Sukses

Nabu, Bukan Beras Biasa dari Malang

Inovasi Nabu karya mahasiswa Unibraw Malang berhasil menyabet juadara di kompetisi internasional.

Liputan6.com, Malang - Beras anolog ciptaan empat mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang yang diberi nama Nabu, diharapkan mampu mengatasi kelaparan dan malnutrisi dengan kandungan gizinya lebih lengkap daripada beras biasa.

Keempat mahasiswa FTP UB itu Alfisah Nur Annisa A, Widya Nur Habiba, Annisa Aurora Kartika, dan Joko Tri Rubiyanto.Menurut salah seorang anggota tim yang menciptakan beras analog Nabu, Widya Nur Habiba, beras analog ciptaan mereka ini dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan pokok pengganti beras pada umumnya. Sehingga dapat mengurangi impor beras.

"Selain itu, beras analog ini dapat mengatasi kelaparan dan malnutrisi seperti yang dialami oleh Suku Asmat di Papua beberapa waktu lalu," kata Widya di Malang, Senin (29/10/2018), dilansir Antara.

 

Di bawah bimbingan dosen Dr Aji Sutrisno, keempat mahasiswa itu sengaja menciptakan beras analog yang dinamai Nabu untuk mengatasi kelaparan dan malnutrisi karena kandungan gizinya yang lebih lengkap dari beras pada umumnya. Selain itu, Widya menambahkan, Nabu ciptaan mereka juga memiliki kadar glikemik indeks yang rendah sehingga dapat mencegah penyakit diabetes.

"Kami menamai beras ini Nabu sebagai brand karena produk ini merupakan alternatif nasi berbahan dasar sagu sehingga nama nabu menjadi mudah diingat, " paparnya.

Widya menambahkan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Nabu merupakan bahan pangan lokal yang mudah ditemukan di Indonesia dan mudah tumbuh dalam kondisi ekstrim. Proses pembuatan Nabu pun relatif mudah, yakni jagung, sagu dan umbi porang sebelumnya di buat tepung, di campurkan dengan berbagai perbandingan, selanjutnya di kukus, dibentuk dan dikeringkan hingga berbentuk bulir beras.

Berkat beras analog Nabu berbahan pangan lokal tersebut, keempat mahasiswa FTP UB Malang itu berhasil mengharumkan nama Indonesia. Keempat mahasiswa itu menorehkan prestasi sebagai yang terbaik pada ajang kompetisi ilmiah The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018, yang berlangsung di CIDCO Exhibition Centre, Mumbai India 23-27 Oktober 2018.

Tak hanya berhasil membawa pulang satu medali, keempat mahasiswa ini juga sukses meraup tiga dari total lima award yang diperebutkan, yaitu Best Oral Presentation, Best Commercial Content serta Best Overall Project.

IUFoST Product Development Competition 2018 merupakan kompetisi ilmiah dua tahunan tingkat dunia di bidang pengembangan produk pangan. Even ini dimulai sejak 1962 dengan motto "Food Science Fighting Hunger". Tahun 2018, tema yang diangkat adalah "25 Billion Meals a Day by 2025 with Healthy, Nutritious Safe and Diverse Food".

Widya dan kawan-kawan berhasil menyisihkan tiga ribu kontestan dari 74 negara dan maju sebagai finalis bersama lima tim lainnya dari Selandia Baru, China, Singapura, Colombia, dan India. Ada lima award yang diperebutkan seluruh finalis, yaitu Best Oral Presentation, Best Commercial Content, dan Best Overall Project yang ketiganya dimenangkan oleh mahasiswa FTP UB , serta Best Scientific Content dan Best Display yang dimenangkan oleh perwakilan Selandia Baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini