Sukses

Ayo Ramai-Ramai Ucapkan Selamat Tinggal Sedotan

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah plastik, salah satunya seperti yang dilakukan restoran cepat saji terkemuka ini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Restoran cepat saji waralaba KFC mencanangkan gerakan nasional #Nostrawmovement atau Gerakan Tanpa Sedotan. Sebanyak 630 gerainya yang tersebar di seluruh Indonesia pun mengikuti gerakan ini, termasuk gerai KFC yang berada di Yogyakarta.

Gerakan Tanpa Sedotan merupakan bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. KFC mengajak konsumen untuk ikut peduli dengan keselamatan laut dan kehidupannya lewat menolak sedotan plastik sekali pakai saat memesan minuman di KFC atau di manapun.

Semula Gerakan Tanpa Sedotan hanya dilaksanakan di enam gerai mulai Mei 2017 sampai akhir tahun. Kemudian meluas ke 233 gerai KFC di wilayah Jabodetabek dan pemakaian sedotan plastik di gerai KFC mengalami penurunan 45 persen.

Pada Mei 2018, KFC mencanangkannya menjadi gerakan nasional dan menargetkan penggunaan sedotan bisa turun sampai 54 persen di seluruh gerai.

Gerakan Tanpa Sedotan juga menekan pengeluaran KFC membeli sedotan plastik. Setiap tahun KFC menghabiskan Rp 2 miliar untuk pengadaan sedotan plastik sekali pakai.

"Tetapi perlu dicatat, angka 2 miliar tidak signifikan dengan gerakan ini, tujuan kami mengedukasi konsumen sehingga mereka terbiasa tidak menggunakan sedotan, percuma kalau di KFC tidak pakai sedotan tetapi di tempat lain tetap menggunakan," ujar Hendra Yuniarto, General Marketing PT Fast Food Indonesia dalam jumpa pers di Yogyakarta, Sabtu 4 November 2018.

Ia juga sempat berpikir untuk mengganti sedotan plastik dengan bahan lain yang ramah lingkungan. Akan tetapi, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Bahan sedotan dari umbi-umbian atau rumput laut mengkontaminasi produk soda yang dijual oleh KFC. Sedangkan bahan sedotan dari bambu atau stainless steel yang sedang menjadi tren membutuhkan ongkos lebih mahal dari sedotan plastik.

Menurut Hendra, kebiasaan minum dengan sedotan bukan budaya negara kita. Sedotan digunakan untuk orang yang berkebutuhan khusus sehingga tidak mungkin minum langsung dengan menyeruput, misal orang sakit.

Meskipun demikian, dalam penerapannya, KFC tidak semata-mata menghilangkan keberadaan sedotan plastik. Biasanya sedotan plastik tersedia di dekat dispenser saus, namun sekarang sedotan plastik berada di kasir.

"Jadi kalau ada konsumen yang benar-benar membutuhkan bisa minta ke kasir tetapi kasir juga akan memberi penjelasan soal Gerakan Tanpa Sedotan lebih dulu," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

92 Juta Batang Sedotan Jadi Sampah Setiap Tahun

Gerakan Tanpa Sedotan yang diinisiasi oleh KFC bukan tanpa data. Mereka memilih untuk mengurangi sampah plastik lewat sedotan berdasarkan data dari Divers Clean Action (DCA).

Analogi pemakaian panjang sedotan di Indonesia, per hari seperti jarak Jakarta-Mexico City 16.784 kilometer, per minggu tiga kali keliling bumi 117.449 kilometer, dan per bulan lima kali garis pantai Indonesia 503.522 kilometer.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup sekitar 70 persen sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh para pelaku daur ulang, namun tidak berlaku untuk sedotan yang nilainya rendah dan sulit didaur ulang maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil. Satu kilogram sedotan plastik bekas hanya dihargai Rp 1.000.

"Rata-rata setiap orang menggunakan sedotan sekali pakai sebanyak satu sampai dua kali setiap hari, dan perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan dan sumber lainnya (packed straw)," ujar Amrullah Rosadi, outreach specialist DCA.

Ia berpendapat sekalipun hanya berukuran 10 sentimeter, perlu waktu 500 tahun agar sampah sedotan plastik dapat terurai secara alami. Sedotan sekali pakai umumnya berbahan plastik tipe polypropylene yang tahan lama, namun tidak terdegradasi secara alami, sehingga semakin lama menjadi butiran kecil yang disebut mikroplastik yang sangat berbahaya bagi ekosistem laut.

Di dalam tubuh ikan kerap ditemui bahan ini dan apabila ikut dikonsumsi manusia, polypropylene adalah bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.