Sukses

Skenario Evakuasi Si Datuk Belang yang Resahkan Warga

BBKSDA Riau akan mengevakuasi harimau sumatera yang dianggap meresahkan warga karena sudah mendekat ke permukiman.

Liputan6.com, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau akan mengevakuasi harimau sumatera yang dianggap meresahkan warga Dusun Teluk Nibung, Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir. Pasalnya, satwa liar belang itu sudah mendekati permukiman dan menyerang empat ternak warga sejak September 2018.

"Terakhir ternak warga diserang pada 24 Oktober 2018 lalu," kata Kepala Bidang I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo kepada wartawan di Pekanbaru, Rabu (31/10/2018) pagi.

Hutomo menyebutkan, evakuasi untuk penyelamatan harimau ini sangat penting supaya tidak ada korban jiwa, baik dari masyarakat ataupun dari Datuk Belang itu sendiri.

Untuk evakuasi Harimau Sumatera ini, tim yang diturunkan BBKSDA sudah menyiapkan dua perangkap berbentuk kandang. Rencananya lebih dari jumlah itu, tapi tidak mungkin dilakukan mengingat akses ke lokasi sangat sulit.

"Selain itu tidak tersedia kendaraan air yang mengangkut kandang dengan cepat," sebut Hutomo.

Menurut Hutomo, langkah evakuasi ini diambil setelah pihaknya melalui beberapa tahapan. Hal itu diawali dengan pengumpulan informasi keberadaan harimau untuk memastikan keberadaannya. Selanjutnya dilakukan sosialisasi setelah petugas menemukan jejak.

Sosialisasi ini berupa larangan warga memasang jerat karena akan menghilangkan pakan alami harimau. Jika ini terjadi, ternak hingga warga bisa menjadi sasaran karena Datuk Belang itu sulit mencari makanan.

"Tim juga sempat pulang karena harimau menghilang beberapa saat, lalu dikabarkan muncul lagi di kebun," kata Hutomo.

Awal Oktober 2018, tim kembali ke lokasi karena ada laporan kemunculan harimau sumatera lagi. Tim juga melakukan sosialisasi agar warga mengurangi aktivitas di kebun, sembari memasang kamera pengintai di beberapa titik.

"Hasilnya masih nihil, karena kamera tak merekam penampakan harimau," ucap Hutomo.

Tim akhirnya balik kanan karena harimau tak muncul, hingga akhirnya pada 24 Oktober 2018 ada ternak warga lagi diserang. Dari sini tim memutuskan untuk memasang perangkap untuk mengevakuasinya jika tertangkap nanti.

"Semoga bisa dievakuasi, tim masih bekerja di lokasi bersama instansi lainnya. Warga juga diminta tak bertindak sendiri," terang Hutomo.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.