain dan merayakan tahun baru.

Menanggapi pemasangan Baliho ini, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cilacap, Khazam Bisri mengatakan, pemasangan baliho yang disebut untuk kalangan sendiri itu tak tepat jika dipasang di area publik lantaran bisa dianggap intoleran.

Dia pun menyayangkan pemasangan baliho berkonten "I Love Jesus, Jesus is Moslem" yang cenderung menonjolkan sisi primordialisme agama tertentu. Sementara, di sisi lain, ada kelompok yang memiliki kepercayaan berbeda.

"Kami menyayangkan isu-isu primordial. Menurut kami itu (baliho I Love Jesus, Jesus is Moslem) isu primordial," katanya, Jumat (28/12/2018).

Dia berpendapat, keyakinan masing-masing agama itu adalah konsumsi internal yang tidak perlu diumbar di muka publik. Sebab, ada pula pemeluk agama lain yang memiliki keyakinan berbeda.

Menurut dia, lebih baik umat Islam memperkuat keyakinannya. Begitu pun dengan umat Kristiani yang tetap teguh dengan kepercayaannya. Akan tetapi, semua itu tak perlu diumbar di muka publik lantaran bisa memicu kegaduhan atau dianggap intoleransi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

MUI Dorong Kebersaman dan Saling Menghargai

"Muslim, saya yakin sudah meyakini kebenaran apa yang dianut. Orang Nasrani, Kristen maupun Katolik, itu juga sudah meyakini apa yang mereka anut. Kami berharap saling menghargai antara pemeluk agama," jelasnya.

Hazam mengemukakan, pada momentum Natal dan tahun baru atau perayaan agama lainnya, MUI Cilacap justru tengah mendorong agar antarumat beragama saling menghargai.

Visi MUI adalah bagaimana membangun kebersamaan dan saling menghargai antarumat beragama. Menurut dia, kemunculan baliho ini justru bisa memicu tumbuhnya benih-benih permusuhan.

"Ya menyayangkan, sudah jelas antar pemeluk agama kok, tidak perlu itu diviralkan, dilempar sebagai isu," dia menerangkan.

Hazam juga meminta agar pemerintah memanggil pihak yang memasang baliho ini untuk mengetahui motif yang melatarbelakangi pemasangan baliho berkonten kontroversial ini. Pemerintah mesti bertindak tegas jika baliho itu memunculkan kegaduhan.

Berbeda dari MUI Cilacap, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Cilacap tak menilai konten dalam baliho "I Love Jesus, Jesus is Moslem" bisa memicu kontroversi. Sebab itu, Kesbangpol meloloskan atau merekomendasikan baliho ini bisa dipasang di Cilacap.

Kepala Kesbangpol Cilacap, Wijonardi mengatakan Jesus dalam pandangan agama Islam adalah Isa Almasih. Jadi, sah-sah saja seandainya ada kelompok dalam Islam yang menyatakan bahwa mereka mencintai Jesus yang diyakini sebagai Isa Almasih.

3 dari 3 halaman

Kesbangpol: Sah-sah Saja Kristen Ucapkan I Love Muhammad

Terlepas dari keyakinan agama Kristen maupun Katolik yang meyakini bahwa Jesus atau Isa adalah Tuhan, bagi Wijonardi, tak masalah juga seandainya ada umat Kristiani ada yang menyatakan bahwa mereka mencintai Muhammad.

"Ya, Kesbangpol kan tidak menganggap itu kontroversi. Kalau Nasrani mengatakan I Love Muhammad apakah itu juga disalahkan?" ujar Wijonardi.

Dia pun mengaku sudah membaca surat terbuka yang dikirimkan oleh pegiat kerukunan yang memprotes munculnya baliho ini. Dalam surat terbuka itu, pemrotes mengemukakan bahwa baliho dengan konten tersebut bisa memicu bibit intoleransi dan bibit permusuhan.

Namun, secara resmi ia mengaku belum menerima surat aduan dari yang keberatan atas munculnya baliho ini.

"Coba Njenengan tanya ke ahli bahasa. Jangan hanya diambil atasnya tok. Jesusnya tok. Tapi ke bawahnya kan, saya Muslim. Kemudian ada Isa, Isa adalah Rasulullah. Tapi kan Jesus dengan Isa itu kan dianggap sama oleh si penulis itu toh?" kata Wijonardi, Jumat (28/12/2018).

Meski begitu, ia berjanji akan memantau perkembangan respon masyarakat luas terkait munculnya baliho ini. Jika berpotensi menyebabkan gaduh, maka Kesbangpol akan bertindak.

Namun, sejauh ini, dia menganggap hanya ada sejumlah kalangan yang tak sepakat dengan baliho berkonten "Jesus is Moslem" ini.

"Kalau dari versinya orang Kristen, Jesus itu Tuhan mereka. Tetapi Jesus yang dimaksud itu adalah Nabi Isa. Jadi kalau membaca keseluruhan konten itu menjadi satu kesatuan itu menjadi tidak blunder," dia menerangkan.

Wijonardi menambahkan, Kesbangpol tidak ingin turut campur dalam persoalan antara yang pro dan kontra atas munculnya baliho ini. Bagi dia, perbedaan pendapat adalah hal biasa dalam demokrasi. Hanya saja, ia meminta agar seluruh pihak dewasa dalam menyikapi persoalan ini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.