Sukses

Ngeri Tsunami Susulan, Warga Lampung Masih Mengungsi Tiap Malam

Sejak terjadinya tsunami Selat Sunda, pengunjung Pantai Psir Putih sangat sedikit dibandingkan hari biasa.

Liputan6.com, Lampung Selatan - Salah satu destinasi wisata pantai andalan di Kabupaten Lampung Selatan, yakni Pasir Putih, terlihat sepi pengunjung, usai tsunami Selat Sunda yang menerjang sebagian wilayah Lampung dan Banten.

Menurut keterangan warga setempat, Maryam, sejak terjadinya tsunami jumlah pengunjung sangat sedikit dibandingkan hari biasa. Ia menambahkan kondisi pengunjung pantai sepi dibandingkan hari biasa, apalagi sama hari libur.

Namun masih ada beberapa pengunjung ke pantai membawa pasangan dan keluarganya sekedar menikmati panorama pantai di sini. "Mungkin hanya pengunjung yang berani saja yang datang," ujarnya, dilansir Antara, Rabu (26/12/2018).

Ia menyebutkan pada Sabtu (22/6/2018) malam lalu ketika tsunami Selat Sunda terjadi, dampaknya juga terasa hingga ke rumahnya yang mengakibatkan air laut naik semata kaki orang dewasa.

Sampai sekarang dia pun masih khawatir dan masih mengungsi bila malam tiba ke gunung atau tempat kerabatnya menghindari ke kemungkinan terjadinya tsunami.

Rissa, salah satu warga setempat, juga mengutarakan hal yang sama bahwa air yang naik pada mengakibatkan kepanikan warga di situ.

Dia mengatakan hingga sekarang bila malam tiba semua wanita dan anak-anak diungsikan di tempat-tempat ketinggian, posko, serta rumah keluarga terdekat dan menyisakan kaum pria untuk berjaga di lingkungan mereka.

Mereka masih ngeri dengan tsunami Selat Sunda. "Kalau pagi pulang buka warung nyari rezeki, malam tetap mengungsi," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tunggu Instruksi Pemerintah

Sejumlah warga Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandarlampung juga masih mengungsi ke tempat aman, dan baru akan kembali jika sudah ada instruksi resmi bahwa keadaan benar-benar aman.

Jaelani, warga Sukaraja yang juga berprofesi sebagai nelayan mengatakan, separuh warga di daerahnya sudah mengungsi sejak hari pertama kejadian tsunami.

"Masih ada sebagian warga yang tidak mengungsi karena hanya menganggap air pasang sebagai hal biasa," katanya.

Jaelani juga menjelaskan bahwa pada hari pertama dia sekeluarga langsung mengungsi namun pada Selasa (25/12) sudah kembali ke rumah, karena menurutnya situasi sudah aman.

Ia mengungsi bersama keluarganya karena ada pernyataan dari pemerintah untuk menjauh dari pantai, tidak mau harus mengungsi demi kebaikan semuanya terutama keluarga.

Salah satu warga setempat Hera mengatakan, terkait adanya himbauan untuk menjauhi area pesisir pantai sejauh 500 meter, dia selalu mengikuti instruksi yang terbaik dari pemerintah.

"Ya saya sudah tau dari televisi semalam, tapi saya pulang dulu baru nanti malam mengungsi lagi," katanya.

Hera juga menjelaskan bahwa dirinya dan keluarga memang sudah mengungsi dari hari pertama hingga kini, dan akan pulang dan tinggal di rumah bila sudah ada instruksi dari pemerintah bahwa kondisi sudah benar-benar aman.

Ia mengatakan, warga sekitar sempat panik melihat air yang tiba-tiba naik ke pos ronda yang berjarak sekitar 10-20 meter dari laut.

"Siapa yang tidak panik melihat air dengan cepat naik mas," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.