Sukses

Adu Pintar Pawang Lawan Buaya Sungai Lukulo Kebumen, Siapa Menang?

Pawang buaya ini juga akan meletakkan buaya kecil sebagai pemancing agar buaya di Sungai Lukulo, Kebumen itu keluar.

Liputan6.com, Kebumen - Sejak tahun lalu, masyarakat Kebumen, terutama yang tinggal di sekitar Sungai Lukulo diresahkan dengan munculnya kawanan buaya muara. Bagaimana pun, buaya adalah hewan liar dan ganas yang sewaktu-waktu bisa mencelakai manusia.

Apalagi, aktivitas di Sungai Lukulo terhitung padat. Penambangan pasir tradisional berlangsung sepanjang tahun. Masyarakat pun, di kala waktu tertentu kerap memanfaatkan alirannya untuk MCK saat musim kemarau.

Layaknya anak-anak di pinggiran sungai, bocah di sekitar aliran Sungai Lukulo kerap bermain dan berenang. Namun, semenjak penampakan buaya pada 2017 lalu, mereka tak lagi leluasa mandi di kali, kebiasaan yang turun-temurun dilakukan sejak nenek moyang itu.

Buaya yang tampak terakhir kali pekan lalu di Rantewringin Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, ini pun cukup besar. Ukurannya diperkirakan antara 3-4 meter. Dengan ukuran sebegitu besar, sepertinya manusia bukan lah lawan sepadan bagi hewan ganas ini di dalam air.

 

"Ya khawatir juga. Kami sih harapannya kalau bisa buayanya dievakuasi. Bukan dibunuh, pindah ke kebun binatang atau ke penangkaran," kata Mulyadi, seorang warga Ranewringin, pertengahan November 2018 lalu.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah pun sebenarnya sudah berupaya mengevakuasi buaya ini. Sayangnya, pemasangan perangkap pada 2017 lalu tak menuai hasil.

Buaya ini seolah tahu bahwa ia akan ditangkap. Pakan utuh, buaya pun raib. Pada kemarau panjang 2018 kemarin, bahkan tak ada satu pun buaya yang menampakkan diri.

Menanggapi permintaan warga ini, Mitra Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Fatah Arif Suyanto mengatakan ia sudah berkoordinasi untuk berupaya mengevakuasi buaya tersebut secepatnya. Pasalnya, buaya itu kerap tampak di wilayah sungai di kawasan padat penduduk.

Rencananya, jika tertangkap buaya itu akan dievakuasi dan dititipkan ke penangkaran buaya miliknya di Dawuhan Kulon Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.

Pawang buaya ini menerangkan, saat ini ia tengah membuat dua jebakan untuk menangkap buaya. Satu dibuat dengan sistem jebakan kolong pengait, sedangkan satunya lagi menggunakan jebakan pintu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penggunaan Buaya Kecil sebagai Pemikat

"Saya bikin dua jebakan. Yang satu jebakan memakai kolong. Tengah-tengah lubang dikasih bebek. Dikasih gawang," ucap Fatah, Selasa, 27 November 2018.

Akan tetapi, Fatah belum bisa memastikan kapan evakuasi akan dilakukan. Meski begitu, dijadwalkan akhir pekan ini jebakan sudah siap dan penangkapan bisa segera dilaksanakan.

Menurut Fatah, ia mesti menghitung secara detail perangkap buaya yang tengah dibuatnya. Bertahun-tahun bergelut dengan buaya, pawang buaya ini paham betul kekuatan dan kelincahan buaya.

"Belum pasti (waktunya) karena bikin kandangnya kan rumit," jelasnya.

Dia pun harus mempersiapkan dan melatih tim yang akan terlibat dalam evakuasi ini. Salah satunya, tim SAR Elang Perkasa Kebumen, yang pernah mengikuti pelatihan handling atau penanganan buaya liar.

Evaluasi kegagalan perangkap yang hanya menggunakan umpan membuat Fatah memutar otak. Karenanya, ia bakal memanfaatkan sifat buaya yang dominan dan teritorial.

Rencananya, selain umpan, pawang buaya ini juga akan meletakkan buaya kecil sebagai pemancing agar buaya itu keluar. Keberadaan buaya lain di kawasan teritorialnya diperkirakan akan memancing buaya Sungai Lukulo untuk menampakkan diri.

"Dipancing dengan buaya kecil saya taruh di antara jebakan itu. Biasanya kan, buaya kalau wilayahnya didatangi buaya lain kan buayanya datang. Biasanya, sih," ujarnya.

Kepala BKSDA Jawa Tengah, Suharman mengatakan Sungai Luk Ulo sejauh yang diketahuinya bukan lah habitat buaya muara. Dugaan pertama, buaya itu bermigrasi dari habitatnya di kawasan muara pantai selatan Kebumen atau Cilacap lantaran habitatnya terganggu untuk mencari sumber pakan.

Kemungkinan kedua, buaya itu dilepas oleh pemeliharanya di Sungai Luk Ulo. "Kadang kan ada yang diam-diam pelihara, setelah bosan atau sudah enggak mampu memelihara, dilepaskan begitu saja," jelas Suharman.

Dia menambahkan, hingga saat ini BKSDA belum dapat memastikan berapa jumlah buaya di Sungai Luk Ulo. Namun, diduga kuat jumlahnya lebih dari satu ekor. Sebab, dari laporan penampakan buaya yang masuk, buaya terlihat di beberapa lokasi berbeda, dengan ukuran berbeda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.