Sukses

16 Nelayan Aceh Ditahan di Myanmar

Wakil Sekretaris Jenderal Panglima Laot Provinsi Aceh Miftach Cut Adek di Banda Aceh, Jumat, mengatakan informasi ditahannya belasan nelayan Aceh diterima dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Yangon, Myamnar.

Liputan6.com, Banda Aceh - Sebanyak 16 nelayan asal Idi, Aceh Timur, yang sebelumnya dilaporkan ditangkap di perairan Thailand, kini ditahan di Kantor Polisi Kawthaung, Provinsi Tanintharyi, Myanmar.

Wakil Sekretaris Jenderal Panglima Laot Provinsi Aceh Miftach Cut Adek di Banda Aceh, Jumat, mengatakan informasi ditahannya belasan nelayan Aceh diterima dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Yangon, Myamnar.

"Informasi yang kami terima, 16 nelayan Aceh tersebut ditahan di Kantor Polisi Kawthaung, Provinsi Tanintharyi. Provinsi tersebut berada di selatan Myanmar atau 850 kilometer dari Yangon, ibu kota Myanmar," kata Miftach dilansir Antara.

Sebelumnya, kata dia, KBRI Yangon menerima informasi penahanan kapal nelayan berbendera Indonesia oleh Angkatan Laut Myanmar. Kapal nelayan tersebut diawaki 16 anak buah kapal diduga berasal dari Aceh.

Ke-16 nelayan yang dilaporkan ditangkap tersebut, yakni Jamaluddin, Nurdin, Samidan, Efendi, Rahmat, Saifuddin, Nazaruddin, Syukri, Darman, Safrizal, Umar, M Aris, Jamaluddin, Sulaiman, M Akbar, dan Paiturahman.

Informasi tersebut, lanjut Miftach, sesuai kabar yang diterima dari Panglima Idi Rayeuk, yang melaporkan adanya 16 nelayan yang melaut dengan Kapal Motor (KM) Bintang Jasa yang berangkat dari Kuala Idi, Aceh Timur, pada 31 Oktober 2018.

"Mereka ditahan karena masalah imigrasi, masuk perairan Myanmar tanpa izin. KBRI Yangon telah berkomunikasi dengan kepolisian Kawthaung dan membenarkan penahanan tersebut," kata dia.

Terkait adanya informasi seorang nelayan meninggal dunia, Miftach Cut Adek mengatakan informasi tersebut masih simpang siur dan belum dapat dikonfirmasi oleh otoritas Myanmar.

Tim dari KBRI Yangon telah berkoordinasi dengan pihak Myanmar guna mendapat akses bertemu dengan nelayan Aceh. Rencananya, tim KBRI akan bertemu dengan mereka Sabtu (10/11) sore.

"Tim KBRI menuju Kota Kawthaung melalui jalan darat yang memakan waktu 21 jam, sebab penerbangan komersial ke tempat itu sudah penuh karena saat ini musim puncak kunjungan turis," kata Miftach.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.