Sukses

Jamaludin, Pahlawan bagi Anak Pekerja Migran

Jamaludin aktif sebagai kader Program Peduli dalam membantu dan melindungi anak-anak dari pekerja migran. Ia meluangkan waktunya untuk melakukan pendatan Anak Pekerja Migran (APM) dari rumah ke rumah.

Liputan6.com, Sumba - Jamaludin, seorang tukang ojek di Desa Watu Hadang, Nusa Tenggara Timur. Dia merupakan mantan pekerja migran di Malaysia. Saat ini, istrinya juga bekerja di luar negeri.

Dari pengalaman tersebut, Jamaludin tergerak untuk membantu anak-anak pekerja migran yang ditinggalkan orangtuanya. Jamaludin pun bergabung dengan Program Peduli untuk anak-anak pekerja migran.

Dia tidak langsung begitu saja terjun dalam program ini. Bahkan dia sempat menolak berpartisipasi dalam Program Peduli tersebut.

Dia menceritakan, beberapa waktu lalu Program Peduli pernah masuk ke desanya, Watu Hadang, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Program ini mengajak anak Jamaludin untuk mengikuti kegiatan di Kota Malang. Karena belum mengenal program tersebut, ia tidak mengizinkan anaknya berangkat.

"Saya tidak percaya, jadi tidak saya izinkan anak saya pergi," ungkap Jamaludin dari keterangan resmi Program Peduli yang dikutip Liputan6.com.

Kekhawatiran Jamaludin hilang setelah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan Program Peduli di desanya. Salah satu pembahasan dalam kegiatan tersebut terkait nasib anak-anak dari pekerja migran.

Kini, Jamaludin aktif sebagai kader program peduli dalam membantu dan melindungi anak-anak dari pekerja migran. Ia meluangkan waktunya untuk melakukan pendataan Anak Pekerja Migran (APM) dari rumah ke rumah.

"Akhirnya saya menjadi kader, hanya kerelaan saja dan membantu sampai sekarang," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kiprah Jamaludin

 

Jika ada anak yang orangtuanya menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri ataupun luar daerah yang dititipkan pada keluarganya, akan didata Jamaludin. Apakah anak itu sudah memiliki akta kelahiran dan kartu keluarga. Jika belum, dia dengan sigap membantu mengurusi pembuatan dua dokumen penting itu.

Pendataan bertujuan untuk mengetahui kondisi anak sehingga bisa mendapatkan bantuan pendidikan, seperti kebutuhan sekolah dengan memberikan sepatu, tas, alat tulis, seragam, dan lain-lain.

"Kita beri dukungan kepada mereka, agar tidak minder," kata Jamaludin.

Tiap bulannya diadakan pertemuan, anak-anak belajar bernyanyi dan menari. Dua kegiatan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Juga membantu untuk bersosialisasi dengan anak lainnya.

Hingga saat ini, perkembangan mereka begitu pesat. Anak Pekerja Migran telah berhasil tampil di depan umum. "Jika ada kunjungan ke Sumba, APM diundang. Mengisi acara pembukaan dengan menari," Jamaludin menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Bantuan untuk Anak Difabel

Tidak hanya kepada APM, Jamaludin pun memberikan perhatiannya kepada anak difabel. Jamal bertemu dengan anak tersebut, saat pendataan APM. Anak itu hanya di dalam kamar, ia tidak bisa berinteraksi dengan tetangga karena tidak mampu berjalan.

Jamal berusaha membantu anak tersebut agar mendapatkan kursi roda. Selang beberapa bulan, bantuan kursi roda datang. Kini anak difabel itu dapat bermain di luar rumah dengan teman-teman seumurannya.

"Ia bisa keluar, ikut keluarganya jalan-jalan," Jamal menceritakan dengan raut wajah bahagia.

Setelah aktif menjadi kader, kini Jamaludin tidak lagi khawatir anaknya ikut berbagai kegiatan yang digelar Program Peduli. Bahkan, dengan bangga ia mendukung anaknya menghadiri kegiatan Temu Anak Nasional di Surabaya, dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional, Juli lalu.

Bapak empat anak ini mungkin memang biasa saja. Namun, dedikasinya untuk para APM sungguh tidak biasa. Melihat tingginya angka putus sekolah di Sumba, ia berharap ada uluran-uluran tangan lain yang mampu menyelamatkan masa depan anak-anak Sumba.

Agar mereka dapat mengenyam pendidikan layak sehingga dapat menjamin masa depan cerah bagi mereka. Jamaludin telah membuktikan, membantu sesama tidak harus memiliki keahlian khusus. Cukup niat dan tindakan untuk menyamakan harkat dan martabat sesama manusia.

Miftahul Jhannah

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.