Sukses

Bermodal Jari di Kaki Mungilnya, Bocah Difabel Asal Jember Semangat Bersekolah

Untuk masuk madrasah, bocah difabel asal Jember ini harus digendong hingga ditempatkan di kursi oleh sang ibu. Namun, kini, sang ibu sering sakit-sakitan.

Liputan6.com, Jember - Kondisi keterbatasan fisik, tidak menyurutkan Zahrah Ainur Rohmah (11), warga Dusun Krajan Desa Jombang Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk semangat belajar. Meski tidak memiliki kedua tangan dan dua paha, tetapi gadis desa ini mampu menulis dengan baik menggunakan dua jari kaki yang tidak sempurna itu.

Didampingi Bhabinkamtibmas, Kepala Dusun (Kasun), dan warga setempat, Liputan6.com, menyaksikan langsung bagaimana Zahrah berjuang untuk menulis huruf demi hurus dengan jemari kakinya.

"Saya kelas 4 di Madrasah Ibtidaiyah Alma'arif (MIMA) Wahid Hasyim Desa Jombang," kata Zahrah, Kamis, 20 Desember 2018.

Saat ditanya cita-citanya, dengan polos dia menjawab, belum punya cita-cita. Tampaknya, dia belum berani mengutarakan cita-citanya karena keterbatasan fisiknya.

Bocah difabel ini menceritakan perjuangannya menuju sekolah untuk menimba ilmu. Dia tidak bisa berangkat sendiri ke sekolah, karena tidak memiliki kaki untuk berjalan. Hanya ada sebuah betis pendek dan kaki tanpa paha. Dia juga tidak memiliki kedua tangan.

Untuk masuk madrasah, Zahrah harus digendong hingga ditempatkan di kursi oleh sang ibu. Demikian juga saat waktu istirahat dan pulang sekolah.

"Sejak kelas 1 hingga kelas 4, saya diantar oleh ibu, kadang-kadang diantar oleh kakaknya, jika ibu sakit," tutur Zahrah.

Dia mengutarakan tetap ingin bersekolah seperti anak normal lainnya hingga lulus perguruan tinggi. Dengan keterbatasan fisik, setidaknya dia ingin mendapatkan ilmu pengetahuan.

Sementara ibu kandung Zahrah, Khotimah menjelaskan meski memiliki keterbatasan fisik, anak perempuan keduanya ini memiliki semangat belajar tinggi. Dia tidak harus dipaksa untuk bersekolah, bahkan sejak umur 6 tahun sudah ingin sekolah saat melihat anak tetangganya berangkat ke sekolah.

"Zahrah tidak banyak mengeluh. Dia sudah sangat menerima dengan kondisi fisiknya," kata Khotimah.

Khotimah menjelaskan, selama ini dia harus mengantarkan anaknya dengan menggendong hingga masuk ke sekolah. Sejak kelas 4, dia meminta kakak kandung Zahrah yang mengantarnya. Hal ini karena Khotimah sudah sering sakit-sakitan. Khotimah bertekad terus merawat dan menyekolahkan anaknya, semampunya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum Dapat Bantuan Negara

Namun akhir-akhir ini, Zahrah kadang tidak masuk sekolah, karena ibunya sering sakit-sakitan, sehingga tidak yang bisa mengantar. Padahal Zahrah, minta masuk sekolah.

"Saat masih kelas 1 hingga kelas 3, Zahrah sering ikut saya, saat ibunya sakit. Namun, sekarang saya sudah tidak kuat membawanya, karena tubuhnya bertambah besar," kata Umi Hanifah.

Dia menjelaskan meski memiliki keterbatasan fisik, tetapi prestasi Zahrah tidak kalah dengan anak yang normal. "Siswa yang kemampuannya di bawah Zahrah, masih ada," kata Khotimah.

Meski berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu, Khotimah mengaku belum pernah menerima bantuan program pemerintah baik Program Bantuan Beras sejahtera (Rastra) ataupun Program keluarga Harapan(PKH). Padahal tetangganya, yang lebih mampu mendapat bantuan tersebut.

"Jangankan bantuan program Rasta dan PKH, program Bantuan Langsung Tunai (BLT), keluarga kami belum pernah dapat," kata Paeran, bapak kandung Zahrah.

Sedangkan, menurut salah seorang guru MIMA, Wahid Hasyim, Umi Hanifah mengatakan, sejak kecil Zahrah memang ingin bersekolah. Namun orangtuanya baru menyekolahkan Zahrah pada usia 8 tahun karena belum mampu dari segi ekonomi. Namun, karena Zahrah semangat, maka ibunya juga semangat mengantar dia ke sekolah.

Terkait belum adanya bantuan program pemerintah yang diterima keluarga Zahrah, pemerintah Desa Jombang menjelaskan, sudah pernah mengusulkan keluarga Zahrah, menjadi penerima Rastra atau PKH, namun sejauh belum terealisir.

"Pemerintah Desa Jombang, hanya melaksanakan program pemerintah, sesuai data yang diterima dari pemerintah desa. Kami tidak bisa merubah data tersebut. Kami menyalurkan program itu, sesuai data yang diterima dari pemerintah pusat," kata Kasun Krajan 3 Desa Jombang Kecamatan Jombang, Didik Purwanto.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jember, Isnaini Dwi Susanti saat dikonfirmasi, berjanji akan meninjau dan mendatangi rumah Zahrah di Jombang. Bahkan, dia juga berjanji akan mengupayakan Zahrah bisa mendapatkan bantuan Rastra dan PKH.

"Kita akan upayakan back up Rastra, karena program pemerintah kabupaten Jember. Namun untuk PKH, hanya membantu mengusulkan, karena PKH, progam pemerintah pusat," kata Isnaini.

Selain itu, kata Isnaini, pihaknya akan membantu melalui program APBD kabupaten Jember, sesuai kebutuhan Zahrah. "Kalau di kita punya program untuk anak cacat berat, diberikan sesuai dengan kebutuhan. Kalau butuh susu kita beri susu, kalau butuh Pampers, kita beri Pampers," ujar Isnaini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.