Sukses

Antara Hantu Kojek, Hoaks, dan Konflik Aceh

Teror 'hantu kojek' sempat santer terdengar di Kabupaten Bireuen, Aceh, di akhir 2012. Apa yang sebenarnya terjadi?

Liputan6.com, Aceh - Teror 'hantu kojek' sempat santer terdengar di Kabupaten Bireuen, Aceh, di akhir 2012. Cerita hantu yang tak tentu juntrung-nya itu pernah membuat warga di kabupaten yang berjuluk 'Kota Juang' resah.

Aktivitas jaga malam gencar dilakukan saat itu, demi menyikapi teror sang hantu yang disebut-sebut beberapa kali mengusili warga. Warga juga mempersenjatai diri mereka dengan senjata tajam ketika melakukan ronda.

Saat itu, lazim ditemukan sekelompok orangtua dan pemuda berkumpul di Jambo Jaga (pos siskamling) pada malam hari. Teror hantu kojek juga mendapat sorotan dari kepolisian dan pemerintah setempat.

Polres Bireuen sempat dibuat kewalahan oleh banyaknya laporan dan permintaan dari warga agar polisi mengungkap teror hantu tersebut. Bupati Bireuen saat itu, H Ruslan Daud, meminta warga agar tetap tenang dan tidak terpancing isu hantu kojek.

Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono, bahkan menurunkan sejenis tim pemburu hantu, untuk mengungkap benar tidaknya teror yang tersebar di beberapa desa yang ada di pesisir Kecamatan Jangka dan Kutablang itu.

Menurut informasi yang ditelusuri Liputan6.com, hantu kojek muncul selepas salat magrib. Hal ini pula yang menyebabkan anak-anak tidak berani keluar rumah untuk mengaji. Ada juga warga yang memilih tidur di rumah saudara dan tetangga, karena rumahnya berada di pelosok. Warga takut rumahnya disatroni hantu kojek.

"Saya saat itu masih kelas satu sekolah menengah kejuruan. Saat itu, ketika sedang megah-megahnya hantu kojek, katanya hantu itu bisa berdiri di atas batang cabai, dan pohon pisang. Kisah kojek katanya dimulai saat ada warga yang sakit," tutur Rizki (21) kepada Liputan6.com, Selasa (4/12/2018).

Banyak cerita yang beredar mengenai bentuk dan rupa dari sosok hantu kojek. Sebagian mengatakan ia berupa pria yang hampir setengah telanjang. Ada juga yang mengatakan, hantu tersebut suka menjelma menjadi seekor kucing atau hadir dengan sosok mirip perempuan.

Hantu kojek dipercaya menyerang dan menggigit manusia untuk diisap darahnya. Hantu ini disebut-sebut suka memangsa anak perawan dan balita. Ketika dikejar, dia sulit ditangkap mata telanjang, karena bisa menghilang secepat kilat.

Seseorang yang enggan disebutkan identitasnya, kepada Liputan6.com menceritakan. Saat itu, Senin, 8 Oktober 2012, dini hari, hantu Kojek beraksi di salah satu rumah warga Kuala Ceurape, Kecamatan Jangka. Warga sempat mengepung lokasi yang diduga sebagai tempat bersembunyi hantu tersebut.

"Ketika kami berhasil mengepung lokasi yang dicurigai, warga tidak menemukan hantu kojek dan hanya menemukan seekor kucing jantan warna hitam. Matanya tajam sekali," kata AY.

Selain di Kuala Ceurape, heboh hantu Kojek juga dirasakan masyarakat tiga desa lainnya di Kecamatan Jangka, yakni Desa Ceurape, Desa Pante Pisang, dan Desa Ulee Ceu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menggigit Leher dan Menghisap Darah

Sebelum teror hantu Kojek terjadi di Kabupaten Bireuen, Kabupaten Pidie sudah lebih dulu digerayangi oleh berbagai cerita hantu kojek menyerang warga. Itu terjadi pada 2009 silam.

Warga Desa Geunteng Timur dan warga Desa Paya Linteueng, Kecamatan Bate dibuat resah oleh serangkaian cerita berselimut gaib yang tersebar saat itu. Sebuah media cetak kala itu, bahkan secara eksklusif menulis kisah yang dialami secara langsung oleh dua orang korban hantu kojek.

Saat itu, NM, salah seorang santri pesantren terkenal sedang beristirahat di rumahnya. Ketika sedang rebahan sambil memegang telepon genggam, seekor kucing hitam berjalan ke arahnya. Belum lagi hilang penasarannya sama kucing itu, sesosok berjubah hitam merangkulnya dari belakang lalu menggigit leher NM.

Gadis itu berusaha melawan dengan membaca ayat-ayat Alquran. Akhirnya, sosok yang dipercaya adalah hantu kojek itu melepas gigitan dan menghilang. NM mengaku trauma. Ia yang sebelumnya tidak percaya kalau hantu kojek ada, akhirnya percaya.

Digigit hantu kojek juga dialami oleh FR. Dirinya mengaku disatroni hantu tersebut dalam wujud mirip perempuan berperawakan tinggi besar dan mengenakan jubah hitam. Sosok itu, kata FR, adalah jelmaan kucing warna hitam. Ketika itu FR diserang dan digigit di bagian leher.

Beruntung, setelah sekian lama bergumul dan adu jotos dengan sang hantu, FR, selamat setelah dia mengedor-ngedor pintu rumah tetangganya. Baik NM dan FR, sama-sama mengaku mendapat luka bekas gigitan setelah kejadian.

Hantu kojek di Bireuen ataupun Pidie, keduanya diyakini berkaitan erat dengan praktik ilmu hitam yang sedang dilakukan oleh seseorang. Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Pidie, saat itu, Mukhtar Wahab, dengan tegas menyuruh warga membunuh mahluk jelmaan itu jika bertemu.

 

3 dari 3 halaman

Hantu Kojek dan Hoaks yang Menyertainya

"Tapi, dalam wujud kasat mata, sampai dengan hari ini, teror hantu kojek di Kabupaten Bireuen tidak pernah terungkap," demikian testimoni Rizki, yang kini adalah mahasiswa semester akhir jurusan Ilmu Politik, di salah satu kampus di Bireuen.

Rizki mengatakan, kendati teror hantu Kojek menyebar cepat, bak T-Virus yang menyerang satu kota dalam film 'Resident Evil', namun kebenarannya hingga saat ini masih diragukan.

Rizki menceritakan, ketika itu kabarnya, ada sekelompok pemuda di salah satu desa di Kecamatan Jangka yang mengaku melihat hantu Kojek. Kedatangan hantu itu sampai membuat bubung rumah terbuka dengan sendirinya. Namun, usut punya usut, semua pemuda itu, ternyata mabuk dan positif menggunakan narkotika.

Teror hantu kojek sudah beredar pada masa Aceh masih didera konflik. Di awal tahun 90an, teror hantu itu hadir beriringan dengan teror pemotong kepala. Saat itu, rumornya banyak yang hilang diculik, dan kepalanya diambil untuk dijadikan bahan penguat kontruksi jembatan.

Batok kepala manusia diyakini sangat berguna agar jembatan yang baru di bangun awet dan tahan beban. Selain itu, kalangan yang percaya akan hal-hal mistis mengatakan, menamam batok kepala manusia untuk fondasi jembatan berguna agar jembatan itu punya penunggu. Jembatan yang punya penunggu dipercaya kuat dan tahan lama.

Namun, ada juga yang yakin, baik hantu Kojek atau pemotong kepala hanyalah hoaks yang mujarabah, untuk menutupi pembunuhan-pembunuhan keji dan penghilangan orang secara paksa oleh oknum, isu hantu kojek dan pemotong kepala disebar luas.

"Hantu Kojek dan teror pemotong kepala, dua hal yang kiranya menjadi jualan agar warga diam dan percaya," ujar seorang lelaki, X, yang bercerita panjang lebar kepada Liputan6.com, mengenai hantu Kojek, teror pemotong kepala dan korelasinya dengan berbagai kejadian saat konflik di Aceh dulu.

Dia sendiri mengaku pernah mendengar cerita ada orang yang sedepah lagi hampir menjadi tumbal dari tindakan kalapnya sendiri, lantaran orang itu suka mengatakan ke orang-orang bahwa hantu kojek dan teror pemotong kepala hanya pengalih perhatian untuk menutupi sesuatu, layaknya pesulap menipu audiens-nya.

"Cerita pada masa konflik. 90an lah. Ada pemuda waktu itu berkeras. 'Itu bukan Kojek!'. Orang hilang, dibilang korban kojek atau pemotong kepala. Padahal diambil sama yang lain. Nah, ketika kekeuh, nyawa kawan itu pada malam itu, ketika sedang jaga malam, sendirian di pos kamling tempat dia jaga dibakar, beruntung nyawa dia selamat, karena ada feeling. Dia sembunyi, dan lihat siapa pelaku," ungkap X.

Mengetahui ada sesuatu yang lebih besar dari hantu kojek dan pemotong kepala yang sedang mengincarnya, pemuda yang diceritakan oleh X, malam itu lari sekencang-kencangnya, meninggalkan ibu, ayah dan kampung halamannya. Pemuda itu menjauh, menyelamatkan diri ke Malaysia, hingga bertahun-tahun kemudian baru kembali.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.