Sukses

Jurus Jitu Bisnis Online CEO Bukalapak di EGTC 2018 Surabaya

CEO Bukalapak juga menceritakan awal mula bisnisnya dirintis di hadapan peserta EGTC 2018 di Surabaya.

Liputan6.com, Surabaya - CEO Bukalapak Ahmad Zaky membagikan pengalamannya kepada ratusan peserta Emtek Goes to Campus 2018 di Surabaya pada hari kedua, Rabu (14/11/2018).

Dia mengatakan bahwa pada saat awal kuliah dirinya suka membuat software. Proyek yang pertama kali didapat adalah pembuatan software quick count atau hitung cepat dengan SCTV pada tahun 2007.

"Saat itu saya masih semester dua, dan cuma dalam waktu seminggu, saya mengerjakan software dengan harga 1,5 juta, walaupun ternyata proyek tersebut nilainya Rp 200 juta," tuturnya.

Dia mengatakan, dari proyek yang nilainya kecil tersebut, dia mengaku sering di-bully oleh teman-temannya. Namun, ada rasa bangga ketika hasil karyanya bisa dilihat banyak orang dan software tersebut muncul secara langsung di televisi.

"Jadi pada awal berkarya jangan memikirkan uang atau keuntungan yang banyak terlebih dahulu. Jadi saya dikontrak oleh SCTV dari tahun 2007 sampai 2010, dari Rp 1,5 juta hingga Rp 50 juta," katanya.

Dia menceritakan, pada tahun 2010, dia bersama temannya, mencoba membuat software Bukalapak yang ide utamanya adalah membantu pelaku usaha kecil di Indonesia.

"Karena dari riset saya bahwa di Indonesia banyak pelaku usaha kecil yang menopang perekonomian negara. Beda dengan Amerika, yang ditopang dengan pelaku usaha besar," ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Bosan Gagal, Tapi Bikin Gagal Bosan Datang

Awalnya, Ahmad Zaky bersama rekan datang satu per satu ke pedagang untuk memberikan edukasi dan mengajak pedagang bergabung bersama di Bukalapak.

"Prosesnya hampir sembilan tahun, selama itu hampir setiap hari saya mengumpulkan 10 pedagang untuk join di Bukalapak. Tapi sekarang pedagang yang aktif di Bukalapak per harinya adalah 3 juta pedagang," ujarnya.

Dia menjelaskan, kunci Bukalapak bisa tetap eksis di Indonesia adalah dengan membuat sistem yang nyaman untuk manusia atau karyawannya. Kalau manusianya bagus dan nyaman di dalam perusahaan maka akan bisa menimbulkan ide kreatif.

"Generasi milenial itu sering mencoba dan kreatif sehingga ketika makan siang bersama saya sering ngobrol dengan mereka dan menanyakan project yang sudah dilakukan, yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Dan itu semua akan ada mendapatkan hadiah," tuturnya.

Dia bercerita, kalau dirinya berasal dari keluarga biasa di Sragen. Orangtuanya sering menginginkan dia jadi PNS atau kerja di bank. Pada saat kuliah, dia banyak bertemu orang yang berpikiran berbeda, yang ingin mencoba hal-hal baru.

"Ketika saya mencoba sesuatu yang baru, gagal maupun berhasil, malah membuat saya makin senang. Ketika kita sering gagal, maka kegagalan itu akan bosan menghampiri kita dan keberuntungan akan menghampiri kita," katanya.

Dia menjelaskan alasan memilih nama Bukalapak dan tidak Bukatoko, karena filosofi Bukalapak adalah yang jaga atau yang berjualan pasti pemiliknya sendiri dan bukanya hanya menggunakan kain serta berjualan di pinggir jalan. "Jadi semangatnya adalah survive orang-orang yang buka lapak dan tidak takut karena sering dikejar Satpol PP," ucapnya.

Pada sesi terakhir, Ahmad Zaky menyampaikan pesan kepada ratusan peserta Emtek Goes to Campus 2018 bahwa intinya di Indonesia banyak peluang dan jadilah generasi emas Indonesia untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.