Sukses

Menelusuri Penyebab Celeng Menyerang Petani Kebumen hingga Tewas

Konflik antara babi hutan atau celeng dengan manusia makin sering terjadi akhir-akhir ini. Memang, tak semuanya berupa serangan fisik langsung ke manusianya.

Liputan6.com, Kebumen - Seorang petani Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sunardi bin Aryantika (65) meninggal dunia akibat luka yang dideritanya usai diserang celeng atau babi hutan di ladangnya, Senin pagi, 12 November 2018.

Tak hanya itu, babi hutan ini juga menyerang warga lainnya, yakni Sudarti, perempuan berusia 62 tahun, yang juga tetangga Sunardi. Saat itu, Sudarti hanya beberapa ratus meter dari ladang Sunardi.

Konflik antara babi hutan dengan manusia makin sering terjadi akhir-akhir ini. Memang, tak semuanya berupa serangan fisik langsung ke manusianya. Kadang, babi hutan hanya menyerang tanaman di perkebunan.

Berbagai tanaman petani pun ludes diserangnya. Rata-rata, serangan celeng kerap kali terjadi di ladang yang berdekatan, atau bahkan berbatasan dengan kawasan hutan.

Mengenai serangan celeng di Peniron, Kebumen, Asper BKPH Karanganyar, Kebumen, Ari Kurniawan mengatakan, berdasar tinjauan ke lokasi serangan celeng ke petani Peniron, Kebumen diduga habitat celeng atau babi hutan itu terganggu.

Akan tetapi, ia tak menjelaskan gangguan macam apa yang bermuara pada serangan celeng ke petani Kebumen ini.

"Maaf, kesimpulannya dari kami dan teman-teman sebatas itu," ucap dia kepada Liputan6.com, 14 November 2018.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sumber Pakan Celeng dan Habitat yang Terganggu

Ari mengaku tak bisa berkomentar banyak soal serangan ini. Sebab, serangan celeng terjadi di luar kawasan hutan alias berada di wilayah ladang penduduk.

"Jaraknya sekitar dua kilometer dari lahan Perhutani," dia menerangkan.

Saat ditanya apakah ada hubungan antara alih fungsi lahan atau hutan yang sebelumnya berupa hutan lindung menjadi tanaman produksi, Ari tak berkomentar. Sebab, ia sendiri tak bisa memastikan apakah celeng itu berasal dari kawasan hutan.

Meski demikian, Perhutani telah berkirim surat kepada para petugas lapangan untuk menyosialisasikan atau memberi informasi kepada masyarakat agar mewaspadai kemungkinan terulangnya konflik celeng dengan manusia ini.

Ia menyarankan agar menghubungi Wakil Kepala Administratur KPH Kedu Selatan, Candra N. Sayangnya, Candra tak mengangkat telepon ketika dihubungi. Pun, tak membalas pesan yang dikirimkan.

Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resor Wilayah Pemalang-Cilacap, Rahmat Hidayat juga mengaku tak mengetahui penyebab pasti serangan celeng ke petani di Peniron Kebumen.

Dia pun mengaku belum datang ke lokasi untuk mengetahui ekosistem ladang dan kondisi alam di sekitarnya. Tinjauan lapangan itu penting untuk menganalisis penyebab konflik antara satwa dengan manusia.

Hanya saja, hampir senada dengan Ari, Rahmat mengatakan ada kemungkinan babi hutan itu kehabisan makanan di habitatnya. Oleh karena itu, hewan ini lantas mencari makanan hingga masuk ke ladang dan memicu konflik dengan manusia.

Masalah timbul ketika di ladang, satwa ini bertemu dengan manusia. Akhirnya, terjadilah serangan itu.

Menurut dia, pada banyak kasus konflik antara satwa dengan manusia, terjadi kerusakan ekosistem atau habitat yang menyebabkan satwa kehabisan sumber makanan.

"Kami belum ke lokasi. Personel kami terbatas untuk wilayah yang begitu luas," Rahmat menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.