Sukses

Soroti Ambruknya Jembatan, Pria Ini Gelar Demo Tunggal di NTT

Ambruknya Jembatan Waima di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, diwarnai aksi unjuk rasa. Uniknya unjuk rasa dilakukan seorang diri.

Liputan6.com, Kupang- Ambruknya Jembatan Waima di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, diwarnai aksi unjuk rasa warga, Selasa (27/11/2018). Uniknya, aksi ini digelar seorang diri oleh mantan aktivis Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Bedi Roma.

Bedi melakukan orasi seorang diri di antara kerumunan warga yang sedang menyaksikan proses pembukaan jalur darurat sementara untuk warga yang hendak bepergian melewati jalur tersebut.

Jembatan Waima merupakan jembatan yang menghubungkan ruas jalan antara Kecamatan Nubatukan dan Nagawutung. Jembatan yang dibangun dengan total anggaran Rp 1,6 miliar tersebut ambruk, pada Senin (26/11) malam sekitar pukul 19.00 Wita.

Dalam orasinya, Bedi meluapkan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kabupaten Lembata yang dinilainya telah gagal merencanakan konstruksi bangunan jembatan.

“Ini kecelakaan perencanaan tanpa memperhitungkan arus air, maka model seperti ini hasilnya,” tegas Bedi.

Ia juga menyalahkan pemerintah yang memaksakan pembangunan jembatan dengan konstruksi yang tidak memenuhi syarat dan pembangunannya terkesan dipaksakan menggunakan dana emergensi.

“Kita paksa bangun pakai dana emergensi, harusnya analisa emergensi terhadap kecelakaan bencana itu didahulukan sehingga konstruskinya bisa tahan dengan baik dan benar,” tandas Bedi.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata, Paskalis Tapobali menjelaskan, pembangunan Jembatan Waima sudah sesuai prosedur yang benar. Ia menjelaskan bahwa yang bagian yang jebol tersebut adalah oprit yang berfungsi menahan obutmen jembatan.

“Ini Rp 1,6 miliar dengan stuktur utama jembatan masih kuat. Kemudian yang menjadi soal itu kan opritnya, karena air yang mengalir itu dia lari ke kiri kanan dinding sehingga dia menggerus badan oprit berserta dengan tanah urukan semuanya,” kata Paskalis.

Ia menjelaskan, jembatan ini dibangun menggunkan dana emergensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat  yang sudah mendesak.

“Pembangunan ini segera dan darurat karena masyarakat sudah setengah mati dan mengeluh,” kata Paskalis.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.